Cara Pandang Yang Salah
Sebagian besar sumber kegelisahan atau ketakutan
berada pada fikiran. Karena itu untuk menghancurkan sifat gelisah harus merubah
mindset atau cara berfikir. Yaitu membalik rasa gelisah menjadi optimis.
Sebab dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan. Bahkan menjadikannya sebagai
peluang atau pemicu semangat.
Contohnya orang yang gelisah karena takut di-PHK,
maka ia harus merubah fikiran bahwa rejeki Allah itu bukan hanya di perusahaan.
Tapi ada di pasar-pasar, di
internet, di jalan-jalan, bahkan di penjara.
Hamka misalnya menulis tafsir Al Azhar di penjara.
Demikian halnya Sayyid Qutb menulis Fii Dzilaalil Qur’an dalam kungkungan rezim
dikatator Mesir. Lalu Imam Ibnu Taymiyah dan Imam Ibnul Qayyim banyak menulis
buku dalam penjara. Dan semuanya itu kini menjadi berkah atau rizki yang
melimpah bagi para penerjemah, penerbit, distributor hingga pembacanya.
Instropeksi Diri
Selanjutnya melakukan instropeksi diri. Jangan-jangan kita banyak dosa dan
kesalahan sehingga menimbulkan jiwa yang penakut. Jiwa yang lemah. Jiwa yang
cengeng. Jiwa yang mudah diintervensi oleh setan melalui rasa takut, hilangnya
rizki dan kemiskinan.
Minta Nasehat
Gelisah juga dapat diobati dengan bercerita kepada
orang lain. Misalnya kepada istri, orang tua kita, guru kita atau orang shalih
lainnya yang kita percaya. Dengan bercerita maka beban tersebut akan berkurang.
Lebih-lebih jika disertai permintaan nasehat dari orang-orang shalih.
Sebab salah satu kewajiban muslim terhadap muslim
lainnya adalah memberikan nasehat apabila diminta oleh saudaranya. Dengan
nasehat-nasehat yang indah sebagaimana ditampilkan dalam buku Laa Tahzan,
maka akan membangkitkan gairah untuk menempuh
hidup yang lebih baik lagi.
Pergi ke Psikolog
Jika langkah-langkah di atas tidak dapat
diselesaikan tidak ada salahnya anda pergi ke psikolog atau psikiater. Karena
merekalah orang yang ahli dalm ilmu jiwa. Tentunya kepada psikolog muslim yang
shalih dan paham agama. Perlu diketahui pula bahwa orang yang pergi ke
psikiater bukanlah orang yang sakit jiwa. Tapi orang yang memiliki masalah
untuk dipecahkan.
Pergi Ke Dokter
Jika gelisah dan ketakutan sudah semakin akut dan
menimbulkan penyakut fisik seperti maag hingga pening atau migren, maka
sebaiknya segera ke dokter untuk mendapatkan terapi dan pengobatan. Sebab jika
dibiarkan penyakit tersebut akan berkembang menjadi penyakit-penyakit lainnya
yang lebih berbahaya semisal stroke.
Membaca Kisah Orang Shalih
Terapi lainnya yaitu dengan membaca kisah orang
sahlih. Misalnya cara Ali bin Abi Thalib menghadapi gelisah. Beliau adalah khalifah keempat, sepupu dan
menantu nabi SAW. Meskipun demikian hidupnya sangat sederhana dan pas-pasan.
Namun apa yang dilakukan oleh beliau ketika gelisah, tiada lain beliau minta
pertolongan kepadaNya. Dalam
syairnya beliau berkata :
“Kala hati diliputi dengan rasa putus asa
dan dada yang lapang sesak karenanya,
Kala hati disesaki dengan ketidak-enakan
Dan semua perkara bertumpuk menyatu,
Kala tak ada lagi terlihat bahaya yang akan
tersingkap
tidak akan berguna segala upaya
Pertolongan akan datang pada keputusasaanmu
dari Yang Maha Dekat dan Maha Pengabul
Permintaanmu
Jika semua peristiwa telah habis waktunya
akan bersambunglah pertolongan yang membukamu.”
Demikian halnya yang dilakukan oleh Harun Ar
Rasyid pada saat kritis akan menemui ajalnya. Ia menyenandungkan syair dan
ketergantungan kepada Allah SWT.
”Kini di Thus aku bermukim
Tanpa seorangpun sahabat kumiliki
Aku berharap kepada Allah apa yang menimpaku
Sungguh selama ini Ia telah menyayangiku
Di Thus telah menghampiriku
Qadha-Nya yang telah ditetapkan bagiku
Tiada lain kupersembahkan kecuali
Keridhaan, kesabaran dan berserah diri.”
Baca pula kisah sahabat Abdullah bin Hudzaifah di
zaman khalifah kedua Umar bin Khatab. Tatkala beliau diangkat sebagai komandan
perang menghadapi tenatara Salib Romawi yang sering mengganggu kaum muslimin di
Syam (Syria, Palestina dan Yordania). Namun sayang karena pasukannya yang
sedikit dan kalah kekuatan dari pasukan musuh, maka beliau ditangkap tentara
Romawi dan dihadapkan kepada rajanya.
Maka terjadilah dialog antara raja dan Abdullah
”Sudilah engkau masuk dalam agama nashrani, saya
akan mengajak engkau duduk dalam pemerintahan dan saya akan mengawinkan dengan
putriku!”
”Andaikata engkau memberikan kepada saya segala
apa yang dimiliki orang arab agar saya masuk murtad dari agama yang dibawa Nabi
Muhammad SAW, walaupun hanya sesaat, saya tidak akan mau melakukan perbuatan
itu.”
”Kalau begitu engkau akan saya bunuh.”
”Silahkan kalau itu maumu.”
Raja Rum pun memerintahkan untuk membunuhnya
dengan cara di taruh pada kayu salib. Dalam keadaan tersalin raja memerintahkan
regu penembak untuk mengeksekusinya. Abdullah ditembak dekat tangan dan kakinya
(rupanya pelurunya meleset tidak mengenainya).
Melihat hal ini raja heran, namun demikian raja
tetap mendesaknya untuk masuk agama Nashrani. Namun Abdullah tetap tidak bergeming.
Akhirnya Abdulah diturunkan dari kayu salib.
Riwayat lainnya menyatakan beliau disiksa dengan
dimasukkan dalam kuali besar kemudian dipanaskan dengan api.
Riwayat lainnya menyatakan bahwa raja
memenjarakannya dan tidak diberikan makanan dan minuman hingga beberapa hari. Dalam
keadaan lapar dan haus, raja mengirimkan kepada Abdulah khamr dan daging babi.
Tetapi beliau tidak mau mendekatyi makanan dan minuman yang haram tersebut.
Raja keheranan dan kemudian memanggilnya.
”Apakah yang melarangku makan?”
Abdulah menjawab, ”Sebenarnya dalam keadaan
darurat, saya boleh makan makanan dan minuman tersebut, tetapi aku tidak ingin
menggembirakan engkau dengan perbuatan seperti itu.”
”Kalau begitu ciumlah kepalaku maka aku akan
membebaskanmu.”
”Aku mau mencium kepalamu dengan syarat engkau
membebaskan seluruh tawanan (kaum muslimin)!”
”Baiklah, ” kata raja.
Maka Abdulah pun mencium kepala raja Nashrani demi
pembebasan kawan-kawannya yang ditawan. Maka kemudian raja melepaskan Abdullah
dan seluruh tawanan.
Maka sekembali di kota Medinah beliau disambut
meriah oleh khalifah Umar. Dan Umar mengumumkan kepada kaum muslimin tentang
kedatangan komandan yang berani, memiliki mental baja dan gigih dalam imannya.
Mak Umar kemudian mencium kepala Abdulah untuk menghormati kegagahan dan
keperwiraannya. Yang selanjutnya disusul oleh kaum muslimin lainnya.
Itulah iman yang kuat. Iman yang mampu
menghilangkan sifat gelisah, sedih dan gundah gulana. Untuk itu kenapa kita
harus bersedih, padahal belum pernah datang ujian pada diri kita sebagaimana
yang dialami Abdullah. Atau yang pernah dialami Bilal, bahkan Nabi sekalipun
yang pernah ditaburi kotoran hewan ketika sholat di Masjidil haram dihadapan
putrinya, fathimah RA.
Pada hari ini kita masih bisa makan dan minum. Masih bisa bekerja dengan baik. Masih
sehat wal’afiat. Masih punya istri dan anak-anak yang berbakti. Masih hidup
merdeka. Masih hidup bebas. Tidak dijajah. Tidak ditawan. Tidak pula di ujung
pedang. Maka tetaplah tegar, optimis dan gembira dengan iman, islam dan nikmat
sehat yang dikaruniakan Allah kepada kita semua.