TERLILIT HUTANG
Dalam hidup ini kadang kita dalam kecukupan,
namun kadang pula dalam kekurangan.
Kadang kita di atas namun
kadang jatuh ke bawah. Kadang kita memberi namun kadang pula kita
diberi. Kadang kita berhutang
karena ingin membeli sesuatu atau karena terpaksa harus kita lakukan. Untuk
itulah, sebelum kita jatuh, sebelum kita bangkrut hendaknya banyak berdo’a dan berlindung
kepada Allah dari lilitan atau dikuasai hutang (ghalabatid daini).
Semoga dengan do’a ini kita selalu hidup stabil atau bahkan ekonomi keluarga
selalu mengalami peningkatan sehingga tidak perlu berhutang yang melebihi
kemampuan kita dalam membayarnya.
8.1.
Pengertian Terlilit Hutang
Dalam hadits perlindungan ini ada dua kata yang
digunakan yaitu ghalaba yang maknanya dia dikuasai dan dhola’a
yang maknanya fakir/miskin. Namun
oleh para ulama di Indonesia dimaknai dengan arti terlilit.
Berdasarkan makna tekstual tersebut dapat kita
ambil kesimpulan kontekstualnya. Bahwa yang dimaksud dengan terlilit hutang
adalah dikuasai hutang. Artinya kehidupan orang tersebut berada di bawah
kendali hutang, karena ia tidak memiliki kemampuan untuk membayarnya. Atau yang
lebih ekstrem orang tersebut bangkrut, sementara hutangnya menumpuk. Sehingga
dampak berikutnya ia akan dikuasai oleh orang yang memberikan hutang
(kreditur).
Orang yang terlilit hutang dalam fiqih zakat
disebut gharimin. Dengan catatan hutangnya terjadi dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup, atau dalam rangka dakwah atau dalam rangka mendamaikan orang
atau suku yang bertikai. Intinya hartanya habis untuk kepentingan yang halal
bukan maksiyat. Dalam Islam orang semacam ini berhak atas zakat (mustahik).
8.2.
Ciri-Ciri Terlilit Hutang
Orang yang dikuasai hutang memiliki ciri-ciri
secara umum, uang atau hartanya lebih kecil dari hutang yang seharusnya ia
bayar. Yang paling parah adalah hartanya pas-pasan sementara hutangnya menumpuk
atau dia sama sekali tidak memiliki harta, sehingga hidupnya sangat tergantung
dengan hutang.
Ini berbeda dengan pengusaha yang berhutang.
Mereka tidak masuk kategori dikuasai hutang dikarenakan kemampuan membayarnya
seimbang dengan hutang atau ia memiliki kemampuan membayar hutang, meskipun
harus dilakukan secara kredit atau angsuran.
Dengan demikian orang yang aset atau omsetnya
lebih besar dari hutangnya tidak masuk kategori dikuasai atau terlilit hutang.
8.3.
Dampak Terlilit Hutang
Dampak orang yang dikuasai hutang dapat dalam
bentuk yang sederhana hingga kompleks. Dalam bentuk sederhana bisa dalam bentuk
lesu atau kuyu atau kumuh atau sakit atau hanya merasa terhina saja,
lebih-lebih jika berhadapan dengan pemberi hutang. Misalnya Indonesia dihadapan
negara-negara donor, nampak hina dan lemah serta mudah dikendalikan.
Namun yang parah manakala hutang tersebut
membawanya melakukan berbagai tindak kejahatan. Yaitu dengan merampok, mencuri,
jual narkoba dan menjadi pelacur untuk membayar hutang. Atau hingga bunuh diri
karena selalu dihantui oleh hutang. Atau tertahan di pintu syurga karena ketika
di dunia tidak melunasi hutangnya, sampai menunggu datangnya pemberi hutang
untuk merelakannya atau sebagian pahalanya dikurangi untuk membayar hutangnya.
8.4.
Mengobati Terlilit Hutang
Kita boleh berhutang, namun jangan sampai terlilit
atau dikuasai hutang. Namanya juga hidup kadang kita membutuhkan keperluan
rumah tangga seperti membayar sekolah
atau membeli rumah yang tidak bisa ditunda kecuali dengan cara hutang. Karena
itulah agar kita tidak dikuasai hutang ada beberapa cara yang dapat kita
lakukan untuk mencegahnya.
8.4.1. Naqli (Alqur’an dan Sunnah)
Yang Penting Tetap Bekerja
Sebagian orang lebih suka menganggur dari pada
bekerja apa saja yang halal. Kadang mereka memilih-milih pekerjaan yang
nampaknya bergengsi tapi penghasilannya pas-pasan. Contohnya bekerja sebagai
karyawan kadang upahnya hanya sebesar UMR. Sangat jauh dibandingkan para pedagang kecil di
Jakarta yang bisa meraih pendapatan dua kali lipat UMR. Atau sebagai sales girl
rokok atau produk lainnya yang harus berjualan hingga malam dengan pakaian dan
dandanan yang tidak mencerminkan sebagai wanita muslimah.
Karena itu tugas kita adalah tetap bekerja. Bekerja apa saja yang penting halal.
Contohnya burung pergi pagi untuk mencari nafkah bagi anak-anaknya, lalu pulang
sore hari dengan membawa makanan. Atau cicak yang selalu cari makanan di malam
hari. Padahal ia tidak bersayap, tapi mampu menangkap mangsanya yang bersayap.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ
وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا
كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: ”Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan” (At Taubah 9:105).
Rasulullah memberikan
wasiyat kepada kita untuk kerja keras. Meskipun hanya mencari kayu di hutan
untuk kemudian di jual di pasar.
عَنْ الزُّبَيْرِ بْنِ الْعَوَّامِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَأَنْ يَأْخُذَ
أَحَدُكُمْ حَبْلَهُ فَيَأْتِيَ بِحُزْمَةِ الْحَطَبِ عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا
فَيَكُفَّ اللَّهُ بِهَا وَجْهَهُ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ النَّاسَ
أَعْطَوْهُ أَوْ مَنَعُوهُ
Dari Zubair bin Awwam Ra, dari
Nabi SAW, sabdanya, ”Apabila kamu menyiapkan seutas tali, lalu pergi mencari
kayu, kemudian dibawanya seikat kayu di punggungnya lalu dijualnya, dan Allah
memberi kecukupan bagi keinginannya, itu lebih baik baginya daripada
meminta-minta kepada orang banyak, diberi atupun tidak.”[1]
عَنْ حَكِيمِ بْنِ حِزَامٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ
مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى وَابْدَأْ بِمَنْ تَعُولُ وَخَيْرُ الصَّدَقَةِ عَنْ
ظَهْرِ غِنًى وَمَنْ يَسْتَعْفِفْ يُعِفَّهُ اللَّهُ وَمَنْ يَسْتَغْنِ يُغْنِهِ
اللَّهُ
Dari Hakim bin Hizam RA, dari
Nabi SAW, beliau bersabda, ”Tangan yang di atas lebih baik dari tangan yang
dibawah. Maka mulailah memberi kepada keluargamu. Sebaik-baik sedekah adalah
ketika kaya. Barang siapa mohon dipelihara (agar tidak meminta-minta), maka
Allah akan memeliharanya dan siapa yang mohon dicukupkan (agar tidak
tergantung) maka Allah akan mencukupkannya.”[2]
Menjauhi Hidup Boros
Agar hutang tidak menumpuk salah satu caranya
adalah dengan menghindari sikap hidup boros (mubadzir). Yaitu sikap
hidup berlebih-lebihan. Kadang membeli atau mengkonsumsi hal-hal yang tidak
penting dan bukan kebutuhan yang mendesak.
وَآَتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا
تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا (26) إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا (27)
26. Dan berikanlah
kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada orang miskin dan orang
yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. 27.Sesungguhnya
pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah
sangat ingkar kepada Tuhannya. (Al Israa’ 17:26-27).
Yang dimaksud dengan
mubadzir adalah israf. Yaitu membelanjakan sesuatu pada jalan yang tidak benar.
Atau
berinfak tidak sesuai dengan ketentuan. Atau melebihi batasan. Atau berbelanja
dalam rangka bermaksiyat kepada Allah. Atau untuk membuat kerusakan.[3]
Contohnya digunakan untuk
merokok. Atau digunakan untuk menyawer penyanyi. Sering kita lihat orang-orang
yang kurang mampu justru melakukan perbuatan ini. Bahkan rela mengeluarkan uang
hingga ratusan ribu untuk seorang biduan. Sebagian lainnya dipakai untuk
berjudi dan minum minuman keras.
Hidup Sederhana
يَا بَنِي آَدَمَ خُذُوا زِينَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَكُلُوا
وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
”Hai anak Adam,
pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah,
dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.” (Al A’raaf 7:31).
وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
”....Dan jangalah
kalian berlebih-lebihan, sesungguhnya Dia tidak menyukai orang yang
berlebih-lebihan.” (Al An’aam 6:141).
Yang dimaksud adalah makan
dan minumlah apa-apa yang dihalalkan Allah serta jangan boros dan sombong. Yaitu dengan cara
hidup seimbang. Dan jika perlu dalam kondisi yang fakir atau miskin dengan cara
hidup sederhana.
Karena hidup sederhana
merupakan salah satu solusi untuk menghindari hutang. Kalau kita tidak bisa
makan daging kenapa tidak makan telor saja. Kalau telor satu tidak kuat kenapa
tidak dibagi menjadi empat. Kalau tidak sanggup pula kenapa tidak makan dengan
tempe saja. Kalau masih berat juga kenapa tidak cukup dengan nasi, kerupuk dan
sambal. Atau nasi dengan garam. Atau jika perlu melakukan puasa sunnah
sebagaimana sering dilakukan Nabi bila tidak ada makanan.
Contohnya Nabi SAW
rumahnya sangat sederhana, kecil dan beratapkan pelepah daun kurma. Tidur di
atas tikar, sehingga apabila bangun nampak bekas tikar pada tubuhnya. Beliau
kadang makan kadang puasa.
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان إذا تغدا لم يتعش وإذا تعشى لم يتغد[4]
”bahwasanya Rasulullah
SAW apabila telah makan siang, beliau tidak makan pada petang hari dan apabila
telah makan petang hari, beliau tidak makan pada siang hari.”
مَا شَبِعَ
آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ طَعَامٍ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ
حَتَّى قُبِضَ[5]
”Tidaklah
keluarga Nabi Muhammad SAW merasakan kenyang dari makanan tiga hari berturut-turut
hingga beliau wafat.”
مَا شَبِعَ
آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُنْذُ قَدِمَ الْمَدِينَةَ مِنْ
طَعَامِ الْبُرِّ ثَلَاثَ لَيَالٍ تِبَاعًا حَتَّى قُبِضَ[6]
”Tidaklah
keluarga Nabi Muhammad SAW sejak tiba di Medinah merasakan kenyang dari makanan
gandum tiga hari berturut-turut hingga beliau wafat.”
مَا شَبِعَ
آلُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ خُبْزِ بُرٍّ فَوْقَ
ثَلَاثٍ[7]
”Tidaklah
keluarga Nabi Muhammad SAW merasakan kenyang dari roti dan gandum lebih dari tiga hari.”
عَنْ أَبِي
طَلْحَةَ قَالَ شَكَوْنَا إِلَى رَسُولِ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْجُوعَ وَرَفَعْنَا عَنْ بُطُونِنَا
عَنْ حَجَرٍ حَجَرٍ فَرَفَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ حَجَرَيْنِ[8]
Dari Abu Thalhah, dia
berkata, ”kami pernah mengadukan kepada Rasulullah akan kelaparan dan kami
mengangkat dari perut kami batu demi batu, maka Rasulullah SAW mengangkat (dari
perutnya) dua buah batu.”
إن رسول الله صلى الله عليه وسلم كان يقيم ظهره بالحجر من الغرث
”Sesungguhnya
Rasulullah SAW menegakkan tulang punggungnya dengan batu karena menahan lapar.”
Berdoa Dari Lilitan Hutang
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَدْعُو
بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ
وَغَلَبَةِ الْعَدُوِّ وَشَمَاتَةِ الْأَعْدَاءِ[9]
Bahwasanya Rasulullah SAW pernah berdo’a dengan
kalimat, “Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadamu dari hutang yang
menumpuk dan dari musuh yang menjajah dan dari kegembiraan dari musuh-musuh
kami.”
Mempersiapkan Masa Depan
Agar tidak terbelenggu oleh hutang, maka sejak
dini kita harus mempersiapkan masa depan. Yaitu dengan menabung jika ada rejeki
yang lebih. Karena kita tidak tahu apakah hari esok kita masih di atas. Sebab
sunnatullah kehidupan, kadang di atas kadang di bawah. Kadang untung kadang
rugi. Kadang menang dan kadang kalah.
وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ
ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا
قَوْلًا سَدِيدًا
“Dan hendaklah takut
kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak
yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab
itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.”( An Nisaa’ 4:9).
Meskipun ayat ini terkait
dengan waris mewaris, namun sebagian ulama, khususnya yang bergerak dalam
bidang asuransi memahami bahwa yang dimaksud dengan lemah adalah lemah ekonomi.
Untuk itu salah satu
solusinya yaitu dengan mengasuransikan anak-anak kita pada asuransi syari’ah.
Atau dalam arti lebih luas yaitu dengan cara menabung. Meskipun sedikit
lama-lama menjadi bukit.
8.4.2. Aqli (Akal, ilmiyah dan kisah)
Membuat Rencana Keuangan
Jika dalam perusahaan ada RKAP (Rencana Kerja
dan Anggaran Perusahaan), maka dalam rumah tangga kita perlu membuat rencana
keuangan rumah tangga. Sehingga
kita mengetahui antara kemampuan dan kebutuhan. Jangan sampai besar pasak dari
pada tiang. Tentu saja lama kelamaan rumahnya akan ambruk.
Caranya dengan mengetahui berapa rata-rata
penghasilan kita per bulan. Kemudian melihat daftar kebutuhan selama satu
bulan. Dalam hal kebutuhan lebih besar dari penghasilan maka perlu dibuat
daftar prioritas kebutuhan. Yaitu dengan cara mendahulukan kebutuhan yang
bersifat primer semisal sandang, pangan, papan, pendidikan dan kesehatan.
Dalam hal tidak cukup maka harus dicarikan
jalan keluar. Misalnya dengan mencari tambahan rizki yang halal, atau hidup
lebih hemat dan sederhana. Jika tidak ada sumber pendapatan lainnya maka hutang
merupakan langkah terakhir selama hutang tersebut dapat dibayar secara cicilan
atau sesuai kemampuan keuangan kita.
Buat Prioritas
Hidup (Primer, sekunder tersier)
Dalam ajaran Islam kita mengenal al
ahkam al khamsah. Yaitu lima hukum fiqih dalam Islam yang terdiri dari
halal, sunah, mubah, makruh dan haram. Artinya sejak dini Islam mengajarkan
kepada kita untuk mendahulukan apa yang harus didahulukan. Dan mengakhirkan apa
yang harus diakhirkan.
Dalam
fiqih kita iajarkan mana yang primer (dharurat), mana yang sekunder (hajiyat)
dan mana yang tersier (tahsinat). Jika penghasilan kita pas-pasan maka
lupakan yang tahsinat. Misalnya HP itu hajiyat namun HP yang
bermerk adalah tahsinat. Maka pilihlah HP yang sesuai fungsinya saja.
Yang penting dapat untuk telephone dan SMS, meskipun tidak dapat untuk main
internet atau facebook atau BBM.
Cari Istri Yang Hemat dan
Dapat Mengelola Uang
Cari istri
yang hemat dan dapat mengelola uang adalah kebutuhan, khususnya bagi mereka
yang belum menikah. Karena betapa banyak orang yang jatuh karena istri atau
karena urusan wanita. Sebab Allah menjamin akan memberi rizki dan menjadikan
cukup orang yang menikah.
Dengan istri yang sholihat,
hemat dan dapat mengatur keuangan dengan baik maka harta yang sedikit akan
nampak menjadi banyak karena barokahnya istri. Contohnya banyak orang yang
sebelum menikah uangnya selalu habis, namun setelah menikah dapat membeli rumah
dan kendaraan. Ini semuanya berkat istri yang pandai mengatur urusan keuangan.
Jangan Belanja Melebihi
Kemampuan atau Sesuatu Yang Tidak Dibutuhkan
Sering kita lihat anak-anak sekarang atau
keluarga muda zaman ini dimana suami istri sama-sama menggunakan Black Berry
atau memegang i-Pad atau menggunakan sepatu dan pakaian yang mewah. Padahal
penghasilan mereka hanya sebesar UMR. Kadang karena penasaran saya lihat
rumahnya. Ternyata ia masih mengontrak rumah dan kadang masih nyusahin orang
tuanya.
Hal
itu dikarenakan ia membeli sesuatu yang tidak terlalu penting dan tidak terlalu
dibutuhkan. Kadang karena hanya mengejar trend dan gengsi atau gaya
hidup. Akhirnya ia memaksakan diri membeli sesuatu dengan kartu kredit.
Padahal
trend atau gaya hidup umurnya hanya sementara. Coba lihat elektronik,
setiap hari ia berubah dengan cepat. Demikian pula harganya. Yang dulunya
seharga 10 juta, maka beberapa tahun kemudian akan turun menjadi 5 juta. Lalu
datang model baru lagi yang hanya berbeda sedikit saja fasilitasnya.
Beli Barang Karena Kegunaannya Bukan
Merknya
Untuk
itu mari kita membeli sesuatu karena kegunaannya, bukan karena merknya
atau mengikuti gaya hidup. Contohnya
membeli baju, celana atau sepatu atau asesoris atau makan makanan yang enak.
Semuanya itu akan habis dan tidak menyisakan apa-apa. Kecuali hanya kesenangan
sementara.
Padahal
baju seharga 100 ribu dengan baju seharga 500 ribu tidak ada bedanya di depan
umum. Toh dalam Islam orang dinilai bukan karena mahalnya pakaian yang
dikenakan dan makanannya yang mahal namun dinilai karena iman dan takwanya.
Terkait
dengan asesoris atau hobi banyak yang membelinya dengan harga yang cukup wah.
Padahal semuanya itu hanya perhiasan yang bersifat sementara. Coba kalau kita
belikan emas atau tanah atau batu mulia lainnya, hal itu tentu akan lebih
bermanfaat sebagai investasi di kemudian hari.
Menyewa atau Membeli
Jika kita tidak mampu membeli kenapa tidak
menyewa saja. Dari pada memaksakan diri hutang di luar kemampuan namun akhirnya
dikejar-kejar abang kerdit atau bank atau debt colector lebih baik
menyewa sesuai kemampuan. Sebab dunia ini bukan milik kita. Yang penting bagi
kita adalah memanfaatkan bukan memiliki.
Kadang
kalau kita membeli justru mengeluarkan anggaran lain yang lebih besar. Serta
merepotkan diri kita. Contohnya membeli mobil bagi orang yang rumahnya kecil
dan tidak punya lahan parkir. Maka ia harus menyewa tempat parkir, di Jakarta
paling tidak 300 ribu per bulan. Setahun berarti sudah 3,6 juta, belum lagi
biaya bensin, biaya perawatan, biaya asuransi, biaya tilang dan biaya mencuci
mobil. Lalu biaya ketakutan yaitu takut hilang atau takut rusak.
Berbeda
dengan menyewa mobil. Kita cukup bayar sesuai kebutuhan. Setelah itu kita tinggal
tidur dengan nyaman karena sudah termasuk drivernya. Serta tidak perlu
ketakutan, sebab asuransi dan lainnya sudah dijamin oleh rental.
Berfikir Jangka Panjang (Investasi)
Marilah kita berfikir jangka panjang dalam
hidup ini. Sejak dini kita harus berinvestasi dengan menabung. Baik dalam
bentuk uang atau emas atau tanah atau pohon. Caranya dengan menyisihkan
sebagian rejeki kita. Jangan kita habiskan gaji bulanan kita. Tabunglah
sebagian.
Karena hidup kita ini, insya Allah panjang
antara 60 sampai 70 tahun. Maka kita harus mempersiapkan pendidikan anak-anak
kita. Mempersiapkan jaminan pemeliharan kesehatan kita di kemudian hari.
Mempersiapkan pernikahan anak-anak kita
dan membesarkan mereka untuk menjadi generasi yang mandiri.
Langkah lainnya tentu saja mencari
pendapatan tambahan. Dari pada facebook hanya untuk ngoceh yang tidak berguna
lebih baik dimanfaatkan untuk alat pemasaran. Dari pada I-Pad hanya untuk main
game maka dapat digunakan sebagai pusat informasi data untuk menulis buku.
Daripada perkutut atau anggrek yang mahal
hanya untuk hobi, lebih baik diternakkan dan dibudidayakan. Dari pada kaos olah
raga hanya untuk nge-fans kepada negara atau klub tertentu lebih baik ikut
jualan. Karena ciri manusia sukses adalah bekerja dan berjualan.
Silahkan jualan apa saja yang halal. Dengan cara menjual anda akan menjadi kaya
sehingga tidak terlilit hutang.
Kisah Ali RA
Beliau berkata, “Wahai
uang emas, wahai uang perak, tidaklah mungkin aku melimpahkan kesalahanku
kepada orang lain dengan cara begini dan begitu.” Lalu beliau membagikannya
semuanya sehingga yang tersisa hanya tinggal satu dinar (uang perak), sedangkan
uang dirham (emas) tidak ada satupun yang tersisa, lalu beliau memerintahkannya
untuk memberikan dinar tersebut. Setelah itu beliau mengerjakan sholat dua
raka’at di dalam baitul maal tersebut.”[10]
Adh Dhirar
berkata, “Demi Allah, Ali itu memiliki pandangan yang jauh ke depan,
memiliki kekuatan yang hebat, perkataannya rinci, berlaku adil dalam memutuskan
hukuman, memancarkan ilmu dari berbagai arah, kata-katanya penuh hikmah, menjauhkan
diri dari dunia dan kemewahannya, demi Allah, di tengah gelapnya malam
beliau bangun dan mencucurkan air matanya, panjang pikirannya, terbuka
tangannya (dermawan), menasehati dirinya, menyukai pakaian yang kasar,
dan makanan ala kadarnya…”[11]
Syaikh Khalid
Muhammad Khalid berkata, “Imam (Ali)membeli barang-barang kebutuhan keluarga
dan membawanya dengan kedua tangannya.”[12]
Umar bin abdul
Aziz berkata, “Orang yang paling zuhud adalah Ali bin Abi Thalib.”[13] Ali RA berkata, “….Aku tidak ingin
kenyang sementara disekelilingku banyak perut kelaparan dan hati-hati yang
pedih.”[14]
[1] Shahih Bukhari 5:320:1378
[2] Shahih Bukhari 5:248:1338
[3] Tafsir Thabari 17:4280429, lihat juga
Tafsir Ibnu Katsier 5:69
[4] HR Thabarani 2:385:634, Syubul Iman
Baihaqi 12:131:5405
[5] Shahih Bukhari 16:467:4955
[6] Shahih Bukhari 17:30:4996
[7] Shahih Muslim 14:226:5277
[8] Sunan Turmudzi 8:374:2293
[9] Sunan Nasai 16:365:5380, shahih.
[10]Ibid hal. 218.
[11]Ibid
[12]Khalid Muhammad Khalid hal. 404.
[13]Ibid.
[14]Ibid
hal. 434.
2 comments:
Saya Ikmaludin Husnah dan saya mengambil saya keluar waktu untuk bersaksi tentang ibu Amanda karena dia akhirnya menawarkan saya.
Saya dan suami saya masuk ke utang yang sangat besar dengan Bank dan kami mencari pinjaman dari perusahaan pinjaman yang berbeda tetapi semua datang ke sia-sia. Sebaliknya mereka masuk kami ke lebih banyak utang, meninggalkan kami bangkrut sampai aku datang dengan ibu Amanda, yang menawarkan pinjaman. Sekarang kita memiliki akhirnya menetap utang kami dan memulai bisnis baru dengan uang kiri dari pinjaman. Anda dapat menghubungi dia kemarin untuk pinjaman apapun, dan jumlah.
Hubungi Ibu Amanda melalui email berikut. amandaloans@qualityservice.com atau amandarichardson686@gmail.com atau Anda hanya dapat menghubungi saya melalui email saya untuk lebih lanjut lebih petunjuk ikmahusnah@gmail.com
Ass. Perkenankan saya untuk memohon maaf sebesar - besarnya jika apa yang saya ceritakan nantinya akan membuat anda tersinggung, sebelumnya perkenalkan nama saya Herlina Parawati, saya berasal dari Deli Serdang, saya seorang istri dari ibu 4 orang anak. Awalnya kehidupan keluarga saya sangatlah bahagia. Walaupun penghasilan suami saya hanya mampu mencukupi kebutuhan sehari - hari keluarga kami, saya sangatlah bersyukur dan tak lama kemudian alhamdulillah suami saya diberikan kenaikan jabatan oleh atasannya, kehidupan kami mulai menanjak naik dan kami berpikir untuk membuka usaha. Singkat cerita sekali lagi saya sangat bersyukur sebab usaha ayam bakar yang kami buat sangat laris sehingga mendatangkan keuntungan besar bagi kami sekeluarga. Untuk memperbesar usaha kami, saya dan suami akhirnya memberanikan diri untuk meminjam uang di bank,setelah itu saya mendirikan cabang warung ayam bakar saya di berbagai daerah di Indonesia. Dengan jumlah karyawan kurang lebih 150 orang. Semula perkembangan usaha kami cukup baik, namun setelah setahun kemudian usaha kami mulai meredup dan cabang cabang warung ayam bakar kami mulai tutup satu per satu. Akhirnya usaha kami bangkrut dan menyisakan utang bank yang sangat besar bagi kami sekeluarga. Habis Jatuh Tertimpa Tangga pula suami saya dipecat dan dipenjarakan akibat dituduh menggelapkan uang perusahaan. Akhirnya semua hutang bank dan biaya hidup saya tanggung sendiri membesarkan empat orang anak tanpa suami saya merupakan cobaan yang sangat berat bagi kehidupan saya. saya stres dan hampir memutuskan kejalan yag salah dengan mengakhiri hidup saya sendiri, dalam keterpurukan hidup saya, secara tidak sengaja saya membuka salah satu blog kesaksian dan membaca kolom komentar seseorang yg punya nasib yang sama dengan saya. Dalam komentarnya dia mengarahkan saya untuk menghubungi seorang guru yakni Kyai H. Achmad Mubarak yang membantunya keluar dari masalahnya. Saya mencoba menghubungi pak kyai dan alhamdulillah beliau bersedia membantu saya. Masyaallah berkat bantuan beliau akhirnya semua utang saya lunas dan saya mampu mendirikan usaha kembali , walhasil sekarang saya sudah memiliki aset dimana mana dan memiliki perusahaan yang mengeskpor hasil laut keluar negeri, Semua ini terjadi berkat Allah SWT lewat uluran tangan pak Kyai H. Achmad Mubarak yang begitu tulus dan baik dalam mengarahkan saya keluar dari masalah utang saya. Sebagai wujud Ungkapan rasa syukur dan terima kasih saya, saya akan memberikan nomor beliau kepada anda yang membaca cerita saya ini, jika saudara saudari memiliki masalah seperti saya silahkan hubungi beliau di nomor 0821 2545 0758. Semoga bermanfaat dan semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin yaa rabbal alamin. Allahu Akbar.
Post a Comment