Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Friday, 13 September 2013

Obat Gelisah

Cara Pandang Yang Salah
Sebagian besar sumber kegelisahan atau ketakutan berada pada fikiran. Karena itu untuk menghancurkan sifat gelisah harus merubah mindset atau cara berfikir. Yaitu membalik rasa gelisah menjadi optimis. Sebab dibalik kesulitan itu selalu ada kemudahan. Bahkan menjadikannya sebagai peluang atau pemicu semangat.
Contohnya orang yang gelisah karena takut di-PHK, maka ia harus merubah fikiran bahwa rejeki Allah itu bukan hanya di perusahaan. Tapi ada di pasar-pasar, di internet, di jalan-jalan, bahkan di penjara.
Hamka misalnya menulis tafsir Al Azhar di penjara. Demikian halnya Sayyid Qutb menulis Fii Dzilaalil Qur’an dalam kungkungan rezim dikatator Mesir. Lalu Imam Ibnu Taymiyah dan Imam Ibnul Qayyim banyak menulis buku dalam penjara. Dan semuanya itu kini menjadi berkah atau rizki yang melimpah bagi para penerjemah, penerbit, distributor hingga pembacanya.

Instropeksi Diri
Selanjutnya melakukan instropeksi diri. Jangan-jangan kita banyak dosa dan kesalahan sehingga menimbulkan jiwa yang penakut. Jiwa yang lemah. Jiwa yang cengeng. Jiwa yang mudah diintervensi oleh setan melalui rasa takut, hilangnya rizki dan kemiskinan.

Minta Nasehat
Gelisah juga dapat diobati dengan bercerita kepada orang lain. Misalnya kepada istri, orang tua kita, guru kita atau orang shalih lainnya yang kita percaya. Dengan bercerita maka beban tersebut akan berkurang. Lebih-lebih jika disertai permintaan nasehat dari orang-orang shalih.
Sebab salah satu kewajiban muslim terhadap muslim lainnya adalah memberikan nasehat apabila diminta oleh saudaranya. Dengan nasehat-nasehat yang indah sebagaimana ditampilkan dalam buku Laa Tahzan,  maka akan membangkitkan gairah untuk menempuh hidup yang lebih baik lagi.

Pergi ke Psikolog
Jika langkah-langkah di atas tidak dapat diselesaikan tidak ada salahnya anda pergi ke psikolog atau psikiater. Karena merekalah orang yang ahli dalm ilmu jiwa. Tentunya kepada psikolog muslim yang shalih dan paham agama. Perlu diketahui pula bahwa orang yang pergi ke psikiater bukanlah orang yang sakit jiwa. Tapi orang yang memiliki masalah untuk dipecahkan.

Pergi Ke Dokter
Jika gelisah dan ketakutan sudah semakin akut dan menimbulkan penyakut fisik seperti maag hingga pening atau migren, maka sebaiknya segera ke dokter untuk mendapatkan terapi dan pengobatan. Sebab jika dibiarkan penyakit tersebut akan berkembang menjadi penyakit-penyakit lainnya yang lebih berbahaya semisal stroke.

Membaca Kisah Orang Shalih
Terapi lainnya yaitu dengan membaca kisah orang sahlih. Misalnya cara Ali bin Abi Thalib menghadapi gelisah. Beliau adalah khalifah keempat, sepupu dan menantu nabi SAW. Meskipun demikian hidupnya sangat sederhana dan pas-pasan. Namun apa yang dilakukan oleh beliau ketika gelisah, tiada lain beliau minta pertolongan kepadaNya. Dalam syairnya beliau berkata :
Kala hati diliputi dengan rasa putus asa
dan dada yang lapang sesak karenanya,
Kala hati disesaki dengan ketidak-enakan
Dan semua perkara bertumpuk menyatu,
Kala tak ada lagi terlihat bahaya yang akan tersingkap
tidak akan berguna segala upaya
Pertolongan akan datang pada keputusasaanmu
dari Yang Maha Dekat dan Maha Pengabul Permintaanmu
Jika semua peristiwa telah habis waktunya
akan bersambunglah pertolongan yang membukamu.”[1]
Demikian halnya yang dilakukan oleh Harun Ar Rasyid pada saat kritis akan menemui ajalnya. Ia menyenandungkan syair dan ketergantungan kepada Allah SWT.
”Kini di Thus aku bermukim
Tanpa seorangpun sahabat kumiliki
Aku berharap kepada Allah apa yang menimpaku
Sungguh selama ini Ia telah menyayangiku
Di Thus telah menghampiriku
Qadha-Nya yang telah ditetapkan bagiku
Tiada lain kupersembahkan kecuali
Keridhaan, kesabaran dan berserah diri.”[2]
Baca pula kisah sahabat Abdullah bin Hudzaifah di zaman khalifah kedua Umar bin Khatab. Tatkala beliau diangkat sebagai komandan perang menghadapi tenatara Salib Romawi yang sering mengganggu kaum muslimin di Syam (Syria, Palestina dan Yordania). Namun sayang karena pasukannya yang sedikit dan kalah kekuatan dari pasukan musuh, maka beliau ditangkap tentara Romawi dan dihadapkan kepada rajanya.
Maka terjadilah dialog antara raja dan Abdullah
”Sudilah engkau masuk dalam agama nashrani, saya akan mengajak engkau duduk dalam pemerintahan dan saya akan mengawinkan dengan putriku!”
”Andaikata engkau memberikan kepada saya segala apa yang dimiliki orang arab agar saya masuk murtad dari agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, walaupun hanya sesaat, saya tidak akan mau melakukan perbuatan itu.”
”Kalau begitu engkau akan saya bunuh.”
”Silahkan kalau itu maumu.”
Raja Rum pun memerintahkan untuk membunuhnya dengan cara di taruh pada kayu salib. Dalam keadaan tersalin raja memerintahkan regu penembak untuk mengeksekusinya. Abdullah ditembak dekat tangan dan kakinya (rupanya pelurunya meleset tidak mengenainya).
Melihat hal ini raja heran, namun demikian raja tetap mendesaknya untuk masuk agama Nashrani. Namun Abdullah tetap tidak bergeming. Akhirnya Abdulah diturunkan dari kayu salib.
Riwayat lainnya menyatakan beliau disiksa dengan dimasukkan dalam kuali besar kemudian dipanaskan dengan api.
Riwayat lainnya menyatakan bahwa raja memenjarakannya dan tidak diberikan makanan dan minuman hingga beberapa hari. Dalam keadaan lapar dan haus, raja mengirimkan kepada Abdulah khamr dan daging babi. Tetapi beliau tidak mau mendekatyi makanan dan minuman yang haram tersebut.
Raja keheranan dan kemudian memanggilnya.
”Apakah yang melarangku makan?”
Abdulah menjawab, ”Sebenarnya dalam keadaan darurat, saya boleh makan makanan dan minuman tersebut, tetapi aku tidak ingin menggembirakan engkau dengan perbuatan seperti itu.”
”Kalau begitu ciumlah kepalaku maka aku akan membebaskanmu.”
”Aku mau mencium kepalamu dengan syarat engkau membebaskan seluruh tawanan (kaum muslimin)!”
”Baiklah, ” kata raja.
Maka Abdulah pun mencium kepala raja Nashrani demi pembebasan kawan-kawannya yang ditawan. Maka kemudian raja melepaskan Abdullah dan seluruh tawanan.
Maka sekembali di kota Medinah beliau disambut meriah oleh khalifah Umar. Dan Umar mengumumkan kepada kaum muslimin tentang kedatangan komandan yang berani, memiliki mental baja dan gigih dalam imannya. Mak Umar kemudian mencium kepala Abdulah untuk menghormati kegagahan dan keperwiraannya. Yang selanjutnya disusul oleh kaum muslimin lainnya.
Itulah iman yang kuat. Iman yang mampu menghilangkan sifat gelisah, sedih dan gundah gulana. Untuk itu kenapa kita harus bersedih, padahal belum pernah datang ujian pada diri kita sebagaimana yang dialami Abdullah. Atau yang pernah dialami Bilal, bahkan Nabi sekalipun yang pernah ditaburi kotoran hewan ketika sholat di Masjidil haram dihadapan putrinya, fathimah RA.
Pada hari ini kita masih bisa makan dan minum. Masih bisa bekerja dengan baik. Masih sehat wal’afiat. Masih punya istri dan anak-anak yang berbakti. Masih hidup merdeka. Masih hidup bebas. Tidak dijajah. Tidak ditawan. Tidak pula di ujung pedang. Maka tetaplah tegar, optimis dan gembira dengan iman, islam dan nikmat sehat yang dikaruniakan Allah kepada kita semua.




[1] Imam As Suyuthi, Tarikh Khulafa’, Pustaka Al Kautsar (Jakarta:2001), hal. 212.
[2] DR. Syauqi Abu Khalil, Pustaka Al Kautsar (Jakarta:2006), hal. 48.

No comments: