Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Tuesday 28 May 2013

Tujuh Kriteria Sukses di Bulan Ramadhan


TUJUH KRITERIA SUKSES DI BULAN RAMADHAN


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa” (Al baqarah 2:183).

            Minimal kita temukan tujuh tema yang berkaitan dengan bulan suci Ramadhan yang dijelaskan oleh Allah pada surat Al Baqarah ayat 183-187. Yaitu Ramadhan dan takwa. Ramadhan dan puasa. Ramadhan dan fakir miskin. Ramadhan dan Alqur’an. Ramadhan dan do’a. Ramadhan dan keharmonisan dan rumah tangga. Serta Ramadhan dan harta. Tema-tema tersebut sekaligus menjadi kriteria dan tolok ukur keberhasilan kita dalam menunaikan ibadah di bulan suci Ramadhan.
           
Ramadhan dan Takwa
            Sama-sama kita pahami bersama bahwa tujuan berpuasa di bulan ramadhan adalah untuk mencapai derajat takwa. Yang menurut tafsir Jalalain maknanya adalah menjalankan segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
            Adapun ciri-cirinya antara lain adalah sebagaimana yang diuraikan pada surat Al Baqarah ayat 2-5 yang berbunyi :
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ (2) الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِالْغَيْبِ وَيُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) وَالَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِمَا أُنْزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنْزِلَ مِنْ قَبْلِكَ وَبِالْآَخِرَةِ هُمْ يُوقِنُونَ (4) ولَئِكَ عَلَى هُدًى مِنْ رَبِّهِمْ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (5)

            َيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Kuasa.”(Al Hujuraat 49:13).
Ramadhan dan Puasa
            Puasa merupakan salah satu ibadah pokok, utama dan wajib di bulan suci Ramadhan. Karena itulah setiap kita yang telah memenuhi syarat antara lain baligh, sehat dan mukim wajib berpuasa. Yaitu menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa mulai sejak fajar hingga tenggelamnya matahari. Seperti menahan diri dari makan dan minum serta berhubungan suami istri pada waktu tersebut.
      Masalah ini secara panjang lebar dibahas oleh para Imam ahli Hadits . Imam Bukhari & Abu Dawud, dalam bab Ash Shoum. Imam Malik,  Muslim, An Nasa’i, Ibnu Majah dalam bab Ash Shiyam. Imam Turmudzi dalam bab Ash Shoum ’An Rasulillah.  Dengan membaca kitab hadits tersebut beserta syarah (penjelasannya) maka akan  menjadi bekal yang memadai bagi kita dalam menjalankan ibadah puasa.
Atau dengan membaca kitab-kitab fiqih puasa yang banyak ditemukan diberbagai toko buku. Sehingga kita memasuki bulan ramadhan di dasarkan kepada ilmu. Diantara buku fiqih yang populer adalah Fiqih Sunnah karya Prof. Sayyid Sabiq, syarah Bulughul Maram dan Al Mughni karya Imam Qudamah.
Ramadhan dan Fakir Miskin
            Ramadhan dan fakir miskin dijelaskan Allah pada surat Al Baqarah ayat 184.
أَيَّامًا مَعْدُودَاتٍ فَمَنْ كَانَ مِنْكُمْ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ فَمَنْ تَطَوَّعَ خَيْرًا فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ وَأَنْ تَصُومُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”(yaitu) dalam beberapa hari yang tertentu. Maka barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS 2:184).
            Ayat ini memberikan arahan agar di bulan puasa ini kita lebih memperhatikan kaum fakir miskin. Yaitu dengan memberi fidyah bagi orang yang berat melaksanakannya seperti para MANULA atau orang yang sakit menahun atau wanita yang hamil/menyusui. Namun filosofi yang terpenting adalah bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kaum dhu’afa. Apalagi di bulan ramadhan kita juga diwajibkan membayar zakat fitrah. Untuk itu maka ZIS harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya bagi kemakmuran kaum fakir dan miskin.
Ramadhan dan Alqur’an
            Tema ini dijelaskan Allah pada ayat 185.
            شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
            ”(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”
            Maknanya tentu saja Allah menghendaki kita untuk membaca, memahami, mentadaburi, menghafalkan dan mengamalkan Alqur’an dalam kehidupn sehari-hari. Karena itu perlu dilakukan berbagai kajian yang menyangkut Alqur’an. Mulai dari cara membacanya, menghafalkannya, mengartikannya, menafsirkannya dan mengabil hukumnya.
Ramadhan dan do’a
            وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
            “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran” (QS 2:186).
            Untuk itu di bulan Ramadhan kita harus banyak berdo’a kepada Allah SWT. Di berbagai Masjid bahkan sudah ada standar do’a tersebut. Namun sayang ummat tidak paham isi dan kandungan do’a tersebut beserta konsekuensinya. Contohnya lafal do’a menyatakan wa li zakaati faa’iliin (dan terhadap zakat kami adalah orang yang menunaikannya). Tapi kenyataannya dalam kehidupan sehari-hari mereka hanya tahu tentang zakat fitrah dan enggan mengeluarkan zakat maal (harta).
            Atau penulis yang sering tertawa adalah wa bi huurin ‘in mutazawijiin (dan dengan bidadari syurga kami adalah pasangannya). Namun ternyata ibu-ibu juga meng-amin-kannya. Padahal sama-sama wanita. Bidadri wanita. Ibu-ibu wanita. Ini menunjukkan betapa kita kurang meresapi dan memahami do’a-do’a yang kita ucapkan. Untuk itu perlu kiranya kaum muslimin memahami makna dan kandungan do’a dengan baik.
Ramadhan dan keharmonisan dan rumah tangga
            أُحِلَّ لَكُمْ لَيْلَةَ الصِّيَامِ الرَّفَثُ إِلَى نِسَائِكُمْ هُنَّ لِبَاسٌ لَكُمْ وَأَنْتُمْ لِبَاسٌ لَهُنَّ عَلِمَ اللَّهُ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَخْتَانُونَ أَنْفُسَكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ وَعَفَا عَنْكُمْ فَالْآَنَ بَاشِرُوهُنَّ وَابْتَغُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَكُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الْأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الْأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمَّ أَتِمُّوا الصِّيَامَ إِلَى اللَّيْلِ وَلَا تُبَاشِرُوهُنَّ وَأَنْتُمْ عَاكِفُونَ فِي الْمَسَاجِدِ تِلْكَ حُدُودُ اللَّهِ فَلَا تَقْرَبُوهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ آَيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS 2:187).
Ayat ini berbicara tentang keharmonisan rumah tangga. Untuk itu di bulan suci kita juga tidak boleh menyepelekan hak istri kita. Hendaknya kita tunaikan kewajiban kepada keluarga dengan sebaik-baiknya. Karena istri adalah pakaian bagi kita, demikian juga sebaliknya. Dimana satu dengan yang lain saling menutupi aib, membantu dan tolong menolong dalam kebajikan dan takwa.
Ramadhan dan harta
            لَا تَأْكُلُوا أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ وَتُدْلُوا بِهَا إِلَى الْحُكَّامِ لِتَأْكُلُوا فَرِيقًا مِنْ أَمْوَالِ النَّاسِ بِالْإِثْمِ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
            ”Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan (jalan berbuat) dosa, padahal kamu mengetahui.” (QS 2:188).
            Pada bulan Ramadhan hendaknya kita instropeksi diri atas harta kita. Dari mana dan dengan cara apa kita mendapatkannya. Jangan sampai harta kita tercemar dengan hal-hal yang haram dan subhat seperti bunga bank. Serta menjauhkan diri dari memakan harta saudara kita. Misalnya dengan cara korupsi di kantor. Atau melakukan penipuan.
            Semoga dengan tujuh kriteria tersebut kita benar-benar menjadi orang-orang yang bertakwa. Yaitu orang-orang yang peduli dengan puasa. Peduli dengan fakir miskin. Pedluli dengan Alqur’an. Peduli dengan ilmu. Peduli dengan do’a. Peduli dengan keluarga. Peduli dengan kebersihan harta.

No comments: