Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Sunday 6 April 2014

Pengecut (Lanjutan Obat Kuat)



PENGECUT

            Selanjutnya Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat pengecut (Jubni). Ini termasuk sifat buruk yang wajib kita jauhi. Salah satu caranya yaitu dengan banyak berdo’a di pagi dan petang hari mohon perlindungan kepada Allah dari sifat pengecut. 
           
6.1.            Pengertian Pengecut
Pengecut adalah sifat tidak bertanggung jawab, takut menghadapi realitas, hingga lari dari tugas, kewajiban dan amanah. Tidak berani mengakui kekurangan, kelemahan hingga kesalahan. Kalau dalam peperangan maka lari dari musuh karena ketakutan, bukan karena dalam rangka strategi perang atau menjaga mashlahat dakwah yang lebih besar.


6.2.            Ciri-Ciri Pengecut
Ciri-ciri pengecut antara lain jika diberi tanggung jawab atau dibebani tugas dakwah ia akan segera kabur. Kadang pura-pura sakit. Ogah-ogahan hingga malas. Apabila salah ia akan mencari seribu alasan pembenar. Apabila ada masalah justru ia pergi bukan mencari jalan keluar. Biasanya suka marah-marah dan mencari kambing hitam. Bila bertemu musuh kalau tidak lari maka ia pura-pura berbaik hati hingga menjadi pengkhianat dakwah dengan memberikan berbagai informasi yang merugikan aktifitas dakwah.
Waktu di asrama militer dulu saya pernah lihat oknum pengecut. Gara-gara takut ditugaskan ke Timor-Timur, oknum ini rela melukai kakinya hingga berdarah dan bengkak serta kemudian diperban. Padahal tugas tentara adalah berperang melawan musuh dan mempertahankan negara RI. Apalagi yang dilawan adalah Fretilin yang kafir, sehingga apabila niatnya berjihad, maka boleh jadi jika ia wafat akan mendapatkan pahala syuhada.


6.3.            Dampak Pengecut

Dampak pengecut diantaranya adalah hilangnya harga diri umat Islam. Semakin kuat dan menumbuhkan motivasi musuh untuk menghancurkan umat Islam. Melemahkan barisan dakwah. Tertundanya banyak tugas, kewajiban dan amanah. Tidak diketahuinya sumber masalah. Sampai bocornya rahasia ke tangan musuh. Serta jatuhnya mereka ke dalam perbuatan mabuk-mabukan dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena takut menghadapi kenyataan.

6.4.            Mengobati Pengecut

6.4.1.         Naqli (Alqur’an dan Sunnah)

Perbuatan Haram
Pertama, pengecut adalah perbuatan haram dan diancam dengan neraka jahanam, khususnya kalau hal ini dilakukan dalam jihad atau medan perang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ (15) وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (16)

”15. Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). 16. Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (Al Anfaal 8:15-16).

Lari dari tanggung jawab
Kedua, Allah melarang kita lari dari tanggung jawab. Sebaiknya tanggung jawab dan tugas dari Allah tersebut kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan cara banyak melakukan ibadah. Baik ibadah mahdhah yang terkait dengan hubungan kita kepada Allah seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Atau ibadah mutqan seperti bekerja dan berkarya dalam hidup dan kehidupan ini.
Karena kemanapun kita menghindar, ujungnya adalah kematian. Lalu untuk apa kita berlari darinya. Kenapa tidak lebih baik kita hadapi. Tentunya dengan cara taat dan mengikuti Nabi besar Muhammad SAW.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Al Jumu’ah 62:8).
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
Dan datanglah sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (Qaaf 50:19).
قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا
Katakanlah: ”Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (Al Ahzab 33:16).

Menyebabkan Kerugian
Ketiga, sifat pengecut menyebabkan kerugian, kehinaan dan kehancuran. Sebagaimana hal ini pernah terjadi pada bangsa Yahudi. Karena mereka takut dengan bangsa Palestina akhirnya mereka menjadi bangsa yang lemah, terlunta-lunta dan diusir dari negeri yang satu ke negeri lainnya.
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21) قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ (22) قَالَ رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (23) قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ (24) قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (25) قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (26)
            21. Hai kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi.”
22. Mereka berkata: ”Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”
23. Berkatalah dua orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: ”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
24. Mereka berkata: ”Hai Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.”
25. Berkata Musa: ”Ya Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.”
26. Allah berfirman: ”(Jika demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasik itu.” ( Al Maa’idah 5:21-26).

Sifat Syetan
Keempat, sifat pengecut merupakan sifat syetan. Karena pekerjaannya menggoda dan mengganggu manusia dengan cara bersembunyi. Tidak berani berhadap-hadapan. Apalagi menampakkan diri dengan cara berduel melawan manusia yang dijahatinya.
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
”4. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi 5. yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia 6. dari (golongan) jin dan manusia.” (An Naas 114:4-6).

Sifatnya Abdullah bin Ubay
Kelima, pengecut adalah sifat orang munafik. Sifatnya Abdullah bin Ubay bin Sahul beserta kawan-kawannya. Jika di depan nabi ia berlaku baik, namun bila bersama Yahudi atau musuh Allah ia mengaku hanya mengolok-olok nabi dan sahabatnya.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ
”Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ”Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan: ”Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.”(Al Baqarah 2:14).

Cari Teman Yang Shalih
Carilah teman yang shalih. Teman yang pemberani. Teman yang tabah dan sabar. Teman yang mampu memberikan nasehat dalam ketakwaan. Karena seseorang itu sangat tergantung kepaad siapa ia berteman. Berteman dengan pengecut mak ia akan menjadi pengecut. Berteman dengan penjual minyak wangi maka akan ketularan wangi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ[1]
Dari Abu Hurairah bahwasanya Nabi SAW bersabda, ”Seseorang itu menurut agama temannya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang ia jadikan teman.”

6.4.2.         Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)

Akhir Hidup Pengecut
Orang-orang yang berakal sehat dan berjiwa bersih tidak suka dengan para pengecut apalagi pengkhianat. Karena itu para pengecut biasanya disingkirkan dari kehidupan pada umumnya. Banyak orang yang tidak suka kepadanya. Sebagaimana Sengkuni atau Durna yang berjiwa pengecut. Sepanjang sejarah mereka dibenci oleh kawan maupun lawan.
Dalam perang sering kita temukan orang berperilaku seperti ini. Ketika bermanfaat bagi musuh ia dipelihara dan disanjung-sanjung. Tapi setelah tidak berguna maka ia akan disingkirkan dan dibunuh oleh orang yang selama ini dibela dan diberikan bocoran informasi.

Belajar Dari Sahabat Nabi
Kita dapat belajar dari khalifah Ali Bin Abi Thalib. Meskipun hidupnya pas-pasan, beliau tetap istiqamah dalam keimanan dan keislaman. Coba bandingkan dengan orang-orang zaman sekarang. Karena hidup fakir sebagian berpindah agama. Sebagian menjadi pelacur dan sebagian bekerja di klub-klub malam.
Lihat pula pahlawan perang Uhud Mushaib bin Umair. Meskipun lahir dari keluarga kaya raya dan bangsawan tapi beliau rela hidup sederhana untuk dakwah Islam.
Bahkan beliau rela mempersembahkan nyawa bagi kejayaan Islam. Dengan jiwa ksatria beliau menjadi komandan perang dalam perang Uhud. Meskipun tangannya satu demi satu putus dibabat pedang musuh, beliau tetap maju menerjang musuh. Hingga akhirnya beliau syahid di medan laga, setelah dadanya tertembus pedang.
Lihat pula Khubaib bin Adi. Beliau dengan penuh pengorbanan rela disalib, disiksa dan diiris-iris tubuhnya oleh musyrikin Qurays hingga menemui Allah SWT. Padahal jika mau ia dapat berkhianat dengan bergabung bersama orang kafir. Tapi beliau lebih memilih mencintai Allah dan RasulNya.
Atau Bilal bin Rabah. Beliau memilih dibakar di padang pasir yang sangat terik membakar tubuh, ditindih batu dan dipukuli majikannya dari pada kembali kepada ajaran jahiliyah. ”Ahad... ahad...ahad...” Demikian kata-katanya yang monumental dan menjadi saksi syahadatnya terhadap keesaan Allah SWT.
Atau keluarga Yasir RA. Beliau bersama istrinya tercinta, Sumayyah RA dihukum mati oleh musyrikin Qurays karena keteguhannya memeluk ajaran Islam. Mereka adalah para syuhada pertama dalam dakwah Nabi. Mereka dibunuh secara keji dan biadab oleh penyembah berhala. Sumayyah ditombak dari kepala hingga tembus kemaluannya. Semoga kelak Allah membalas perbuatan orang-orang jahiliyyah itu dengan balasan yang berlipat ganda. Dan untuk yasir beserta keluarga telah dijanjikan oleh Nabi dengan syurga. Semoga mereka berdua hidup damai bahagia dalam taman dari taman syurga di alam kuburnya.

Belajar dari Para Ulama
Abu Hanifah pernah ditawari jabatan sebagai Qadhi. Namun beliau menolaknya meskipun harus dipenjara. Tapi beliau pantang menyerah dan tunduk kepada penguasa.
Beliau dicambuk seratus kali setiap hari hingga meninggal dunia dalam penjara. Sikap khalifah Abu Ja’far Al Manshur ini hampir-hampir saja menimbulkan pemberontakan karena sikapnya yang sangat keterlaluan.
Namun sebelum beliau wafat, ia telah menjelaskan sikapnya.”Apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul maka akan saya junjung di atas kepala sambilmemejamkan mata. Apa-apa yang datang dari sahabat-sahabat nabi boleh dipikirkan dulu, akan tetapi apa yang datang selain dari mereka, maka mereka itu adalah lak-laki dan saya adalah laki-laki (Hum rijal wa ana rijal).
Orang bisa menahan badan beliau dalam penjara dan memukulnya sepuas-puasnya, tapi mereka tidak bisa menahan, memenjarakan hati dan jiwa besarnya yang senantiasa memancarkan iman.
Ketika paman khalifah, Abdurrahman bin Ali bin Abbas menganjurkan kepada khalifah untuk menebus pukulan cambuk itu, sebelum meninggalnya Imam Abu Hanifah berkata, ”Inilah ulama Irak, ulama orang Timur.”
Maka khalifah memerintahkan supaya memberikan uang sebanyak 30.000 dirham, seribu dirham untuk sekali cambuk. Tatkala uang itu diserahkan kepada beliau, beliau menolaknya. Tatkala ada yang menganjurkan supaya uang itu disedekahkan saja, maka beliau menjawab, ”Apakah mereka yang berkuasa mempunyai uang yang halal?.”[2]
Luar biasa ketegaran beliau. Meskipun dihadapan penguasa dan nyawanya menjadi taruhan, namun beliau tetap kokoh dalam keimanan danketakwaan. Beliau tidak lari, mengemis, minta ampun, surut, apalagi mencari muka untuk mendapatkan ampunan dari raja.
Keberanian lainnya ditunjukkan oleh Imam Malik. Imam kota Medinah. Penulis kitab hadits terkenal Al Muwatho. Yaitu tatkala Khalifah Harun Al Rasyid meminta beliau untuk datang ke istananya mengajarkan kitabnya tersebut, dengan jiwa pemberani beliau berkata, ”Sampaikanlah kepada Khalifah bahwa ilmu itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi.”
Akhirnya Khalifah datang ke majelis ilmu beliau dan minta duduk di kursi. Maka Imam Malik berkata, ”Kursi itu untuk pengajar, bila engkau mau belajar, maka duduklah di bawah bersama siswa lainnya.” Khalifahpun duduk di bawah bersama-sama jama’ah pengajian lainnya.[3]
Demikian halnya Imam Ahmad yang rela dihukum cambuk oleh penguasa karena teguh dalam mempertahankan Alqur’an. Padahal pada saat itu berkembang aliran yang menyatakan Alqur’an adalah makhluk, yang diikuti raja dan bangsawannya. Tapi beliau tetap gigih menyatakan bahwa Alqur’an bukan makhluk tapi kalamullah. Sebab jika beliau bergeser sedikit saja maka ini akan menjadi pintu hancurnya Alqur’an.  Dan tentu saja ajaran Islam. Karena jika Alqur’an makhluk maka ia akan punya sifat salah dan lupa. Jika ini yang terjadi maka orang tidak akan percaya kepada Alqur’an yang dinilai memiliki sifat salah.
Demikian pula yang terjadi pada diri Imam Syafi’i. Beliau pernah ditangkap karena dituduh bersekongkol dengan kaum ’alawiyyin. Namun berkat kecerdikan dan keberaniannya akhirnya beliau lolos dari hukuman mati. Jika tidak cerdik dan pengecut boleh jadi nasibnya akan sama dengan para pemberoontah ’alawiyyin yang dihukum mati.
Lalu Imam Ibnu Taymiyah dan Imam Ibnul Qayyim. Demi mempertahankan pendiriannya beliau rela hidup dalam penjara. Bahkan beliau tidak sempat menikah karena bolak-balik masuk penjara.

Belajar Dari Pahlawan Nasional
Agar jiwa pengecut kita hilang, perlu kiranya kita belajar dari sejarah hidup para pahlawan nasional. Mulai dari Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Imam Bonjol hingga KH Agus Salim dan M. Natsyir. Mereka semua teguh berjuang demi bangsa ini hingga akhir hayatnya. Khusus untuk M. Natsyir beliau tetap gigih mempertahankan akidah umat dari rongrongan gerakan pemurtadan. Bahkan di saat beliau akan wafat hadir pendeta untuk memurtadkan beliau, tapi beliau tetap gigih mempertahankan agamanya, sampai keluarganya datang untuk mendampingi beliau menghadap Rabbnya.

Belajar Dari Hewan
Banyak hewan yang memiliki sifat setia kepada majikannya. Contohnya anjing ia sangat setia dan tidak mau berkhianat kepada majikannya. Bahkan ada anjing yang rela mati bersama majikannya.
Begitupun macan. Tidak ada macan atau singa yang makan anaknya. Bandingkan dengan manusia. Ia rela membunuh anak-anaknya karena takut miskin demi lari dari tanggung jawab. Bahkan rela membunuh pasangannya karena ada wanita atau pria idaman lain.
Karena takut ketahuan telah mengandung, banyak remaja putri yang menggugurkan kandungannya (aborsi). Coba lihat kehidupan binatang,. Adakah mereka membunuh anaknya yang masih dalam kandungan?

Ke Pskiater
Pengecut adalah penyakit jiwa.  Untuk itu perlu pergi ke psikiater guna melihat sifat tersebut serta mencari solusinya. Karena jika dibiarkan penyakit ini sangat berbahaya dan kadang tidak disadari oleh pelakunya. Untuk itu keluarganya perlu memperhatikan masalah ini dengan seksama.


[1] Sunan Abu Dawud 12:459:4193, Sunan Turmudzi 8:383:2300, hasan shahih, Musnad Ahmad 17:107:8065.
[2] K.H. Firdaus A. N., Detik-Detik Terakhir Kehidupan Rasulullah, Pedoman Ilmu Jaya (Jakarta:2005), hal. 117-118.
[3] Ibid hal. 119, baca juga buku Kisah Imam Empat Madzhab.

No comments: