Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Sunday 6 April 2014

Kikir, Pelit dan Medit



KIKIR

            Rasulullah Saw mengajarkan pada kita untuk berlindung kepada Allah SWT dari sifat bakhil atau kikir atau pelit atau koret atau medit. Dalam bahasa arab dinamakan Al Bakhl atau Asy Syuh. Karena kenyataannya tidak sedikit kaum muslimin yang pelit dan medit. Buktinya zakat yang terkumpul di negeri ini sangat jauh dari potensi zakat yang ada. Potensinya trilyunan namun yang terkumpul baru ratusan milyar.
            Sifat pelit ini ditandai dengan maraknya praktek korupsi. Dimana kita melihat ada seseorang oknum jenderal polisi yang memiliki puluhan rumah dengan harga ratusan milyar rupiah yang didapatkan dengan cara-cara yang melanggar hukum. Bahkan tidak sedikit kyai atau ustadz yang tertangkap KPK karena melakukan tindak pidana korupsi. Ini semua adalah dampak dari sifat tamak dan bakhil.


7.1.            Pengertian Kikir
Kikir adalah keinginan untuk memiliki sesuatu yang ada dalam kekuasaannya untuk selama-lamanya tanpa mau berbagi kepada orang lain. Selanjutnya ia berusaha menambah terus sesuatu tersebut sehingga semuanya menjadi miliknya. Setelah itu semuanya dipeluk dan didekapnya erat-erat agar tidak lepas dari pangkuan dan jangkauannya. Sebagaimana halnya Qarun yang begitu gigih menyimpan perbendaharaan hartanya dan menyimpan kunci gudangnya dengan rapat-rapat.

7.2.            Ciri-Ciri Kikir
Ciri-ciri kikir dapat dilihat dari objek yang dikuasainya. Apabila dia memiliki harta maka ia tidak mau membayar zakat, mengeluarkan infak dan sedekah. Sulit sekali untuk berbagi kepada orang tua maupun saudaranya, apalagi kepada orang lain. Ada pula yang dermawan, namun uang adalah uang hasil kejahatan seperti korupsi. Ia tidak mau mengeluarkan dari uang yang halal dan dari penghasilan yang tidak melanggar hukum.
Bila terkait dengan ilmu mau ia sangat pelit untuk menyampaikannya. Apabila ditanya maka ia menjawabnya satu-satu, ngambang dan malas-malasan. Kecuali jika dibayar dengan bayaran tertentu maka baru dia mau mengajarkannya. Sehingga yang ada di kepalanya adalah uang, harta dan sejenisnya.
Jika yang dimilikinya kekuasaan atau jabatan, maka ia berjuang mati-matian untuk mempertahankannya. Baik dengan sikut kiri-sikut kanan, injak bawah dan menjilat ke atas. Tak peduli meskipun bawahannya sudah layak dan kompeten untuk menggantikan kedudukannya.
Selain  itu ia sangat sulit untuk melakukan kebaikan-kebaikan dengan menggunakan kekuasaannya. Baginya kepemimpinannya hanyalah untuk keuntungan dirinya. Manakala tidak ada keuntungan yang didapatkan maka ia enggan untuk menggunakan kewenangannya untuk kemashlahatan umat. Baru setelah pensiun ia bicara tentang dakwah dan umat. Padahal waktu memegang jabatan tinggi acuh tak acuh dengan dakwah bahkan memusuhi para da’i dan penegak ajaran Islam.
Lalu bakhil terkait dengan kehormatan dan kemuliaan. Betapa banyak orang yang mulia dan terhormat kedudukannya di masyarakat namun ia sangat pelit menggunakan karismanya tersebut untuk berdakwah, membela kebenaran dan kehormatan umat.
Pelit terhadap kelapangan, kesejahteraan dan kesenangan diri. Inilah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya sendiri. Ia tidak peduli dengan nasib orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan dakwah hingga urusan kebajikan di masyarakat.
Bakhil terhadap jiwa dan ruhani. Makanya ia jarang memberikan makanan terhadap ruhaninya. Ia malas dzikir, berdo’a dan ibadah lainnya.
Terakhir pelit dalam berakhlak mulia. Ia lebih suka berbuat kasar, suka mencari kesalahan orang lain, memfitnah, mengadu domba, membentak-bentak hingga berdusta atas nama Allah SWT.[1]

7.3.            Dampak Kikir
Dampak kikir dapat dilihat dari aspek dimana ia berbuat medit. Terkait dengan harta maka hal ini akan menyebabkan harta hanya berputar pada golongan tertentu saja sehingga banyak masyarakat miskin yang tidak dapat ditolong dan dibantu. Yang pada gilirannya akan membawa kepada penyakit sosial lainnya seperti pencurian, perzinahan hingga perampokan.
Terkait dengan dirinya maka akan menjadikan hartanya kotor karena tidak dibersihkan. Hartanya menjadi kurang berkah.  Tidak peduli dengan lingkungan dan  kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat membawa kepada penyakit hati lainnya seperti sombong dan angkuh.
Terkait dengan ilmu maka ia akan menjadi orang yang keminter-merasa paling pinter. Seolah-olah di dunia ini hanya ia yang paling pandai. Tidak mau ada seorangpun yang menyaingi ilmunya. Akibatnya ia justru menjadi bebal karena malas menambah ilmu lagi. Adapun akibatnya terhadap masyarakat ilmu menjadi tidak berkembang sebab dipegang erat-erat oleh kelompok cendekiawan tertentu. Serta lahirnya masyarakat yang bodoh karena tidak ada yang memberikan bimbingan dan arahan.
Kikir dalam kepemimpinan dan jabatan menjadikan tidak adanya regenerasi. Karena jabatan hanya dipegang oleh orang-orang itu saja yang mungkin sudah tua, sepuh dan tua renta. Seperti di negeri ini yang jadi calon presiden itu-itu saja. Sehingga hal ini membosankan. Akibatnya kader-kader yang potensial akhirnya mati sebelum berkembang sebab tidak diberikan  kesempatan untuk berkarir dengan sebaik-baiknya.
Terkait dengan kesenangan diri, maka akan tumbuh generasi yang egois, generasi individualis. Generasi yang sibuk dengan kesenangannya sendiri. Generasi yang autis, sibuk dengan facebook, twitter, game on line. Akibatnya nilai-nilai sosial seperti kekeluargaan, tolong menolong dan gotong royong menjadi hilang di tengah-tengah masyarakat.
Terkait dengan kehormatan dan  kemuliaan akan membawa dampak sulit berkembangnya nilai-nilai kebajikan karena tidak didukung oleh orang-orang mulia atau terhormat. Padahal mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain. Atau justru pada tititk sebaliknya orang-orang terhormat tersebut justru memperjuangkan nilai-nilai yang rusak seperti sepilis (sekuleris, pluralis dan liberalis). Maka yang lahir adalah masyarakat yang mutad terhadap agamanya, tidak memahami aqidah, akhlak dan syariah Islam. Sehingga akhirnya ia menjadi orang lain, menjadi lebih barat dari orang barat. Menjadi lebih kafir daripada orang-orang kafir.
Pelit terhadap akhlak mulia maka dampaknya akan lahir generasi yang acuh tak acuh, masa bodoh, tidak memahami etika dan sopan-santun yang baik. Tidak memahami kedudukannya. Sehingga anak durhaka kepada orang tuanya. Rakyat menghinakan pimpinannya. Pejabat menzhalimi bawahan dan rakyatnya.

7.4.            Mengobati Kikir
Banyak cara untuk mengobati penyakit pelit, medit, bakhil dan kikir. Allah telah memberikan arahan dan panduannya dalam Alqur’an dan sunnah Nabinya. Serta kisah para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, shaalihiin maupun shaadiqiin.

7.4.1.            Naqli (Alqur’an dan Hadits)

Semuanya Milik Allah
Pertama, kita harus yakin bahwa semua yang ada di dunia ini pada hakekatnya milik Allah SWT. Kita hanya diberikan amanah untuk merawat, mengelola dan memanfaatkan saja. Karena semuanya akan kembali kepada Allah Swt.
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”(Al Hadiid 57:2).
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ
Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan.”(Al Hadiid 57:5).
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”(Al Fath 48:14).
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Asy Syuura 42:4).
Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(Luqman 31:26)
وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ قَانِتُونَ
Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.”(Ar Ruum 30:26).
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Al Maa’idah 5:120).
وَإِنَّ لَنَا لَلْآَخِرَةَ وَالْأُولَى
dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan dunia. (Al Lail 92:13).
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Dan kepunyaan Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah. Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 2:115).

Semuanya Akan Kembali KepadaNya
Kedua, semua yang kita miliki saat ini akan kembali kepadaNya. Karena semuanya berasal dari Allah dan akan kembali kepada Allah. Dunia ini fana dan akan hancur, yang abadi adalah kehidupan akherat.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
”(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ”Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah kami kembali).”(Al Baqarah 2:156).
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
Semua yang ada di bumi itu akan binasa.”(Ar Rahman 55:26).
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Katakanlah: ”Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”(Al Jumu’ah 62:8).


Allah Maha SegalaNya
Ketiga, kita meyakini hanya Allah-lah yang maha segalanya. Maha Kaya, Maha Mengetahui, Maha Luas KaruniaNya dan Maha menguasai apa saja.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
”Katakanlah: ”Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh,”(Al Falaq 113:1).
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.”( Al Hasyr 59:23).
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرَّحِيمُ الْغَفُورُ
Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia-lah Yang Maha Penyayang lagi Maha Pengampun.” (Saba’ 34:2).
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Kepunyaan Allah-lah segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya; dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Al Baqarah 2:284).
Sedangkan kita adalah makhluk yang lemah yang tidak pantas menyombongkan diri. Yang akan selalu membutuhkan yang lain, khususnya sangat membutuhkan pertolongan Allah Swt.
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah.” (An Nisaa 4:28).
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (54) وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا يُؤْفَكُونَ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(Ar Ruum 30:54).

Jabatan adalah Milik Allah
Keempat, kekuatan, kekuasaan, kepemimpinan dan jabatan milik Allah, yang akan diberikan dan dicabut dari siapapun yang dikehendakiNya.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
Katakanlah: ”Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran 3:26).
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (Ali Imran 3:27).
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Ali Imran 3:140).

Semuanya ada Balasannya
Kelima, meyakini bahwa semua kebaikan atau keburukan akan mendapatkan  balasan yang setimpal dari Allah SWT. Karena itu kenapa takut untuk berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Toh Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik dan berlipat ganda.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”(Al An’aam 6:160).
فَالْيَوْمَ لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (54) إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (55) هُمْ وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (56) لَهُمْ فِيهَا فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (57) سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ (58)

”54. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. 55. Sesungguhnya penghuni syurga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). 56. Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. 57. Di syurga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. 58. (Kepada mereka dikatakan): ”Salam”, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Yaasiin 36:54-58).

Semuanya Akan Mati
Keenam, orang yang kikir dalam hal kekuasaan, harta maupun ilmu akhirnya juga binasa. Mereka semuanya tidak dapat lari dari adzab Allah Swt. Sebagaimana yang menimpa Fir’aun, kaum Nuh, kaum Tsamud, kaum ’Ad, Qarun, Hamam hingga Bal’am.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (6) إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (7) الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ (8) وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا الصَّخْرَ بِالْوَادِ (9) وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ (10) الَّذِينَ طَغَوْا فِي الْبِلَادِ (11) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (12) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)
6. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ’Aad? 7. (yaitu) penduduk Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi 8. yang belum pernah dibangun (suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, 9. dan kaum Tsamud yang memotong batu-batu besar di lembah 10. dan kaum Fir’aun yang mempunyai pasak-pasak (tentara yang banyak), 11. yang berbuat sewenang-wenang dalam negeri, 12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, 13. karena itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, 14. sesungguhnya Tuhanmu benar-benar mengawasi.”(Al Fajr 89:6-14).
الْحَاقَّةُ (1) مَا الْحَاقَّةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (3) كَذَّبَتْ ثَمُودُ وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (4) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (5) وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ مِنْ بَاقِيَةٍ (8) وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ بِالْخَاطِئَةِ (9) فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً (10) إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (11) لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (12)
1. Hari kiamat 2. apakah hari kiamat itu? 3. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? 4. Kaum Tsamud dan ’Aad telah mendustakan hari kiamat 5. Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan dengan kejadian yang luar biasa 6. Adapun kaum ’Aad maka mereka telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, 7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ’Aad pada waktu itu mati bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong (lapuk). 8. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka 9. Dan telah datang Fir’aun dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir balikkan karena kesalahan yang besar 10. Maka (masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa mereka dengan siksaan yang sangat keras. 11. Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang) kamu, ke dalam bahtera, 12. agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar.”(Al Haaqqah 69:1-12).

Pelit Kembali Kepada Diri Kita
Ketujuh, pada dasarnya sifat bakhil akan kembali kepada kita. Karena hakekatnya milik kita adalah apa-apa yang kita belanjakan di jalan kebajikan (fii sabiilillah). Bakhil membawa keburukan sedangkan dermawan membawa kebaikan.

Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”(Ali ‘Imran 3:180).

7.4.2.            Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)

Dibenci Manusia
Orang yang kikir biasanya dibenci tetangga, tidak disukai teman hingga dijauhi keluarga. Kadang mobilnya yang berjejer dikempesi orang atau dibaret catnya. Bahkan sampai ada yang bersumpah tidak akan menolongnya jika rumahnya di maling atau dirampok orang.

               Pelit Statis, Dermawan Dinamis
               Orang yang pelit ilmu menjadikannya ilmunya akan statis dan tidak berkembang. Berbeda dengan orang yang dermawan dalam membagi ilmu. Maka ilmunya akan terus bertambah dan berkembang.
               Lihat para ulama, seperti imam empat madzhab. Ilmunya terus berkembang dan dikembangkan oleh murid-muridnya. Pendapat-pendapatnya sampai hari ini masih menjadi rujukan umat islam.
               Lihat pula para dermawan di masa lalu. Warisannya berupa banguan, masjid maupun gedung masih dikenang hingga hari ini.
               Lihat nabi Ibrahim AS dan nabi Isma’il AS. Buah karyanya berupa baitullah (ka’bah) terus dikunjungi setiap waktu dan kesempatan. Serta dijadikan kiblat sholat bagi umat Islam hingga akhir zaman.
              
Pelit Mematikan Jiwa
               Sifat pelit akan membuat jiwa menjadi sakit. Ia tidak peduli dengan sesama. Tidak peduli dengan lingkungan. Hatinya keras membatu. Lama kelamaan hatinya mati. Setelah itu maka akan lahir penyakit hati lainnya. Seperti tamak dan congkak. Iri dan dengki bila melihat orang lain sukses. Sakit kepala bila tetangganya membeli sesuatu. Hingga akhirnya mati betulan dalam kesunyian karena terhimpit sesak nafas yang selalu terbakar rasa dongkol melihat orang lain bahagia.
              
Harta Tidak Dibawa Mati
               Jika kita mati. Kita hanya ditemani beberapa lembar kain kafan. Rumah mewah. Kendaraan mercy. Istri cantik dan gemulai. Emas permata sawah ladang. Semuanya kita tinggal. Yang menemani kita di alam barzakh hanyalah amal. Jika kita pelit, maka amal kita sedikit. Akibatnya kuburan menjadi gelap gulita. Jika kita dermawan. Kuburan menjadi terang benderang. Banyak alunan do’a dari fakir-miskin, yatim – piatu menambah terangnya alam kubur.
              
Akibat Pelit
               Coba lihat Fir’aun, ia digulung lautan. Coba lihat Qarun ia ditelan bumi. Coba lihat Kan’an, ia diterjang air bah. Lihat kaum Tsamud, mereka mati ketakutan disambar petir. Lihat kaum ’Ad, mereka dihancurkan angin yang dingin menusuk selama tujuh malam delapan hari.  Coba lihat Saddam Husein. Lihat pula Khadafi. Lihat para pemimpin zhalim yang telah merampas hak dan menipu rakyatnya. Semuanya mati menggenaskan dan dihinakan oleh rakyatnya sendiri.


Kisah Kedermawanan Sahabat
            Mulai dari Abu Bakar. Beliau adalah saudagar yang kaya raya. Dengan hartanya ia bebaskan para budak. Yaitu Bilal, Amir ibnu Fuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti Mua’amil dan Ummu Ubays.[2]
            Abu Bakar RA juga sangat dermawan. Namun hidupnya sangat sederhana. ‘Aisyah berkata, “Abu Bakar menginfakkan 4.000 dirham kepada Nabi SAW.” “Ketika meninggal dunia, beliau tidak meninggalkan satu dinar dan tidak pula satu dirhampun. “ kata putrinya ‘Aisyah RA.[3]
Padahal kita tahu beliau adalah khalifah. Seorang kepala negara yang memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan. 
Bahkan menurut riwayat beliau pernah menyumbangkan seluruh hartanya untuk dakwah Islam. Sampai-sampai Rasulullah bertanya, “Lalu apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Abu Bakar menjawab, “Allah dan Rasul-Nya.”[4]
Selanjutnya sahabat Utsman bin Affan RA. Utsman adalah sosok yang sangat dermawan. Ia pernah menanggung semua perlengkapan separuh dari pasukan kaum muslimin dalam perang ‘asrah. Saat itu, ia mendermakan 300 ekor onta dan 50 ekor kuda lengkap dengan segala peralatannya. Kemudian ia datang membawa seribu dinar dan memberikannya di hadapan Rasulullah. (HR Tirmidzi).[5] Harta itu tentu setara dengan 50 kendaraan lapis baja dan 300 truk militer.
            Diantara kemurahan hati dan sedekah yang diberikannya di jalan Allah SWT yaitu ketika Rasulullah menyiapkan tentara dalam perang Tabuk. Imam Ahmad meriwayatkan, “Bahwa Utsman datang dengan membawa 1000 dinar dibajunya lalu menuangkannya di kamar Rasulullah SAW. Lalu Nabi bersabda, “Utsman tidak akan miskin karena melakukan hal ini.”[6]
            Ibnu Syihab Zuhri meriwayatkan bahwa pada perang Tabuk Utsman membawa lebih dari 940 onta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi seribu.”[7] Kini berarti setara dengan 1000 kendaraan militer. Kalau satu kendaraan kira-kira seharga setengah milyar maka setara dengan 500 milyar rupiah. Atau setngah trilyun rupiah.
            Ia juga pernah membeli sumur Raumah dari seorang Yahudi. Setelah itu ia mewakafkannya. Kemudian kaum muslimin memanfaatkannya sebagai sumber air minum.[8] Menurut riwayat Al Baghawi ia membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham.[9]
            Ibnu Abbasرضي الله عنه berkata, “Ketika orang-orang mengalami paceklik di masa pemerintahan Abu Bakar. Abu Bakar berkata kepada mereka insya Allah besok sore kalian dibebaskan Allah dari kesulitan.
            Besok paginya datang kafilah Utsman. Para pedagang datang kepada utsman dan meminta kepadanya supaya menjual barang-barang tersebut kepada mereka.
            Utsman bertanya kepada mereka, “Berapa keuntungan yang akan kalian berikan kepadaku?” Mereka menjawab, “Sepuluh dengan dua belas.[10]” Utsman berkata, “Saya telah mendapat lebih dari itu.” Pedagang-pedagang tersebut bertanya, “Siapa yang menambahimu sedangkan kami adalah pedagang-pedagang Madinah.  Utsman menjawab, “Ia adalah Allah, Dia menambahiku setiap dirham dengan sepuluh dirham, maka apakah kalian bisa menambahiku?” Pedagang-pedagang tersebut berlalu dan Utsman berkata, “Yaa Allah kuberikan barang-barang ini kepada orang-orang miskin di Madinah tanpa bayar dan tanpa perhitungan.”[11]



[1] DR. Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid 2, Gema Insani Press (Jakarta:1998), hal. 287-288.
[2]Ibid hal. 6.
[3]Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari, Pustaka Azzam (Jakarta:2006), jilid 18, hal. 397. 1 dirham = 3,5 gram perak.
[4]Khalid Muhammad Khalid hal. 81.
[5]Muhammad Sa’id Mursi, hal. 17.
[6]Fitnah Kubra Hal. 254.
[7]Ibid.
[8]Ibid
[9]Fitnah Kubra hal. 254.
[10]Dalam riwayat lain dinytakan , “1 dirham dengan 2 dirham” lihat Fitnah Kubra hal. 253.
[11]Khalid Muhammad Khalid, hal. 230. Fitnah Kubra hal. 254.

No comments: