Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Tuesday 16 July 2013

Membuat Standar

IV. 15. Membuat Standar
          Langkah teknis lainnya yaitu membuat standar. Baik standar lembaga atau jama’ah atau da’i atau ustadz atau muballigh atau khatib beserta materi, kurikulum, silabus dan sarana prasarananya.

          Penulis kadang heran, ketika kita mengelola dunia atau pekerjaan kita memiliki banyak sekali standar internasional atau nasional. Mulai dari ISO 9000, ISO 18.000, ISO 14.000, MBNQA (Malcolm Baldridge Nasional Quality Award) hingga Deming Prize.
          Tapi sampai hari ini ummat tidak memiliki standar seorang khatib atau da’i atau ustadz atau muballigh atau kyai atau ulama. Sehingga setiap orang meskipun tidak memiliki kapasitas ilmu dan moral dengan mudah menjadi da’i atau kyai atau ulama.
          Akibatnya ada artis yang jadi da’i. Ada koruptor jadi kyai. Ada tukang fitnah dan pencela menjadi ustadz atau ulama. Ada tukang bohong dan pendusta menjadi kyai. Ada tukang do’a, dzikir dan membaca cerita dianggap ulama. Bahkan ada dukun dielu-elukan sebagai ustadz.
          Karena tidak adanya standar sehingga pengajian dari waktu ke waktu hanya membahas atau membaca hal-hal yang itu-itu saja. Tidak ada peningkatan dan berhenti di tempat. Akibatnya umat tidak tahu apa itu hudud, hukum tata Negara, qishash, ekonomi Islam hingga bagaimana menghitung warisan.
          Demikian halnya dengan lembaganya. Jarang sekali lembaga-lembaga milik umat, mulai dari pesantren, majelis taklim atau madrasah diaudit keuangan dan kurikulumnya. Dari mana sumber keuangannya dan dimanfaatkan untuk hal-hal apa saja. Sehingga ummat tidak tahu apakah uangnya memang dipergunakan untuk kepentingan ummat atau justru untuk kepentingan keluarga dan kelompoknya.
          Disinilah salah satu kelemahan kita. Yaitu kurang peduli dengan kualitas dan sistem mutu dalam mengurus dakwah. Atau urusan-urusan akherat. Padahal Alqur’an menyuruh kita bersikap seimbang antara urusan dunia dan akherat. Antara urusan agama dan sosial. Antara hablum minallah dan hablun minannas.
          فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)

          “….Maka di antara manusia ada orang yang bendoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka" (Al Baqarah 2:200:201).
  Asbabun nuzulوَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.”(Al Qashash 28:77).
        بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا (16) وَالْآَخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى (17)
“Tetapi kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan duniawi.  Sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.” (Al A’laa 87:16-17).
            فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللَّهِ وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” (Al Jumu’ah 62:10).

No comments: