2. NGAKALI
Ngakali
atau nguriki atau ngadali atau ngapusi adalah sinonim dari menipu
atau membohongi. Yaitu menyatakan sesuatu yang berbeda dengan kenyataannya.
Contohnya
seorang atasan yang takut dikejar-kejar oleh Bank. Maka ia menyuruh
sekretarisnya apabila Bank menghubungi saya, bilang,” saya tidak ada di
tempat ya.” Padahal ia tidak kemana-mana.
Atau
ibu rumah tangga yang ditagih oleh tukang kredit barang. Maka untuk
menghindarinya ia tidak mau menemuinya. Dan menyuruh anaknya agar bilang bahwa
ibu sedang pergi. Padahal ia ada di kamar.
Atau
seperti yang pernah menimpa saya waktu baru beberapa bulan di Jakarta. Seperti
biasa sebagai pendatang baru saya tertarik dengan jual beli kaki lima yang
menawarkan hadiah yang menggoda. Dalam jual beli ini penjual menawarkan kepada
pembeli untuk memilih 5 buah kotak yang diputar-putar. Dalam kotak itu ada yang
berisi sapu tangan, kaos, jam tangan, senter hingga radio dengan harga yang
murah.
Sebagai
pembeli saya tahu bahwa yang saya tunjuk adalah jam tangan. Namun ternyata
penjual tersebut tidak sendirian, ia didampingi banyak teman-temannya yang
berpura-pura sebagai pembeli. Maka setiap kali pembeli tepat memilih barang
yang bagus, maka segera teman-temannya mengerubuti pembeli. Sehingga
konsentrasinya dialihkan. Maka pada saat itulah pilihan pembeli tersebut
digeser. Akhirnya yang selalu didapatkan oleh pembeli hanya sapu tangan.
Ini masih untung
hanya ditipu. Tidak sedikit pembeli yang dipaksa dengan menyerahkan seluruh isi
dompetnya dengan membeli barang yang tidak berharga. Sebab pembeli hanya
sendirian dan dikerubuti oleh 5 hingga 10 orang teman-teman penjual.
Ngakali
model ini dampaknya tidak seberapa meskipun merugikan orang lain. Lain halnya
jika dilakukan oleh korporasi, pengusaha atau politisi atau kepala daerah. Maka
dampaknya sangat luar biasa.
Contohnya
ngakali yang dilakukan oleh para pengusaha, pejabat dan politisi dalam kasus Century,
Hambalang, impor daging, pencetakan Alqur’an hingga simulator SIM. Maka kerugiannya
sangat besar, milyaran hingga trilyunan rupiah. Semua kasus ini dimulai dari
akal-akalan pelakunya untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Teman-teman
saya di bagian pemasaran dan operional sering bercerita pada saya. Bahwa tender
yang ada banyak akal-akalan. Karena pemenangnya sudah ditentukan sebelum adanya
pengumuman tender. Bahkan sudah dilakukan jauh-jauh hari dalam pembahasan
anggaran di departemen atau di DPR. Karena kenyataannya banyak mafia anggaran
yang bermain disana. Bahkan pos anggaran itu kadang yang menentukan para
pengusaha. Yang kadang tidak ada hubungannya dengan kesejahteraan rakyat. Karena
intinya adalah supaya anggaran negara dapat dikeluarkan dengan aman serta dapat
dibagi-bagi diantara oknum-oknum tersebut.
Karena
itu tidak sedikit dibentuk perusahaan-perusahaan fiktif bermodalkan bendera dan
formalitas belaka. Tujuannya adalah sebagai pendamping dalam proses tender.
Dengan tujuan akhir untuk memenuhi ketentuan pengadaan barang dan jasa.
Selanjutnya tentu saja mendapatkan cipratan yang dananya dititipkan pada
pemenang tender.
Ngakali
bukan hanya merugikan dalam bentuk harta, tapi juga moral, harga diri hingga
martabat wanita, bangsa dan negara. Betapa sering kita saksikan bahwa ujung
dari ngakali ini biasanya dibumbui dengan kisah cinta, asmara dan wanita-wanita
cantik yang bukan istrinya.
Lalu
bagaimana cara membakar energi negatif ini? Ada beberapa cara yang dapat kita
lakukan, antara lain :
- Yakin dengan semboyan orang tua kita, jujur mujur (jujur beruntung), jangan diplesetkan menjadi jujur hancur.
- Berkat benar meskipun pahit;
- Jujur adalah modal bisnis jangka panjang, sementara bohong atau menipu hanya jangendek;
- Lebih baik jujur meskipun hidup pas-pasan;
- Meyakini bahwa kejujuran adalah pintu kebaikan;
- Memahami bahwa ngakali atau menipu adalah tindak pidana yang menyengsarakan banyak orang;
- Meyakini segala sesuatu yang kita perbuat akan ada balasannya;
- Melatih diri dengan mengikuti berbagai ritual dalam rangka pembersihan jiwa;
No comments:
Post a Comment