1.
NGADU DOMBA
Ngadu domba adalah perbuatan memecah
belah antara yang satu dengan yang lain. Seperti politik belah bambu. Yang satu
diangkat yang satu diinjak. Semisal penjajah belanda. Yaitu dengan mengadu
domba antara bangsawan dengan rakyat jelata. Dibiarkan mereka berperang dan
saling mencurigai setiap saat sehingga kekuatannya menjadi lemah. Kemudian pada
saat yang bersamaan ia mengambil keuntungan dari perbuatannya tersebut. Yaitu untuk
memudahkan melakukan penjajahan dan memeras harta benda bangsa Indonesia.
Sebagian ibu-ibu suka dengan energi negatif
ini. Mereka senang mengadu domba antara ibu yang satu dengan ibu yang lain.
Antara keluarga yang satu dengan keluarga yang lain.
Di waktu SD saya
tinggal di sebuah asrama militer yang disebut barak. Dalam satu barak terdiri
dari 11 rumah yang kecil-kecil. Dalam rangka mendapatkan uang LP (lauk-pauk)
banyak tentara yang anaknya banyak. Dengan
banyak anak tentu saja kamar yang tersedia tidak cukup, akhirnya banyak anak tentara
yang tidur di bawah kolong. Maka disebutlah mereka sebagai ”Anak Kolong.”
Di barak
tersebut biasa terjadi perkelahian antara anak-anak atau antara ibu-ibu atau
diantara tentara tersebut. Permasalahannya biasanya terkait ekonomi. Masak
sama-sama kopral yang satu punya TV yang satu nggak. Masak sama-sama
sersan yang satu punya motor yang satu hanya sepeda. Hal-hal seperti inilah
ditambah bumbu penyedap dari para istri sehingga membakar ubun-ubun para suami.
Kalau ibu-ibu biasanya dengan teriak-teriak dan diakhiri dengan jambak-jambakan
(menarik rambut lawannya). Kalau bapak-bapak biasanya duel satu lawan satu di
lapangan sebelum akhirnya dilerai oleh tetangga atau atasannya.
Namun yang
paling menyedihkan adalah ditembaknya salah seorang tentara, sebut saja S, oleh
tetangga sebelah rumahnya, sebut saja R. Hal ini dimulai dari adu domba yang
disampaikan ibu R kepada suaminya. Ia iri karena keluarga S makmur, banyak duit
dan memiliki banyak perabot rumah tangga yang bagus-bagus. Sementara keluarga R
biasa-biasa saja.
Sekiranya ibu R
berfikir jernih tentunya ia akan memaklumi. Sebab S pangkatnya lebih tinggi
yaitu sersan. Sementara suaminya hanya Kopral. Selain itu S juga memiliki
pekerjaan sebagai mantri di ketenteraan. Dengan demikian sangat wajar bila
penghasilan S lebih banyak dari R.
Namun karena
energi negatif sudah merasuki ubun-ubunya, maka R merencanakan pembunuhan
kepada S.. Ketika sedang bertugas piket atau jaga di malam hari R yang memegang
senjata semacam M-16 mulai melakukan aksinya. Seperti Rambo saja, di saat para
penjaga lengah ia menodongkan senjatanya kepada kawan-kawannya untuk digiring
ke dalam tahanan. Dan setelah itu dikunci.
Lalu ia turun
dari tempat penjagaan dan segera turun ke barak. Lalu ia
gedor-gedor rumah S dari pintu belakang. Melihat gelagat kurang baik dan senjata,
S kemudian menutup pintu kembali dan segera keluar berlari dari pintu depan. Di
tengah malam buta ia berlari menuju tempat penjagaan. Di tengah kejar-kejaran
tersebut ia diberondong peluru namun tidak kena.
Akhirnya
sampailah S di tempat penjagaan. Tapi apa yang terjadi disana, ternyata kosong. Sebab seluruh tentara yang
piket pada malam itu dimasukkan ke dalam sel tahanan oleh R. Karena ingin
menyelamatkan diri, R bersembunyi dibawah kolong. Tapi apa daya ternyata hal
ini diketahui oleh R. Maka dengan keji R memberondong S hingga meninggal dunia.
Untung ada beberapa peluru yang memantul mengenai tubuh R sehingga ia pingsan.
Jika tidak, kita tidak tahu apa yang akan terjadi. Jangan-jangan ia membakar
gudang peluru.
Energi
adu domba yang dilakukan istri saja memiliki dampak yang begitu membahayakan.
Bagaimana sekiranya energi negatif ini dilakukan oleh sebuah kelompok, sebuah
desa, sebuah kesatuan atau sebuah negara, maka tentu saja dampaknya sangat
mengerikan.
Lalu
bagaimana cara membakar energi negatif ini? Ada beberapa cara yang dapat kita
lakukan, antara lain :
- Meyakini bahwa perbuatan mengadu domba adalah perbuatan yang jelek, buruk, jahat dan merugikan orang lain;
- Membayangkan apabila diri kita yang dijadikan objek adu domba;
- Merasakan bagaimana nasib dan derita yang dialami oleh korban adu domba, semisal, istri dan anak-anak R tadi;
- Menyelami nasib bangsa ini selama 350 tahun karena di adu domba Belanda;
- Menyaring atau mengecek atas segala informasi yang masuk;
- Meneliti berbagai data yang masuk untuk mengetahui fakta yang sebenarnya;
- Meyakini segala sesuatu yang kita perbuat akan ada balasannya;
- Melatih diri dengan mengikuti berbagai ritual dalam rangka pembersihan jiwa;
No comments:
Post a Comment