IV.12.
PERBANYAK SILATURAHIM
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ
أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا
بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا
يَكْفُرُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ
بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ
“Mereka diliputi
kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,
dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi
kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada
ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian
itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas.”(Ali Imran 3:112).
Imam Thabari menyatakan ayat ini merupakan janji Allah SWT kepada Nabi
SAW dan orang-orang yang beriman bahwa Allah telah menolong kaum muslimin dari
kekafiran dan ahlul kitab. Ayat ini berkaitan dengan orang-orang Yahudi yang
mendustakan kenabian beliau sehingga mereka memperoleh kehinaan dimanapun
mereka berada.[1]
Maksudnya Allah SWT telah melemahkan mereka dan menjadikan mereka
berada dibawah kekuasaan kaum muslimin. Adapun tali Allah maksudnya adalah
perjanjian dengan Allah SWT. Sedangkan tali manusia adalah perjanjian dengan
manusia lainnya.[2]
Salah satu penyebab kehinaan, kelemahan, kehancuran dan kalahnya Yahudi
dikarenakan mereka banyak melakukan pelanggaran terhadap sesama manusia.
Diantaranya dengan membunuh para nabi, melakukan penipuan, menghalalkan riba
serta melakukan berbagai kezhaliman terhadap sesama mereka dan dengan manusia
lainnya. Seperti mengadu domba antara suku Auz dan Khazraj.
Karena itulah betapa pentingnya kita saling menjalin tali kasih sayang.
Menjauhi kezaliman, penghinaan dan pelecehan kepada saudara kita sesama ahlu
sunnah pada khususnya dan ummat manusia pada umumnya.
Sebab agama bukan hanya masalah ibadah dan akidah. Tapi berkaitan erat
dengan masalah akhlak. Atau dengan kata lain seseorang dikatakan agamanya baik
manakala akhlaknya juga baik. Kalau akhlaknya buruk, maka dapat dipastikan ada
sesuatu yang salah dalam akidah dan ibadahnya.
Sebagaimana hadits-hadits yang telah lalu bahwa Rasulullah SAW
seringkali mengaitkan antara beriman kepada Allah dan hari akhir dengan
memuliakan tamu, memuliakan tetangga atau berbicara yang baik atau diam.
وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu (Muhammad)
benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Al Qalam 68:4).
عن قتادة، قال: سألتُ عائشة عن خُلُق
رسول الله صلى الله عليه وسلم، فقالت: كان خلقه القرآن، تقول: كما هو في القرآن.[4]
Dari Qotadah, dia berkata, “akua bertanya kepada Asiyah RA tentang
akhlak Rasulullah SAW, maka beliau berkata, “Adalah akhlak nabi
Alqur’an. Beliau
berkata, “Sebagaimana yang ada dalam Alqur’an.” Ditempat lain ketika ditanyakan
hal tersebut Asiyah RA menjawab, “Apakah kamu tidak
membaca Alqur’an?”
“Ya.” Kata Qotadah. Maka beliau menjawab adalah akhlak Rasulullah
Alqur’an.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ حُسْنَ الْأَخْلَاقِ[5]
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak yang baik.” Jadi salah satu tugas Nabi SAW adalah
menyempurnakan akhlak bukan mencaci maki apalagi melaknat kaum muslimin.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلَاقِ[6]
Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hanyalah
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang shalih.”
Dari Abu Hurairah RA berkata : Rasulullah SAW bersabda, “Hanyalah
aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Salah satu akhlak kepada kaum muslimin adalah bersilaturahim. Yaitu saling kunjung-mengunjungi. Atau saling
berhubungan. Baik dengan SMS, telephone, surat-menyurat, berkunjung ke rumah
atau bertemu dalam berbagai macam kegiatan dakwah. Di Indonesia telah banyak
dibentuk forum atau wadah untuk menjalin tali kasih sayang dan kebersamaan.
Diantaranya adalah FUI (Forum Umat Islam, DDII (Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia ),
PUI (Persatuan Umat Islam) hingga MUI (Majelis Ulama Indonesia).
Disanalah para penyeru Islam dapat berkumpul, berdiskusi dan berjuang
bersama. Tapi aneh, ada saja kelompok eksklusif yang merasa paling hebat dan
paling benar sehingga tidak mau berkumpul bersama saudara-suudaranya yang lain.
Mereka hanya mau berkumpul dengan kelompoknya sendiri. Sebab selain kelompoknya
adalah ahlu bid’ah yang harus dijauhi, dikucilkan dan dikritik dengan keras
hingga kasar.
Padahal silaturahim merupakan sarana memperoleh kemudahan rizki,
panjang umur dan masuk syurganya Allah SWT. Serta agar dihindarkan dari laknat
dan adzab yang pedih.
فَهَلْ عَسَيْتُمْ إِنْ تَوَلَّيْتُمْ أَنْ تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ وَتُقَطِّعُوا
أَرْحَامَكُمْ (22) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى
أَبْصَارَهُمْ (23) أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
(24)
“Maka
apakah kiranya jika kamu berkuasa kamu akan membuat kerusakan di muka bumi dan
memutuskan hubungan kekeluargaan? Mereka itulah orang-orang yang dila'nati
Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Mereka
itulah orang-orang yang dila'nati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan
dibutakan-Nya penglihatan mereka.”(QS Muhammad 47:22-24).
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّحِمُ مُعَلَّقَةٌ بِالْعَرْشِ تَقُولُ
مَنْ وَصَلَنِي وَصَلَهُ اللَّهُ وَمَنْ قَطَعَنِي قَطَعَهُ اللَّهُ[8]
Dari Aisyah RA berkata :
Rasulullah Saw bersabda ,”Kasih
sayang itu tergantung di arsy. Katanya , “Siapa yang menghubungkanku maka Allah
akan menyambungnya, dan barang siapa memutuskanku maka Allah akan
memutuskannya.”
عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ جُبَيْرِ بْنِ مُطْعِمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعٌ قَالَ ابْنُ
أَبِي عُمَرَ قَالَ سُفْيَانُ يَعْنِي قَاطِعَ رَحِم[9]ٍ
Dari Muhammad bin Jubair bin
Muth’im RA dari bapaknya dari Nabi SAW bersabda,”Tidak masuk syurga orang yang memutuskan. Berkata
Ibnu Abu Umar maksudnya adalah memutuskan kasih sayang.”
Sekali lagi sungguh tidak
masuk akal, jika ada orang yang mengaku pengikut para ulama salafush shalih
justru mudah memutuskan tali kasih sayang hanya dikarenakan saudaranya tidak semanhaj
dengannya. Atau karena perbedaan pendapat dalam masalah-masalah khilafiyah,
fiqih dan ijtihadiyah. Bahkan sulit sekali tersenyum atau menegur sapa dan
memberikan salam kepada saudaranya yang lain.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ أَوْ يُنْسَأَ
فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ[10]
Dari
Anas bin Mali RA berkata : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda ,”Barang siapa yang ingin rizkinya dilapangkan atau ingin
usianya dipanjangkan, maka jalinlah tali kasih sayang.”
[1]
Tafsir Thabari 7:110
[2]
Ibid 7:111-112
[3]
Tafsir Thabari 23:529
[4]
Ibid
[5]
Muwatha’ Imam Malik 5:386
[6]
Musnad Ahmad 18:137:8595, Mutadrak Ala Shahihain Al Hakim 9:500:4187, Syuk;bul
Iman Al Baihaqi 9:17:7748, Misykalul Atsar
9:474:
[7]
Musnad Asy Syihab Al Qadha’i 4:271:1080
[8]
Shahih Muslim 12:407:4635
[9]
Shahih Muslim 12:408:4636, 4637
[10]
Ibid 4638
No comments:
Post a Comment