KIKIR
Rasulullah Saw mengajarkan
pada kita untuk berlindung kepada Allah SWT dari sifat bakhil atau kikir
atau pelit atau koret atau medit. Dalam bahasa arab dinamakan Al Bakhl atau
Asy Syuh. Karena kenyataannya tidak sedikit kaum muslimin yang pelit dan
medit. Buktinya zakat yang terkumpul di negeri ini sangat jauh dari potensi
zakat yang ada. Potensinya trilyunan namun yang terkumpul baru ratusan milyar.
Sifat pelit ini ditandai
dengan maraknya praktek korupsi. Dimana kita melihat ada seseorang oknum
jenderal polisi yang memiliki puluhan rumah dengan harga ratusan milyar rupiah
yang didapatkan dengan cara-cara yang melanggar hukum. Bahkan tidak sedikit
kyai atau ustadz yang tertangkap KPK karena melakukan tindak pidana korupsi.
Ini semua adalah dampak dari sifat tamak dan bakhil.
7.1.
Pengertian Kikir
Kikir adalah keinginan untuk memiliki sesuatu yang
ada dalam kekuasaannya untuk selama-lamanya tanpa mau berbagi kepada orang
lain. Selanjutnya ia berusaha menambah terus sesuatu tersebut sehingga semuanya
menjadi miliknya. Setelah itu semuanya dipeluk dan didekapnya erat-erat agar
tidak lepas dari pangkuan dan jangkauannya. Sebagaimana halnya Qarun yang
begitu gigih menyimpan perbendaharaan hartanya dan menyimpan kunci gudangnya
dengan rapat-rapat.
7.2.
Ciri-Ciri Kikir
Ciri-ciri kikir dapat dilihat dari objek yang
dikuasainya. Apabila dia memiliki harta maka ia tidak mau membayar zakat,
mengeluarkan infak dan sedekah. Sulit sekali untuk berbagi kepada orang tua
maupun saudaranya, apalagi kepada orang lain. Ada pula yang dermawan, namun
uang adalah uang hasil kejahatan seperti korupsi. Ia tidak mau mengeluarkan
dari uang yang halal dan dari penghasilan yang tidak melanggar hukum.
Bila terkait dengan ilmu mau ia sangat pelit untuk
menyampaikannya. Apabila ditanya maka ia menjawabnya satu-satu, ngambang dan
malas-malasan. Kecuali jika dibayar dengan bayaran tertentu maka baru dia mau
mengajarkannya. Sehingga yang ada di kepalanya adalah uang, harta dan
sejenisnya.
Jika yang dimilikinya kekuasaan atau jabatan, maka
ia berjuang mati-matian untuk mempertahankannya. Baik dengan sikut kiri-sikut
kanan, injak bawah dan menjilat ke atas. Tak peduli meskipun bawahannya sudah
layak dan kompeten untuk menggantikan kedudukannya.
Selain itu
ia sangat sulit untuk melakukan kebaikan-kebaikan dengan menggunakan kekuasaannya.
Baginya kepemimpinannya hanyalah untuk keuntungan dirinya. Manakala tidak ada
keuntungan yang didapatkan maka ia enggan untuk menggunakan kewenangannya untuk
kemashlahatan umat. Baru setelah pensiun ia bicara tentang dakwah dan umat.
Padahal waktu memegang jabatan tinggi acuh tak acuh dengan dakwah bahkan
memusuhi para da’i dan penegak ajaran Islam.
Lalu bakhil terkait dengan kehormatan dan
kemuliaan. Betapa banyak orang yang mulia dan terhormat kedudukannya di masyarakat
namun ia sangat pelit menggunakan karismanya tersebut untuk berdakwah, membela
kebenaran dan kehormatan umat.
Pelit terhadap kelapangan, kesejahteraan dan
kesenangan diri. Inilah orang-orang egois yang hanya mementingkan dirinya
sendiri. Ia tidak peduli dengan nasib orang di sekitarnya. Tidak peduli dengan
dakwah hingga urusan kebajikan di masyarakat.
Bakhil terhadap
jiwa dan ruhani. Makanya ia jarang memberikan makanan terhadap ruhaninya. Ia
malas dzikir, berdo’a dan ibadah lainnya.
Terakhir pelit
dalam berakhlak mulia. Ia lebih suka berbuat kasar, suka mencari kesalahan
orang lain, memfitnah, mengadu domba, membentak-bentak hingga berdusta atas
nama Allah SWT.[1]
7.3.
Dampak Kikir
Dampak kikir dapat dilihat dari aspek dimana ia
berbuat medit. Terkait dengan harta maka hal ini akan menyebabkan harta hanya
berputar pada golongan tertentu saja sehingga banyak masyarakat miskin yang
tidak dapat ditolong dan dibantu. Yang pada gilirannya akan membawa kepada
penyakit sosial lainnya seperti pencurian, perzinahan hingga perampokan.
Terkait dengan dirinya maka akan menjadikan
hartanya kotor karena tidak dibersihkan. Hartanya menjadi kurang berkah. Tidak peduli dengan lingkungan dan kesenjangan sosial yang pada gilirannya dapat
membawa kepada penyakit hati lainnya seperti sombong dan angkuh.
Terkait dengan ilmu maka ia akan menjadi orang
yang keminter-merasa paling pinter. Seolah-olah di dunia ini hanya ia yang paling pandai. Tidak mau ada
seorangpun yang menyaingi ilmunya. Akibatnya ia justru menjadi bebal karena
malas menambah ilmu lagi. Adapun akibatnya terhadap masyarakat ilmu menjadi
tidak berkembang sebab dipegang erat-erat oleh kelompok cendekiawan tertentu.
Serta lahirnya masyarakat yang bodoh karena tidak ada yang memberikan bimbingan
dan arahan.
Kikir dalam kepemimpinan dan jabatan menjadikan
tidak adanya regenerasi. Karena jabatan hanya dipegang oleh orang-orang itu
saja yang mungkin sudah tua, sepuh dan tua renta. Seperti di negeri ini yang jadi calon presiden
itu-itu saja. Sehingga hal ini membosankan. Akibatnya kader-kader yang
potensial akhirnya mati sebelum berkembang sebab tidak diberikan kesempatan untuk berkarir dengan
sebaik-baiknya.
Terkait dengan kesenangan diri, maka akan tumbuh
generasi yang egois, generasi individualis. Generasi yang sibuk dengan
kesenangannya sendiri. Generasi yang autis, sibuk dengan facebook, twitter, game
on line. Akibatnya nilai-nilai sosial seperti kekeluargaan, tolong menolong
dan gotong royong menjadi hilang di tengah-tengah masyarakat.
Terkait dengan kehormatan dan kemuliaan akan membawa dampak sulit berkembangnya
nilai-nilai kebajikan karena tidak didukung oleh orang-orang mulia atau
terhormat. Padahal mereka memiliki kemampuan untuk mempengaruhi orang lain.
Atau justru pada tititk sebaliknya orang-orang terhormat tersebut justru
memperjuangkan nilai-nilai yang rusak seperti sepilis (sekuleris, pluralis dan
liberalis). Maka yang lahir adalah masyarakat yang mutad terhadap agamanya,
tidak memahami aqidah, akhlak dan syariah Islam. Sehingga akhirnya ia menjadi
orang lain, menjadi lebih barat dari orang barat. Menjadi lebih kafir daripada
orang-orang kafir.
Pelit terhadap akhlak mulia maka dampaknya akan
lahir generasi yang acuh tak acuh, masa bodoh, tidak memahami etika dan
sopan-santun yang baik. Tidak memahami kedudukannya. Sehingga anak durhaka
kepada orang tuanya. Rakyat menghinakan pimpinannya. Pejabat menzhalimi bawahan
dan rakyatnya.
7.4.
Mengobati Kikir
Banyak cara untuk mengobati penyakit pelit, medit,
bakhil dan kikir. Allah telah memberikan arahan dan panduannya dalam Alqur’an
dan sunnah Nabinya. Serta kisah para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in,
shaalihiin maupun shaadiqiin.
7.4.1.
Naqli (Alqur’an dan Hadits)
Semuanya Milik Allah
Pertama, kita harus yakin bahwa semua yang ada di dunia
ini pada hakekatnya milik Allah SWT. Kita hanya diberikan amanah untuk merawat,
mengelola dan memanfaatkan saja. Karena semuanya akan kembali kepada Allah Swt.
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يُحْيِي
وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Kepunyaan-Nyalah kerajaan langit dan bumi, Dia menghidupkan
dan mematikan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. ”(Al Hadiid 57:2).
لَهُ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ
تُرْجَعُ الْأُمُورُ
”Kepunyaan-Nya-lah kerajaan langit dan bumi. Dan kepada
Allah-lah dikembalikan segala urusan.”(Al Hadiid 57:5).
وَلِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ يَغْفِرُ
لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
”Dan hanya kepunyaan Allah-lah kerajaan
langit dan bumi. Dia memberikan ampun kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
mengazab siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(Al Fath 48:14).
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ إِنَّ
اللَّهَ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ
”Kepunyaan-Nya-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada
di bumi. Dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar.” (Asy Syuura 42:4).
”Kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Kaya lagi Maha Terpuji.”(Luqman 31:26)
وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ كُلٌّ لَهُ
قَانِتُونَ
”Dan kepunyaan-Nyalah siapa saja yang
ada di langit dan di bumi. Semuanya hanya kepada-Nya tunduk.”(Ar Ruum 30:26).
لِلَّهِ مُلْكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا
فِيهِنَّ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang
ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Al Maa’idah 5:120).
وَإِنَّ لَنَا لَلْآَخِرَةَ وَالْأُولَى
”dan sesungguhnya kepunyaan Kamilah akhirat dan
dunia. (Al Lail 92:13).
وَلِلَّهِ الْمَشْرِقُ وَالْمَغْرِبُ فَأَيْنَمَا
تُوَلُّوا فَثَمَّ وَجْهُ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
”Dan kepunyaan
Allah-lah timur dan barat, maka kemanapun kamu menghadap di situlah wajah Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Luas (rahmat-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (Al Baqarah
2:115).
Semuanya Akan Kembali
KepadaNya
Kedua, semua yang kita miliki
saat ini akan kembali kepadaNya. Karena semuanya berasal dari Allah dan akan
kembali kepada Allah. Dunia ini fana dan akan hancur, yang abadi adalah
kehidupan akherat.
الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا
لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
”(yaitu) orang-orang
yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: ”Inna lillaahi wa innaa
ilaihi raaji’uun (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan
kepada-Nya-lah kami kembali).”(Al Baqarah 2:156).
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ
“Semua yang ada di bumi
itu akan binasa.”(Ar Rahman 55:26).
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ
فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
”Katakanlah: ”Sesungguhnya
kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang
telah kamu kerjakan”(Al Jumu’ah 62:8).
Allah Maha SegalaNya
Ketiga, kita meyakini hanya
Allah-lah yang maha segalanya. Maha Kaya, Maha Mengetahui, Maha Luas KaruniaNya
dan Maha menguasai apa saja.
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ
”Katakanlah: ”Aku
berlindung kepada Tuhan Yang
Menguasai subuh,”(Al Falaq 113:1).
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ
الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ
الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
”Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia,
Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan,
Maha Suci Allah dari apa yang
mereka persekutukan.”( Al Hasyr 59:23).
يَعْلَمُ مَا يَلِجُ فِي الْأَرْضِ وَمَا يَخْرُجُ
مِنْهَا وَمَا يَنْزِلُ مِنَ السَّمَاءِ وَمَا يَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ الرَّحِيمُ
الْغَفُورُ
”Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi, apa yang ke luar daripadanya, apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan
Dia-lah Yang Maha Penyayang
lagi Maha Pengampun.” (Saba’ 34:2).
لِلَّهِ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ
وَإِنْ تُبْدُوا مَا فِي أَنْفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُمْ بِهِ اللَّهُ
فَيَغْفِرُ لِمَنْ يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيرٌ
”Kepunyaan Allah-lah
segala apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi. Dan jika kamu
melahirkan apa yang ada di dalam hatimu atau kamu menyembunyikan, niscaya Allah
akan membuat perhitungan dengan kamu tentang perbuatanmu itu. Maka Allah
mengampuni siapa yang dikehendaki-Nya dan menyiksa siapa yang dikehendaki-Nya;
dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”(Al Baqarah 2:284).
Sedangkan kita adalah
makhluk yang lemah yang tidak pantas menyombongkan diri. Yang akan selalu
membutuhkan yang lain, khususnya sangat membutuhkan pertolongan Allah Swt.
يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُخَفِّفَ عَنْكُمْ وَخُلِقَ
الْإِنْسَانُ ضَعِيفًا
”Allah hendak
memberikan keringanan kepadamu, dan manusia
dijadikan bersifat lemah.”
(An Nisaa 4:28).
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ
مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ (54) وَيَوْمَ تَقُومُ
السَّاعَةُ يُقْسِمُ الْمُجْرِمُونَ مَا لَبِثُوا غَيْرَ سَاعَةٍ كَذَلِكَ كَانُوا
يُؤْفَكُونَ
”Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.”(Ar Ruum 30:54).
Jabatan adalah Milik
Allah
Keempat, kekuatan, kekuasaan,
kepemimpinan dan jabatan milik Allah, yang akan diberikan dan dicabut dari
siapapun yang dikehendakiNya.
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ
مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ
وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
”Katakanlah: ”Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan
Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Ali Imran 3:26).
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي النَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ
فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ
الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَنْ تَشَاءُ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Engkau masukkan malam
ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang
hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan
Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).” (Ali Imran 3:27).
إِنْ يَمْسَسْكُمْ قَرْحٌ فَقَدْ
مَسَّ الْقَوْمَ قَرْحٌ مِثْلُهُ وَتِلْكَ الْأَيَّامُ نُدَاوِلُهَا بَيْنَ
النَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ
وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
“Jika kamu (pada perang
Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itupun (pada perang Badar)
mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami
pergilirkan diantara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada’. Dan Allah tidak menyukai
orang-orang yang zalim.” (Ali Imran
3:140).
Semuanya ada Balasannya
Kelima, meyakini bahwa semua
kebaikan atau keburukan akan mendapatkan
balasan yang setimpal dari Allah SWT. Karena itu kenapa takut untuk
berbuat baik dan berbagi kepada sesama. Toh Allah akan menggantinya dengan yang
lebih baik dan berlipat ganda.
مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَهُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا وَمَنْ جَاءَ
بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ
”Barangsiapa membawa
amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh
kali lipat amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).”(Al An’aam 6:160).
فَالْيَوْمَ
لَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا وَلَا تُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
(54) إِنَّ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ الْيَوْمَ فِي شُغُلٍ فَاكِهُونَ (55) هُمْ
وَأَزْوَاجُهُمْ فِي ظِلَالٍ عَلَى الْأَرَائِكِ مُتَّكِئُونَ (56) لَهُمْ فِيهَا
فَاكِهَةٌ وَلَهُمْ مَا يَدَّعُونَ (57) سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ (58)
”54. Maka pada hari itu
seseorang tidak akan dirugikan sedikitpun dan kamu tidak dibalasi, kecuali
dengan apa yang telah kamu kerjakan. 55. Sesungguhnya penghuni syurga
pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). 56. Mereka dan isteri-isteri mereka berada dalam tempat yang teduh,
bertelekan di atas dipan-dipan. 57. Di syurga itu mereka
memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. 58. (Kepada mereka dikatakan): ”Salam”, sebagai ucapan selamat dari
Tuhan Yang Maha Penyayang.” (Yaasiin 36:54-58).
Semuanya Akan Mati
Keenam, orang yang kikir dalam
hal kekuasaan, harta maupun ilmu akhirnya juga binasa. Mereka semuanya tidak
dapat lari dari adzab Allah Swt. Sebagaimana yang menimpa Fir’aun, kaum Nuh,
kaum Tsamud, kaum ’Ad, Qarun, Hamam hingga Bal’am.
أَلَمْ تَرَ كَيْفَ فَعَلَ رَبُّكَ بِعَادٍ (6) إِرَمَ ذَاتِ الْعِمَادِ (7)
الَّتِي لَمْ يُخْلَقْ مِثْلُهَا فِي الْبِلَادِ (8) وَثَمُودَ الَّذِينَ جَابُوا
الصَّخْرَ بِالْوَادِ (9) وَفِرْعَوْنَ ذِي الْأَوْتَادِ (10) الَّذِينَ طَغَوْا
فِي الْبِلَادِ (11) فَأَكْثَرُوا فِيهَا الْفَسَادَ (12) فَصَبَّ عَلَيْهِمْ
رَبُّكَ سَوْطَ عَذَابٍ (13) إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ (14)
”6. Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu berbuat terhadap kaum ’Aad? 7. (yaitu) penduduk
Iram yang mempunyai bangunan-bangunan yang tinggi 8. yang belum pernah dibangun
(suatu kota) seperti itu, di negeri-negeri lain, 9. dan kaum Tsamud yang
memotong batu-batu besar di lembah 10. dan kaum Fir’aun yang mempunyai
pasak-pasak (tentara yang banyak), 11. yang berbuat sewenang-wenang dalam
negeri, 12. lalu mereka berbuat banyak kerusakan dalam negeri itu, 13. karena
itu Tuhanmu menimpakan kepada mereka cemeti azab, 14. sesungguhnya Tuhanmu
benar-benar mengawasi.”(Al Fajr 89:6-14).
الْحَاقَّةُ
(1) مَا الْحَاقَّةُ (2) وَمَا أَدْرَاكَ مَا الْحَاقَّةُ (3) كَذَّبَتْ ثَمُودُ
وَعَادٌ بِالْقَارِعَةِ (4) فَأَمَّا ثَمُودُ فَأُهْلِكُوا بِالطَّاغِيَةِ (5)
وَأَمَّا عَادٌ فَأُهْلِكُوا بِرِيحٍ صَرْصَرٍ عَاتِيَةٍ (6) سَخَّرَهَا
عَلَيْهِمْ سَبْعَ لَيَالٍ وَثَمَانِيَةَ أَيَّامٍ حُسُومًا فَتَرَى الْقَوْمَ
فِيهَا صَرْعَى كَأَنَّهُمْ أَعْجَازُ نَخْلٍ خَاوِيَةٍ (7) فَهَلْ تَرَى لَهُمْ
مِنْ بَاقِيَةٍ (8) وَجَاءَ فِرْعَوْنُ وَمَنْ قَبْلَهُ وَالْمُؤْتَفِكَاتُ
بِالْخَاطِئَةِ (9) فَعَصَوْا رَسُولَ رَبِّهِمْ فَأَخَذَهُمْ أَخْذَةً رَابِيَةً
(10) إِنَّا لَمَّا طَغَى الْمَاءُ حَمَلْنَاكُمْ فِي الْجَارِيَةِ (11)
لِنَجْعَلَهَا لَكُمْ تَذْكِرَةً وَتَعِيَهَا أُذُنٌ وَاعِيَةٌ (12)
”1. Hari kiamat 2. apakah hari kiamat itu?
3. Dan tahukah kamu apakah hari kiamat itu? 4. Kaum Tsamud dan ’Aad telah
mendustakan hari kiamat 5. Adapun kaum Tsamud, maka mereka telah dibinasakan
dengan kejadian yang luar biasa 6. Adapun kaum ’Aad maka mereka
telah dibinasakan dengan angin yang sangat dingin lagi amat kencang, 7. yang Allah menimpakan angin itu kepada mereka selama tujuh malam
dan delapan hari terus menerus; maka kamu lihat kaum ’Aad pada waktu itu mati
bergelimpangan seakan-akan mereka tunggul pohon kurma yang telah kosong
(lapuk). 8. Maka kamu tidak melihat seorangpun yang tinggal di antara mereka 9. Dan telah datang Fir’aun
dan orang-orang yang sebelumnya dan (penduduk) negeri-negeri yang dijungkir
balikkan karena kesalahan yang besar 10. Maka
(masing-masing) mereka mendurhakai rasul Tuhan mereka, lalu Allah menyiksa
mereka dengan siksaan yang sangat keras. 11.
Sesungguhnya Kami, tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek
moyang) kamu, ke dalam bahtera, 12. agar Kami jadikan
peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau
mendengar.”(Al Haaqqah 69:1-12).
Pelit Kembali Kepada
Diri Kita
Ketujuh, pada dasarnya sifat bakhil
akan kembali kepada kita. Karena hakekatnya milik kita adalah apa-apa yang
kita belanjakan di jalan kebajikan (fii
sabiilillah). Bakhil membawa keburukan sedangkan dermawan membawa kebaikan.
”Sekali-kali janganlah
orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari
karuniaNya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya
kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan
dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala
warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(Ali ‘Imran 3:180).
7.4.2.
Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)
Dibenci Manusia
Orang yang
kikir biasanya dibenci tetangga, tidak disukai teman hingga dijauhi keluarga. Kadang
mobilnya yang berjejer dikempesi orang atau dibaret catnya. Bahkan sampai ada
yang bersumpah tidak akan menolongnya jika rumahnya di maling atau dirampok
orang.
Pelit Statis, Dermawan Dinamis
Orang yang pelit ilmu menjadikannya ilmunya akan
statis dan tidak berkembang. Berbeda dengan orang yang dermawan dalam membagi
ilmu. Maka ilmunya akan terus bertambah dan berkembang.
Lihat para ulama, seperti imam empat madzhab. Ilmunya
terus berkembang dan dikembangkan oleh murid-muridnya. Pendapat-pendapatnya
sampai hari ini masih menjadi rujukan umat islam.
Lihat pula para dermawan di masa lalu. Warisannya
berupa banguan, masjid maupun gedung masih dikenang hingga hari ini.
Lihat nabi Ibrahim AS
dan nabi Isma’il AS. Buah karyanya berupa baitullah (ka’bah) terus dikunjungi
setiap waktu dan kesempatan. Serta dijadikan kiblat sholat bagi umat Islam
hingga akhir zaman.
Pelit Mematikan Jiwa
Sifat pelit akan membuat
jiwa menjadi sakit. Ia tidak peduli dengan sesama. Tidak peduli dengan
lingkungan. Hatinya keras membatu. Lama kelamaan hatinya mati. Setelah itu maka
akan lahir penyakit hati lainnya. Seperti tamak dan congkak. Iri dan dengki
bila melihat orang lain sukses. Sakit kepala bila tetangganya membeli sesuatu.
Hingga akhirnya mati betulan dalam kesunyian karena terhimpit sesak nafas yang
selalu terbakar rasa dongkol melihat orang lain bahagia.
Harta Tidak
Dibawa Mati
Jika kita mati. Kita hanya ditemani beberapa lembar
kain kafan. Rumah mewah. Kendaraan mercy. Istri cantik dan gemulai. Emas
permata sawah ladang. Semuanya kita tinggal. Yang menemani kita di alam barzakh
hanyalah amal. Jika kita pelit, maka amal kita sedikit. Akibatnya kuburan
menjadi gelap gulita. Jika kita dermawan. Kuburan menjadi terang benderang.
Banyak alunan do’a dari fakir-miskin, yatim – piatu menambah terangnya alam
kubur.
Akibat
Pelit
Coba lihat Fir’aun, ia digulung lautan. Coba lihat
Qarun ia ditelan bumi. Coba lihat Kan’an, ia diterjang air bah. Lihat kaum
Tsamud, mereka mati ketakutan disambar petir. Lihat kaum ’Ad, mereka
dihancurkan angin yang dingin menusuk selama tujuh malam delapan hari. Coba lihat Saddam Husein. Lihat pula Khadafi.
Lihat para pemimpin zhalim yang telah merampas hak dan menipu rakyatnya.
Semuanya mati menggenaskan dan dihinakan oleh rakyatnya sendiri.
Kisah
Kedermawanan Sahabat
Mulai
dari Abu Bakar. Beliau
adalah saudagar yang kaya raya. Dengan hartanya ia bebaskan para budak. Yaitu
Bilal, Amir ibnu Fuhairah, Zunairah, Nahdiyah dan putrinya, Jariyah binti
Mua’amil dan Ummu Ubays.[2]
Abu Bakar RA juga sangat
dermawan. Namun hidupnya sangat sederhana. ‘Aisyah berkata, “Abu Bakar menginfakkan 4.000 dirham kepada
Nabi SAW.” “Ketika meninggal dunia,
beliau tidak meninggalkan satu dinar dan tidak pula satu dirhampun. “ kata
putrinya ‘Aisyah RA.[3]
Padahal kita tahu beliau adalah khalifah. Seorang
kepala negara yang memiliki kedudukan tertinggi dalam pemerintahan.
Bahkan menurut riwayat beliau pernah menyumbangkan
seluruh hartanya untuk dakwah Islam. Sampai-sampai Rasulullah bertanya, “Lalu
apa yang kau tinggalkan untuk keluargamu?”. Abu Bakar menjawab, “Allah
dan Rasul-Nya.”[4]
Selanjutnya
sahabat Utsman bin Affan RA. Utsman adalah sosok yang sangat dermawan.
Ia pernah menanggung semua perlengkapan separuh dari pasukan kaum muslimin
dalam perang ‘asrah. Saat itu, ia mendermakan 300 ekor onta dan 50 ekor kuda
lengkap dengan segala peralatannya. Kemudian ia datang membawa seribu dinar dan
memberikannya di hadapan Rasulullah. (HR Tirmidzi).[5] Harta itu tentu setara dengan 50
kendaraan lapis baja dan 300 truk militer.
Diantara
kemurahan hati dan sedekah yang diberikannya di jalan Allah SWT yaitu ketika
Rasulullah menyiapkan tentara dalam perang Tabuk. Imam Ahmad meriwayatkan, “Bahwa
Utsman datang dengan membawa 1000 dinar dibajunya lalu menuangkannya di
kamar Rasulullah SAW. Lalu Nabi bersabda, “Utsman tidak akan
miskin karena melakukan hal ini.”[6]
Ibnu
Syihab Zuhri meriwayatkan bahwa pada perang Tabuk Utsman membawa lebih dari 940
onta, kemudian membawa 60 kuda untuk menggenapinya menjadi seribu.”[7] Kini berarti setara dengan 1000 kendaraan
militer. Kalau satu kendaraan kira-kira seharga setengah milyar maka setara
dengan 500 milyar rupiah. Atau setngah trilyun rupiah.
Ia juga pernah membeli sumur Raumah
dari seorang Yahudi. Setelah itu ia mewakafkannya. Kemudian kaum muslimin
memanfaatkannya sebagai sumber air minum.[8]
Menurut riwayat Al Baghawi ia membeli sumur tersebut dengan harga 35.000 dirham.[9]
Ibnu Abbasرضي الله عنه
berkata, “Ketika orang-orang mengalami paceklik di masa
pemerintahan Abu Bakar. Abu Bakar berkata kepada mereka insya Allah besok sore
kalian dibebaskan Allah dari kesulitan.
Besok paginya datang kafilah
Utsman. Para pedagang datang kepada utsman dan
meminta kepadanya supaya menjual barang-barang tersebut kepada mereka.
Utsman bertanya kepada mereka, “Berapa
keuntungan yang akan kalian berikan kepadaku?” Mereka menjawab, “Sepuluh
dengan dua belas.[10]”
Utsman berkata, “Saya telah mendapat lebih dari itu.” Pedagang-pedagang
tersebut bertanya, “Siapa yang menambahimu sedangkan kami adalah
pedagang-pedagang Madinah.” Utsman
menjawab, “Ia adalah Allah, Dia menambahiku setiap dirham dengan sepuluh
dirham, maka apakah kalian bisa menambahiku?” Pedagang-pedagang tersebut
berlalu dan Utsman berkata, “Yaa Allah kuberikan barang-barang ini kepada
orang-orang miskin di Madinah tanpa bayar dan tanpa perhitungan.”[11]
[1] DR. Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya
Dakwah Jilid 2, Gema Insani Press (Jakarta:1998), hal. 287-288.
[2]Ibid hal. 6.
[3]Ibnu Hajar Al Asqalani, Fathul Baari,
Pustaka Azzam (Jakarta:2006), jilid 18, hal. 397. 1 dirham = 3,5 gram perak.
[4]Khalid Muhammad Khalid hal. 81.
[5]Muhammad Sa’id Mursi, hal. 17.
[6]Fitnah Kubra Hal. 254.
[7]Ibid.
[8]Ibid
[9]Fitnah Kubra hal. 254.
[10]Dalam riwayat lain dinytakan , “1 dirham
dengan 2 dirham” lihat Fitnah Kubra hal. 253.
[11]Khalid Muhammad Khalid, hal. 230. Fitnah
Kubra hal. 254.
No comments:
Post a Comment