BAB III
SEDIH
Selanjutnya Nabi SAW
mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat sedih (hazan).
Biasanya kita akan bersedih tatkala kehilangan sesuatu. Misalnya kehilangan
orang tua, kehilangan anak hingga kehilangan harta benda karena bencana alam
atau kebakaran atau perampokan atau kecurian.
3.1.
Pengertian Sedih
Sebagaimana telah penulis jelaskan pada bab II
bahwa antara gelisah dan sedih hanya memiliki perbedaan yang tipis yaitu terkait
dengan waktunya. Sedih terkait dengan
apa-apa yang telah berlalu. Sedangkan gelisah terkait dengan masa depan.
3.2.
Ciri-Ciri Sedih
Demikian halnya dengan ciri-ciri sedih juga tak
ada bedanya dengan gelisah. Yaitu terlihat dari wajah maupun sikapnya. Mulai
dari murung, mondar-mandir, menangis, teriak-teriak bahkan mungkin hingga bunuh
diri.
3.3.
Dampak sedih
Sama halnya dengan gelisah, dampaknya dapat berupa
penyakit ruhani hingga penyakit fisik. Berupa murung, menyendiri, stress hingga
gila. Serta menderita penyakit maag, pening, penyakit dalam, migren hingga
jantung.
3.4.
Mengobati Sedih
Agar kesedihan tersebut tidak
berlarur-larut maka perlu segera diobati. Jika tidak maka akan menggerogoti
jiwa kita, yang ujungnya adalah menimbulkan penyakit fisik yang dapat membawa
kepada penyakit kronis hingga kematian.
3.4.1.
Naqli
(Alqur’an dan Sunnah)
Mukmin Berderajat
Tinggi
Pertama meyakini orang-orang
beriman adalah orang yang berderajat tinggi. Karena itu ia tidak pantas
bersedih hati. Sebab seluruh hidup dan nafasnya akan mendapatkan balasan dari
Allah. Selama hal itu dilakukan dengan ikhlash dan sesuai ketentuan syareat
Islam.
”Janganlah kamu
bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.”(Ali ‘Imran 3:139).
إِنَّ الَّذِينَ آَمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا
وَالنَّصَارَى وَالصَّابِئِينَ مَنْ آَمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ
وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
”Sesungguhnya
orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang
Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari
kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka,
tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Baqarah 2:62).
Menurut Imam Ibnu Katsier
ayat ini terkait dengan sahabat Salman Al Farisi pada masa lalu. Mereka adalah
orang-orang yang sholat, puasa dan meyakini akan kedatangan Nabi SAW. Ketika
ditanyakan kepada Nabi apakah mereka termasuk golongan yang selamat, maka Nabi
menjawab mereka ada di neraka. Untuk menjawab hal ini maka Allah menurunkan
ayat ini. Yang pada intinya orang-orang semacam ini akan mendapatkan kebahagiaan
dengan syarat beriman kepada Allah, hari akherat dan beramal shaleh.
Termasuk orang
Yahudi yang mengikuti taurat dan mentaati nabi Musa. Lalu datang kaum Nashrani
yang memegang teguh injil dan mengikuti nabi Isa. Mereka semua tidak khawatir
dan tidak takut. Namun setelah kedatangan Nabi SAW, maka mereka wajib mengikuti
Alqur’an dan syareat Islam.
Janji Allah
Pasti benar
Kedua, meyakini janji Allah itu benar adanya. Bahwa
orang-orang beriman pada hari kiamat nanti akan mendapatkan pertolongan dari Allah.
Sedangkan orang-orang kafir akan merasakan penderitaan dan ketakutan yang luar
biasa.
يَا عِبَادِ لَا خَوْفٌ عَلَيْكُمُ
الْيَوْمَ وَلَا أَنْتُمْ تَحْزَنُونَ
"Hai hamba-hamba-Ku, tiada
kekhawatiran terhadapmu pada hari ini dan tidak pula kamu bersedih hati.”(Az Zukhruf 43:68).
Bahkan Allah
akan memasukkanya dalam golongan para hambaNya dan kemudian menempatkannya di
syurga.
يَا
أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ (27) ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً
مَرْضِيَّةً (28) فَادْخُلِي فِي عِبَادِي (29) وَادْخُلِي جَنَّتِي (30)
“27. Hai
jiwa yang tenang 28. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas
lagi diridhai-Nya. 29. Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, 30.
masuklah ke dalam syurga-Ku.” (Al Fajr 89:27-30).
Maksudnya
adalah mengabarkan tentang perkataan malaikat kepada para waliNya (orang-orang
beriman) pada hari kiamat. Bermakna pula orang-orang yang jiwanya tenteram
terhadap apa-apa yang dijanjikan Allah. Atau orang-orang yang tenang hatinya
dengan apa-apa yang difirmankan Allah.[1]
Mengikuti
PetunjukNya
Ketiga, yaitu secara konsisten
mengikuti petunjuk Allah. Dengan mengikuti jalanNya maka Allah akan
menghilangkan kesedihan kita.
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا
يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
”Kami berfirman:
"Turunlah kamu semuanya dari surga itu! Kemudian jika datang petunjuk-Ku
kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada
kekhawatiran atas mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati." (Al Baqarah 2:38).”
Tawakal
Keempat, pasrah, menyerahkan diri
dan tawakal kepadaNya.
بَلَى مَنْ
أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَلَهُ أَجْرُهُ عِنْدَ رَبِّهِ وَلَا
خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
”(Tidak
demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. ”(Al Baqarah 2:112).
Karena Allah
menjamin bagi siapa saja yang benar-benar tulus ikhlash dalam perbuatannya,
maka Allah menjamin ketenangan hidupnya sehingga bebas dari rasa sedih,
takut dan khawatir baik di dunia maupun
di akherat.[2]
Semua Milik
Allah
Kelima, meyakini semua yang ada
di dunia ini milik Allah. Karena itu tidak perlu bersedih dengan kejayaan
orang-orang kafir hari ini. Sebab pada saatnya nanti akan dikembalikan kepada
orang-orang beriman.
وَلَا
يَحْزُنْكَ قَوْلُهُمْ إِنَّ الْعِزَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا هُوَ السَّمِيعُ
الْعَلِيمُ
”Janganlah kamu sedih
oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan
Allah. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Yunus 10:65).
Hari Esok Milik Kita
Keenam,
meyakini hari esok milik mukminiin.
لَا يَحْزُنُهُمُ الْفَزَعُ الْأَكْبَرُ وَتَتَلَقَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ
هَذَا يَوْمُكُمُ الَّذِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
”Mereka
tidak disusahkan oleh kedahsyatan yang besar (pada hari kiamat), dan mereka
disambut oleh para malaikat. (Malaikat berkata): "Inilah harimu yang telah
dijanjikan kepadamu."(Al Anbiyaa’ 21;103).
Kenikmatan Dunia Hanya Sementara
Ketujuh, meyakini kenikmatan yang diberikan kepada
orang-orang kafir hanya sementara. Dan jangan silau terhadap apa-apa yang
mereka miliki saat ini.
لَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا
مَتَّعْنَا بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَاخْفِضْ
جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
”Janganlah sekali-kali kamu menunjukkan pandanganmu kepada kenikmatan hidup
yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka (orang-orang
kafir itu), dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah
dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman.” (Al Hijr 15:88).
Allah Bersama Kita
Kedelapan, meyakini Allah bersama kita. Allah selalu
menolong NabiNya dan orang-orang yang memperjuangkan risalah para Rasul. Karena kalimat Allah
adalah kalimat yang tinggi dan pasti menang. Sedangkan kalimat kekufuran adalah
kalimat yang rendah dan pasti hancur.
إِلَّا
تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ
اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ
اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ
لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ
اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
”Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah
menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekah) mengeluarkannya
(dari Mekah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada
dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya: "Janganlah kamu berduka
cita, sesungguhnya Allah beserta kita." Maka Allah menurunkan
keterangan-Nya kepada (Muhammad) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak
melihatnya, dan Al-Quran menjadikan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan
kalimat Allah itulah yang tinggi. Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. ”(At
Taubah 9:40).
Berdzikir
Kepada Allah
Jangan lupa selalu mengingat namaNya di waktu pagi
dan petang. Karena dengan mengingatNya hati menjadi tenang.
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا
بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
”(yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram. (Ar Ra’du 13:28).
Diantaranya
yaitu dengan memperbanyak membaca AL Ikhlash hingga ayat Kursi.
عن أنس « أن رسول الله صلى الله عليه وسلم . سأل رجلاً من
أصحابه هل تزوّجت؟ قال : لا ، وليس عندي ما أتزوج به . قال : أو ليس معك { قل هو
الله أحد } [ الإِخلاص ] ؟ قال : بلى . قال : ربع القرآن ، أليس معك { قل يا أيها
الكافرون } [ الكافرون ] ؟ قال : بلى .
قال : ربع القرآن ، أليس معك { إذا زلزلت } [ الزلزلة ] ؟ قال : بلى . قال : ربع القرآن ، أليس معك {
إذا جاء نصر الله } [ النصر ] ؟ قال : بلى . قال : ربع القرآن ، أليس معك آية
الكرسي؟ قال : بلى . قال : فتزوج » . وأخرج البيهقي في شعب الإِيمان عن أنس قال : قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم « من قرأ في دبر كل صلاة مكتوبة آية الكرسي حفظ إلى
الصلاة الأخرى ، ولا يحافظ عليها إلا نبي أو صديق أو شهيد » [3].
Dari Anas bahwa Rasulullah bertanya kepada salah
seorang sahabatnya, ”Apakah engkau sudah menikah?” Dia menjawab, ”Belum.” Aku
tidak memiliki sesuatu untuk menikah. Rasulullah berkata, ”Bukankah engkau
hafal qul huwallahu ahad (Al Ikhlash)?” Sahabat menjawab, ”Ya aku hafal.”
Rasulullah berkata, ”Itu sama dengan seperempat Alqur’an.” ”Bukankah engkau
hafal qul yaa ayyuhal kaafiruun (Al Kaafiruun)?” Sahabat menjawab, ”Ya aku hafal.”
Rasulullah berkata, ”Itu sama dengan seperempat Alqur’an.” ”Bukankah engkau
hafal idzaa zulzilat (Al Zalzalah)?” Sahabat menjawab, ”Ya aku hafal.”
Rasulullah berkata, ”Itu sama dengan seperempat Alqur’an.” ”Bukankah engkau
hafal idza jaa’a nashrullah (An Nashr)?” Sahabat menjawab, ”Ya aku hafal.”
Rasulullah berkata, ”Itu sama dengan seperempat Alqur’an.” ”Bukankah
engkau hafal ayat kursi?” Sahabat menjawab, ”Ya aku hafal.”
Rasulullah berkata, ”Itu sama dengan seperempat Alqur’an.”
[4]
Bayangkan?
Dengan membaca ayat kursi anda telah membaca seperempat Qur’an. Apa
maknanya? Apa hakekatnya? Tiada lain karena ia berisi pokok-pokok keimanan. Rububiyatullah
(ketuhanan Allah), uluhiyatullah (penyembahan kepada Allah) dan asmaa
wa shifat (nama-nama dan sifat Allah yang indah). Akankah anda
mengabaikannya dan membiarkan hari-hari anda tanpa berdzikir atau membaca atau
merenungkan ayat kursi? Sungguh kita termasuk orang-orang yang rugi. Jika hanya
satu ayat saja, kita tak sanggup menjadikan sebagai dzikir atau bacaan harian. Camkanlah wahai saudaraku!
3.4.2. Aqli (Akal atau
Ilmiyah dan Kisah)
Secara
umum cara mengobati sedih sama dengan cara mengobati gelisah. Sebab hanya waktu
saja yang membedakannya. Yaitu gelisah terkait dengan masa depan sedangkan
sedih terkait dengan masa lalu.
Karena
itu sangat relevan dalam mengobati sedih kita lakukan dengan cara mulai dari
melihat orang di bawah kita, melihat masalah dengan baik, merubah masalah
menjadi peluang, muhasabah, minta nasehat, pergi ke psikiater hingga ke dokter.
Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan pada bab 2 dan
bab 3 di atas maka ada pokok-pokok kesimpulan besar agar kita dapat terhindar
dari penyakit gelisah dan sedih. Antara lain sebagai berikut :
Pertama, meyakini bahwa dunia ini hanya sementara
sedangkan yang kekal adalah alam akherat. Yaitu alam yang terdiri dari dua
tempat, jannah (syurga) dan an naar (neraka).
Dalam
ayat Alqur’an banyak sekali kita temukan kata-kata Khaalidiina Fiiha
yang maknanya mereka kekal di dalamnya yaitu di dalam syurga atau neraka. (Antara
lain lihat QS 2:25, 217, 3:136,198, 4:57, 5:85, , 11:107,108, 13:5, 14:23,
20:76, 29:58, 48:5, 57:12,)
Lebih
tegas lagi dengan kata-kata Khalidiina fiiha abada yang maknanya mereka
kekal di dalamnya untuk selama-lamanya (QS 4:122, 4:169, 5:119, 9:22,100, 18:3,
33:65, 65:11, 72:23, 98:8).
وَبَشِّرِ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
أَنَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ كُلَّمَا رُزِقُوا
مِنْهَا مِنْ ثَمَرَةٍ رِزْقًا قَالُوا هَذَا الَّذِي رُزِقْنَا مِنْ قَبْلُ
وَأُتُوا بِهِ مُتَشَابِهًا وَلَهُمْ فِيهَا أَزْوَاجٌ مُطَهَّرَةٌ وَهُمْ فِيهَا
خَالِدُونَ
”Dan
sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa
bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya.
Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam surga-surga itu, mereka mengatakan
: "Inilah yang pernah diberikan kepada kami dahulu." Mereka diberi
buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di dalamnya ada isteri-isteri yang
suci dan mereka kekal di dalamnya” (Al Baqarah 2:25).
فِيهِنَّ
قَاصِرَاتُ الطَّرْفِ لَمْ يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ ِ
”Di
dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang sopan menundukkan pandangannya,
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga
yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (Ar Rahmaan 55:56).
كَأَنَّهُنَّ
الْيَاقُوتُ وَالْمَرْجَانُ
”Seakan-akan
bidadari itu permata yakut dan marjan.”(Ar Rahmaan 55:58).
فِيهِنَّ
خَيْرَاتٌ حِسَانٌ
”Di
dalam syurga itu ada bidadari-bidadari yang baik- baik lagi cantik-cantik.”
(Ar
Rahmaan 55:70).
حُورٌ
مَقْصُورَاتٌ فِي الْخِيَامِ
”(Bidadari-bidadari)
yang jelita, putih bersih, dipingit dalam rumah.” (Ar Rahmaan 55:72).
لَمْ
يَطْمِثْهُنَّ إِنْسٌ قَبْلَهُمْ وَلَا جَانٌّ
”Mereka
tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni syurga
yang menjadi suami mereka), dan tidak pula oleh jin.” (Ar Rahmaan 55:74).
Kedua, gelisah dan sedih yang membawa sifat
pesimis adalah ciri orang kafir. Karena kita mukmin maka tidak pantas kita dihantui oleh kegelisahan atau
kesedihan yang berlebihan.
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا بِآَيَاتِ اللَّهِ وَلِقَائِهِ أُولَئِكَ يَئِسُوا مِنْ رَحْمَتِي
وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
”Dan orang-orang yang
kafir terhadap ayat-ayat Allah dan pertemuan dengan Dia, mereka putus asa dari rahmat-Ku, dan mereka itu
mendapat azab yang pedih.” (Al ’Ankabuut 29:23).
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ
الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ
الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
”Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka
meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun
kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan
janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah
dijanjikan Allah kepadamu." (Al Fushshilat 41:30).
إِنَّ
الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ
وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
”Sesungguhnya
orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian
mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka
tiada (pula) berduka cita.” (Al Ahqaaf 46:13).
Ketiga, orang yang beriman adalah orang yang
berderajat tinggi, karena itu tidak pantas merasa hina apalagi gelisah, bersedih
dan putus asa dari rahmat Allah SWT.
وَلَا
تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
”Janganlah
kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah
orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang
beriman.” (Ali Imran 3:139).
Keempat, mengetahui bahwa hakekat dunia ini hanya tempat
permainan, sendau gurau dan kesenangan
yang menipu.
يَا قَوْمِ
إِنَّمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَإِنَّ الْآَخِرَةَ هِيَ دَارُ
الْقَرَارِ
”Hai
kaumku, sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan
sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal.”( Al Mu’min 40:39).
وَالْآَخِرَةُ
خَيْرٌ وَأَبْقَى
”Sedang
kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal.”(Al
A’laa 87:17).
وَمَا
الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَلَلدَّارُ الْآَخِرَةُ خَيْرٌ
لِلَّذِينَ يَتَّقُونَ أَفَلَا تَعْقِلُونَ
”Dan
tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan
sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka
tidakkah kamu memahaminya?”(Al An’aam 6:32).
وَمَا
هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ
الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ
“Dan
tiadalah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenarnya
kehidupan, kalau mereka mengetahui”(Al ‘Ankabuut 29:64).
Kelima, yakin bahwa kemenangan itu dekat sebagaimana janji
Allah SWT.
وَأُخْرَى
تُحِبُّونَهَا نَصْرٌ مِنَ اللَّهِ وَفَتْحٌ قَرِيبٌ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan
(ada lagi) karunia yang lain yang kamu sukai (yaitu) pertolongan dari Allah dan
kemenangan yang dekat (waktunya). Dan sampaikanlah berita gembira kepada
orang-orang yang beriman.” (Ash Shaf 61:13).
وَمَنْ
يَتَوَلَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُونَ
“Dan
barangsiapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman menjadi
penolongnya, maka sesungguhnya pengikut (agama) Allah itulah
yang pasti menang.” (Al Maa’idah 5:56).
أُولَئِكَ
حِزْبُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
“Mereka
itulah golongan Allah. Ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah
golongan yang beruntung.”(Al Mujaadilah 58:22).
Serta
masih banyak lagi ayat suci Alqur’an yang mengajak kita meninggalkan
kegelisahan dengan cara membangun sifat optimis. Untuk lebih jelas dan
lengkapnya silahkan baca buku penulis Energi Ayat Kursi Bab III : Optimist.[5] Dalam bab tersebut penulis
menerangkan secara jelas dan detil tentang optimis sebagai obat untuk
menghilangkan segala kegundahan dan kegelisahan.
Yang
terakhir jangan lupa banyak berdo’a dengan do’a perlindungan dari sifat hammi
(gelisah) dan banyak mengingat Allah SWT. Karena dengan mengingat Allah hati
menjadi tenang.
الَّذِينَ
آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ
تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati
mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram.”( Ar Ra’du 13:28).
Ternyata kebahagiaan itu ada dalam hati. Ketika hati tenang,
dimanapun kita berada maka kita akan bahagia. Meskipun berada di penjara
sekalipun sebagaimana yang dialami oleh Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, Imam Ibnu
Taymiyah, Imam Ibnul Qayyim hingga Sayyid Qutb.
Mari
kita dengarkan syair Sayyid Qutb :
”Saudaraku
engkau merdeka, meski berada di balik jeruji besi penjara
saudaraku
engkau merdeka meski diborgol dan dibelenggu
bila
engkau berpegang tegh kepada Allah
maka
tipu daya musuh tidak membahayakanmu
wahai
saudaraku, pasukan kegelapan akan binasa
dan
fajar baru akan menyingsing di alam semesta
lepaskan
kerinduan jiwamu
engkau
akan melihat fajar dari jauh telah bersinar
saudaraku,
engkau jangan jenuh berjuang
engkau
lemparkan senjata dari kedua pundakmu
siapakah
yang akan mengobati luka-luka pada korban
Namun ketika hati gundah,
sedih dan gelisah, dimanapun kita berada dengan fasilitas dan makanan yang
lezat sekalipun semuanya akan terasa hambar dan tiada guna.
[1]
Tafsir Thabari 24:423
[2]
Lihat Tafsir Ibnu Katsier atas ayat tersebut
[3]Imam Suyuthi, Ad-Durr Al Mantsur 2/151
[4]HR Imam Ahmad.
[5] Haryanto ,
Energi Ayat Kursi , Pustaka Ikadi (Jakarta:2011), hal. 37-82.
[6] Abdulah Al Aqil, Mereka Yang Telah
Pergi , Al I’tishom Cahaya Umat (Jakarta:2003), hal. 614
No comments:
Post a Comment