Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Monday 10 February 2014

Malas dan Obatnya



MALAS
            Selanjutnya Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat malas (Kaslun).

5.1.            Pengertian Malas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia malas diartikan tidak mau bekerja atau tidak mau mengerjakan sesuatu. Atau lebih senang mengemis daripada bekerja. Atau tidak memiliki nafsu untuk bekerja. Tidur-tiduran. Tanpa berbuat sesuatu. Atau berleha-leha. Duduk-duduk. Senang di tempat tidur. Atas ogah melakukan perbuatan-perbuatan yang berguna.


5.2.            Ciri-Ciri Malas
Ciri-ciri malas antara lain berdiam diri. Tidak bergerak. Santai. Enggan. Leha-leha. Tiduran hingga bergantung kepada orang lain. Serta lebih suka melanggar aturan.

5.3.            Dampak Malas
Dampak malas antara lain menjadi miskin. Rejekinya jauh. Menjadi bodoh. Menimbulkan penyakit. Menyenangkan setan. Menimbulkan kerendahan dan kehinaan. Masuk neraka. Melemahkan aktifitas dakwah. Menjerumukan pada kesulitan hingga kekalahan.[1]
Orang malas bekerja menjadi miskin. Malas belajar menjadi bodoh. Malas gosok gigi menjadi sakit gigi. Malas bangun pagi dikencingi setan. Malas minum air putih dan olah raga menjadi sakit ginjal. Malas makan dan banyak begadang menjadi tipus. Malas sholat dan puasa maka masuk neraka. Malas mengaji menjadi TBC (Taklid, bid’ah dan churafat).

5.4.            Mengobati Malas

5.4.1.            Naqli (Alqur’an dan Sunnah)

Ciri Orang Munafik
Malas adalah ciri orang munafik. Sebagai muslim maka kita tidak pantas bermalas-malasan. Khususnya dalam masalah ibadah yaitu sholat. Karena apabila sholat yang fardhu ’ain saja malas apalagi urusan lainnya yang bukan fardhu. Misalnya fardhu kifayah seperti dakwah hingga ibadah-ibadah sunnah lainnya.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
            Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ 4:142).
            وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ كَارِهُونَ
            Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At Taubah 9:54).
Malas bertentangan dengan perintah Allah
Sebab Allah menyuruh kita rajin bekerja dan bekerja keras.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
Dan Katakanlah: ”Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.(At Taubah 9:105).
Kemudian beralih ke pekerjaan lainnya bila telah selesai melakukan pekerjaan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
”Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.” (Asy syarhi 94:7).
Ayat tersebut merupakan perintah kepada Nabi, apabila telah selesai berdakwah, maka beribadahlah. Atau apabila telah menyelesaikan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat. Atau apabila telah selesai sholat maka berdo’alah. Namun dalam arti umum ayat itu juga bermakna apabila telah menyelesaikan suatu urusan maka beralihlah kepada urusan yang lain.

Malas bertentangan dengan sunnatullah.
Sebab semua benda yang ada di langit dan bumi ini selalu bergerak. Sepertinya bergantinya malam dan siang serta beredarnya benda-benda angkasa. Jika diam maka ia akan jatuh atau tabrakan sehingga menyebabkan kecelakaan hingga kematian.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
”190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(Ali Imran 3:190-191).
Demikian halnya ulul albab tersebut. Ia selalu bergerak. Kadang berdiri, kadang duduk dan kadang berbaring. Kadang harus bekerja dengan banyak berdiri dan kadang harus istirahat dengan berbaring atau tidur.
Coba bayangkan sekiranya organ tubuh kita ada yang diam maka kita akan sakit atau meninggal dunia. Bahkan unsur-unsur yang ada dalam makhluk seperti proton, netron dan elektron selalu bergerak. Dan berpindah dari satu gugusan ke gugusan lainnya. Atau dari satu benda ke benda lainnya.
Alqur’an menyuruh kita untuk bekerja atau berusaha hingga berjihad. Yang dicerminkan dengan banyaknya kata-kata ’amala (dia bekerja), kasaba (dia berusaha), ’afala (dia berbuat) hingga jahada (jika berjihad).[2]

5.4.2.            Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)

Sahabat Yang Dijamin Masuk Syurga
Sepuluh orang sahabat yang dijamin masuk syurga adalah pekerja keras bukan pemalas. Mayoritas diantara mereka adalah saudagar yang kaya raya, para dermawan, para khalifah dan prajurit yang gagah perkasa. Yaitu mulai dari Abu bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash, Sa’id bin Zaid dan Abu Ubaidah ibnu Jarrah. (HR Turmudzi).

Para Ilmuwan
Para ilmuwan dan cendekiawan muslim semuanya adalah para peneliti, para pembelajar dan pendidik yang tekun tak kenal lelah melakukan berbagai macam eksperimen demi kemashlahatan umat manusia.
Semisal Al Khawarizmi, ahli matematika, aljabar, trigonomentri, astronomi dan geografi. Al Kindi, ahli astronomi, fisika, IPA, teknik mesin, kimia, matematika, musik, kedokteran hingga filsafat.
Al Battani, ahli astronomi dan matematika. Abu Bakar Ar Razi, ahli kedokteran, farmasi dan kimia. Ibnu Sina ahli kedokteran yang namanya dibaratkan menjadi Avecina.[3]

   Sukses Karena Bekerja
Di dunia ini tidak ada orang yang sukses kecuali dengan kerja keras. Semua motivator dan para pengusaha menyatakan kuncinya adalah DO. Yaitu berbuat, bekerja dan melakukan sesuatu. Beda kita dengan mereka adalah, para pengusaha DO 80 hingga 90% sedangkan kita berangan-angannya yang tinggi hingga 90%, sedangkan kerjanya hanya 10%.
Para trilyuner di dunia ini semuanya adalah pekerja keras bukan pemalas. J.K Rowling menghabiskan waktunya untuk menulis buku. Bill Gates sibuk dengan mengembangkan MS Office dan perangkat lunak. Mark Zuckerberg sibuk dengan facebook-nya untuk mempertemukan orang diseluruh dunia. Tak terkecuali dengan pemilik Google yang menyediakan kamus informasi elektronik yang sangat besar. Ibaratnya Doraemon, hampir semuanya ada di Google. Mulai dari jalan menuju syurga hingga jalan menuju neraka. Demikian pula dengan pemilik Yahoo. Semunya bekerja keras dalam meraih kesuksesan tersebut.
Di Indonesia ada nama-nama seperti Eka Tjipta Widjaya pendiri dan pemilik Sinar Mas Gorup. Mooryati Soedibyo pemilik Mustika Ratu. Haji Masagung pemilik Gunung Agung. William Suryajaya pemiliki Astra Gorup.
Chairul Tanjung raja media trans TV dan TV 7. Harry Tanusudibyo pemilik MNC Group. Rusdi Kirana pendiri Lion Air. Arifin Panigoro raja minyak Indonesia. Keluarga Bakri pemilik TV One, An TV dan raja tambang serta bisnis lainnya. Ciputra raja real estate Indonesia. Surya Paloh raja media. Liem Seeng Tee pendiri Sampoerna.[4]
Kalau sebagian besar milyuner di Indonesia adalah orang kafir, kenapa kita kalah dengan mereka dalam bekerja keras. Kenapa kita malas. Padahal kerja keras mereka tidak mendapatkan nilai di sisi Allah. Sementara kerja keras kita akan bermanfaat di dunia hingga akherat kelak.


[1] Silahkan baca buku,  Sayyid M. Nuh, Penyebab Gagalnya Dakwah Jilid 2, Gema Insani Press (Jakarta:1998), hal. 271-274.
[2] Untuk lebih rinci dapat dilihat pada buku penulis,  Haryanto, Energi Ayat Kursi , Pustaka Ikadi (Jakarta:2011), hal. 168-180.

[3] Lebih jauh lihat buku M. Gahrib Jaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Pustaka Al Kautsar  (Jakarta:2007).
[4] Ilham Buchori, 36 Kisah Jatuh Bngun Pengusaha Indoneia, Maxikom.co.id, 2009.

No comments: