MALAS
Selanjutnya Nabi SAW
mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat malas (Kaslun).
5.1.
Pengertian Malas
Dalam kamus besar bahasa Indonesia malas diartikan
tidak mau bekerja atau tidak mau mengerjakan sesuatu. Atau lebih senang mengemis
daripada bekerja. Atau tidak memiliki nafsu untuk bekerja. Tidur-tiduran. Tanpa
berbuat sesuatu. Atau berleha-leha. Duduk-duduk. Senang di tempat tidur. Atas
ogah melakukan perbuatan-perbuatan yang berguna.
5.2.
Ciri-Ciri Malas
Ciri-ciri malas antara lain berdiam diri. Tidak
bergerak. Santai. Enggan. Leha-leha. Tiduran hingga bergantung kepada orang
lain. Serta lebih suka melanggar aturan.
5.3.
Dampak Malas
Dampak malas antara lain menjadi miskin. Rejekinya jauh. Menjadi bodoh. Menimbulkan
penyakit. Menyenangkan setan. Menimbulkan kerendahan dan kehinaan. Masuk neraka.
Melemahkan aktifitas dakwah. Menjerumukan pada kesulitan hingga kekalahan.[1]
Orang malas bekerja menjadi miskin. Malas belajar
menjadi bodoh. Malas gosok gigi menjadi sakit gigi. Malas bangun pagi
dikencingi setan. Malas minum air putih dan olah raga menjadi sakit ginjal.
Malas makan dan banyak begadang menjadi tipus. Malas sholat dan puasa maka
masuk neraka. Malas mengaji menjadi TBC (Taklid, bid’ah dan churafat).
5.4.
Mengobati Malas
5.4.1.
Naqli (Alqur’an dan Sunnah)
Ciri
Orang Munafik
Malas
adalah ciri orang munafik. Sebagai muslim maka kita tidak pantas
bermalas-malasan. Khususnya dalam masalah ibadah yaitu sholat. Karena apabila
sholat yang fardhu ’ain saja malas apalagi urusan lainnya yang bukan fardhu.
Misalnya fardhu kifayah seperti dakwah hingga ibadah-ibadah sunnah lainnya.
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ
خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ
النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
”Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat
mereka berdiri dengan malas.
Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka
menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (An Nisaa’ 4:142).
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ
مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلَا
يَأْتُونَ الصَّلَاةَ إِلَّا وَهُمْ كُسَالَى وَلَا يُنْفِقُونَ إِلَّا وَهُمْ
كَارِهُونَ
”Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima
dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan
RasulNya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula)
menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan.” (At Taubah 9:54).
Malas bertentangan
dengan perintah Allah
Sebab Allah menyuruh kita
rajin bekerja dan bekerja keras.
وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ
وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ وَسَتُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ
وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
”Dan Katakanlah: ”Bekerjalah
kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan
yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (At Taubah 9:105).
Kemudian beralih ke
pekerjaan lainnya bila telah selesai melakukan pekerjaan.
فَإِذَا فَرَغْتَ فَانْصَبْ
”Maka apabila kamu
telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain.” (Asy syarhi 94:7).
Ayat tersebut merupakan
perintah kepada Nabi, apabila telah selesai berdakwah, maka beribadahlah. Atau apabila
telah menyelesaikan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat. Atau apabila
telah selesai sholat maka berdo’alah. Namun dalam arti umum ayat itu juga
bermakna apabila telah menyelesaikan suatu urusan maka beralihlah kepada urusan
yang lain.
Malas bertentangan
dengan sunnatullah.
Sebab semua benda yang ada
di langit dan bumi ini selalu bergerak. Sepertinya bergantinya malam dan siang
serta beredarnya benda-benda angkasa. Jika diam maka ia akan jatuh atau
tabrakan sehingga menyebabkan kecelakaan hingga kematian.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ
وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) الَّذِينَ يَذْكُرُونَ
اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ
فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191)
”190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal, 191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau
duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): ”Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan
ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”(Ali
Imran 3:190-191).
Demikian halnya ulul albab
tersebut. Ia selalu bergerak. Kadang berdiri, kadang duduk dan kadang
berbaring. Kadang harus bekerja dengan banyak berdiri dan kadang harus
istirahat dengan berbaring atau tidur.
Coba bayangkan sekiranya
organ tubuh kita ada yang diam maka kita akan sakit atau meninggal dunia. Bahkan
unsur-unsur yang ada dalam makhluk seperti proton, netron dan elektron selalu
bergerak. Dan berpindah dari satu gugusan ke gugusan lainnya. Atau dari satu
benda ke benda lainnya.
Alqur’an menyuruh kita
untuk bekerja atau berusaha hingga berjihad. Yang dicerminkan dengan banyaknya
kata-kata ’amala (dia bekerja), kasaba (dia berusaha), ’afala
(dia berbuat) hingga jahada (jika berjihad).[2]
5.4.2.
Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)
Sahabat Yang Dijamin Masuk Syurga
Sepuluh
orang sahabat yang dijamin masuk syurga adalah pekerja keras bukan pemalas.
Mayoritas diantara mereka adalah saudagar yang kaya raya, para dermawan, para
khalifah dan prajurit yang gagah perkasa. Yaitu mulai dari Abu bakar, Umar, Utsman,
Ali, Thalhah, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa’ad bin Abi Waqqash,
Sa’id bin Zaid dan Abu Ubaidah ibnu Jarrah. (HR Turmudzi).
Para
Ilmuwan
Para
ilmuwan dan cendekiawan muslim semuanya adalah para peneliti, para pembelajar
dan pendidik yang tekun tak kenal lelah melakukan berbagai macam eksperimen
demi kemashlahatan umat manusia.
Semisal Al
Khawarizmi, ahli matematika, aljabar, trigonomentri, astronomi dan geografi. Al
Kindi, ahli astronomi, fisika, IPA, teknik mesin, kimia, matematika, musik,
kedokteran hingga filsafat.
Al
Battani, ahli astronomi dan matematika. Abu Bakar Ar Razi, ahli kedokteran,
farmasi dan kimia. Ibnu Sina ahli kedokteran yang namanya dibaratkan menjadi
Avecina.[3]
Sukses Karena Bekerja
Di dunia ini
tidak ada orang yang sukses kecuali dengan kerja keras. Semua motivator dan
para pengusaha menyatakan kuncinya adalah DO. Yaitu berbuat, bekerja dan
melakukan sesuatu. Beda kita dengan mereka adalah, para pengusaha DO 80 hingga
90% sedangkan kita berangan-angannya yang tinggi hingga 90%, sedangkan kerjanya
hanya 10%.
Para
trilyuner di dunia ini semuanya adalah pekerja keras bukan pemalas. J.K Rowling
menghabiskan waktunya untuk menulis buku. Bill Gates sibuk dengan mengembangkan
MS Office dan perangkat lunak. Mark Zuckerberg sibuk dengan facebook-nya untuk
mempertemukan orang diseluruh dunia. Tak terkecuali dengan pemilik Google yang
menyediakan kamus informasi elektronik yang sangat besar. Ibaratnya Doraemon,
hampir semuanya ada di Google. Mulai dari jalan menuju syurga hingga jalan
menuju neraka. Demikian pula dengan pemilik Yahoo. Semunya bekerja keras dalam
meraih kesuksesan tersebut.
Di
Indonesia ada nama-nama seperti Eka Tjipta Widjaya pendiri dan pemilik Sinar
Mas Gorup. Mooryati Soedibyo pemilik Mustika Ratu. Haji Masagung pemilik Gunung
Agung. William Suryajaya pemiliki Astra Gorup.
Chairul
Tanjung raja media trans TV dan TV 7. Harry Tanusudibyo pemilik MNC
Group. Rusdi Kirana pendiri Lion
Air. Arifin Panigoro raja minyak
Indonesia. Keluarga Bakri pemilik TV One, An TV dan raja tambang serta bisnis
lainnya. Ciputra raja real estate Indonesia. Surya Paloh raja media. Liem Seeng
Tee pendiri Sampoerna.[4]
Kalau
sebagian besar milyuner di Indonesia adalah orang kafir, kenapa kita kalah
dengan mereka dalam bekerja keras. Kenapa kita malas. Padahal kerja keras mereka tidak mendapatkan nilai di
sisi Allah. Sementara kerja keras kita akan bermanfaat di dunia hingga akherat
kelak.
[1] Silahkan
baca buku, Sayyid M. Nuh, Penyebab
Gagalnya Dakwah Jilid 2, Gema Insani Press (Jakarta:1998), hal. 271-274.
[2] Untuk lebih rinci dapat dilihat
pada buku penulis, Haryanto, Energi Ayat Kursi , Pustaka Ikadi
(Jakarta:2011), hal. 168-180.
[3] Lebih jauh lihat buku M. Gahrib
Jaudah, 147 Ilmuwan Terkemuka Dalam Sejarah Islam, Pustaka Al Kautsar (Jakarta:2007).
[4] Ilham Buchori, 36 Kisah Jatuh Bngun
Pengusaha Indoneia, Maxikom.co.id, 2009.
No comments:
Post a Comment