Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Tuesday 16 July 2013

Penutup

Buku ini merupakan renungan atau refleksi atau otokritik terhadap kita semua. Terhadap perjalanan dakwah berbagai lembaga keagmaan yang ada di tanah air. Yang diantara pelakunya adalah penulis sendiri, para da’i, para ustadz, para muballigh, para kyai, para ulama, para habaib dan berbagai jama’ah dakwah lokal maupun internasional.

          Menurut pengamatan penulis, dakwah besar ini sepertinya berjalan sendiri-sendiri. Mereka tidak memiliki induk atau ulama yang dapat mempersatukan berbagai aliran atau manhaj atau madzhab dalam dakwah. Semuanya nampak egois dengan keistemewaan dan tokoh atau syaikhnya sendiri-sendiri. Masing-masing pihak merasa yang paling baik. Paling hebat. Paling islami. Dan paling ahlu sunnah wal jama’ah. Semuanya saling klaim sebagai firqatun najiyah. Thaifah manshurah. Serta satu-satunya penghuni syurga.
          Akibatnya di lapangan dakwah, kadang terjadi benturan yang tidak perlu. Baik benturan pemikiran, kepentingan hingga benturan fisik. Hal ini tentu saja akan melemahkan barisan dakwah. Membuka front pertikaian dan permusuhan. Menghabiskan waktu, dana dan energi. Serta hilangnya kekuatan ummat Islam dihadapan musuh-musuhnya.
          Dampak lainnya, meskipun dakwah nampaknya marak tapi ternyata praktek-praktek keagamaan ummat islam tidak menunjukkan adanya perubahan yang siginifikan. Kultus, taqlid, khurafat, animisme, dinamisme dan perdukunan masih kental mewarnai kehidupan bangsa ini. Belum lagi perjuangan penegakkan syareat islam semakin hari semakin pudar dan gemanya semakin hilang dengan beredarnya waktu.
          Ummat saat ini seolah lelah dan capai. Akibatnya mereka bersikap pragmatis dan lebih percaya kepada orang-orang yang memiliki uang atau ilmu kanuragan atau ketokohan dan keturunan tertentu. Dibandingkan kepada ilmu, alqur’an, sunnah dan para da’i ilallah. Ummat lebih percaya dengan aliran-aliran penyejuk jiwa. Aliran suluk dan aliran tasawuf.[1] Sehingga melalaikan kerja keras, menuntut ilmu, jihad, perencanaan dan perjuangan yang terprogram menuju penerapan ajaran Islam secara menyeluruh.
          Ini tidak lepas dari kurangnya persatuan, kesatuan dan sinergi diantara lembaga dakwah dan para da’inya. Tidak adanya kurikulum, silabus, acuan, TIU (Tujuan Instruksional Umum), TIK (Tujuan Instruksional Khusus) dan standar dalam pendidikan Islam yang ada di masyarakat. Sehingga materi dakwah berputar dari itu ke itu lagi. Sehingga tidak mampu menjadi sarana untuk menghadapi berbagai macam problematika kehidupan.
          Untuk itulah penulis menawarkan berbagai landasan moral dan landasan teknis untuk menyatukan da’i, lembaga, jama’ah, manhaj dan madzhab untuk memberdayakan dan meningkatkan harkat dan martabat ummat Islam. Semoga hal ini dapat menjadi wacana, diskusi dan bahan pencerahan kita semua. Semoga Allah meridhainya dan menjadikan amal shalih disisiNya. Amiin Yaa Rabbal ‘Aalamiina.          



[1] Bukan berarti tidak boleh, namun sayang kadarnya terlalu berlebihan dan mendominasi kehidupan ummat

No comments: