Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Tuesday 25 June 2013

Prioritas Cinta : Cinta KepadaNya

                     
2.1.         Cinta Kepada Allah

وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ
Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan-Nya (niscaya mereka menyesal). (Al Baqarah 2 : 165).
Menurut tafsir Jalalain yang dimaksud dengan tandingan-tandingan adalah patung atau berhala. Mencintai mereka maknanya dengan cara mengagungkan (ta’zhiim) dan tunduk patuhi (Khudhuu’). Orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah yaitu dengan mengkufuri dan membenci tandingan-tandingan tersebut.

Imam Thabari menyatakan bahwasanya ada manusia yang mengambil selain dari Allah sebagai tandingan-tandingan bagiNya. Kemudian Allah mengabarkan bahwa orang-orang beriman amat sangat cintanya kepada Allah yaitu dengan cara mengkufuri tandingan-tandingan mereka. Atau dari patung-patung dan berhala-berhala atau sembahan-sembahan mereka. [1] Karena konsekuensi cinta adalah membenci sesuatu yang bertentangan dengan sifat-sifat orang atau dzat yang kita cintai. Kalau dzat yang kita cintai membenci berhala, maka dikatakan cinta apabila kita juga membenci berhala-berhala tersebut.
Ayat di atas sangat jelas bahwa cinta kita kepada Allah bukan cinta yang biasa-biasa saja. Tapi benar-benar cinta yang menghujam dan tertanam dalam bentuk keimanan. Yang diwujudkan dengan pembenaran dalam hati (tashdiiqu bil qalbi), pembenaran dalam lisan (taqriiru bil lisan) dan pembenaran dalam amal perbuatan (a’malu bil arkan).
Dari Ibnu Mas’ud RA, Rasulullah bersabda :
يا رسول الله، أي الذنب أعظم؟ قال: "أن تجعل لله ندًا وهو خلَقَك"
Artinya, ”Ya Rasulullah, apa dosa yang besar? Nabi berkata, “engkau menjadikan bagi Allah tandingan-tandingan yang menciptakanmu.” (Shahih Bukhari).
Selanjutnya dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari yang menjelaskan secara tegas dan akurat bahwa cinta yang paling utama adalah mencintai Allah kemudian RasulNya.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْه  عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Sabda Rasulullah saw : “Tiga hal, yg barangsiapa memilikinya ia akan menemukan manisnya Iman, ia menjadikan Allah dan Rasul Nya lebih ia cintai dari selain keduanya, dan ia tiada mencintai seseorang kecuali karena cintanya pada Allah, dan ia benci kembali kepada kekufuran sebagaimana ia tidak ingin dilemparkan pada api.[2]
Karena itu yang pertama dan yang paling utama tentu saja mencintai Allah SWT. Agar dapat mencintainya dengan baik tentu saja kita perlu mengenal Allah secara mendalam. Sehingga cinta yang lahir didasarkan kepada ilmu dan pengetahuan, bukan berdasarkan praduga dan prasangka. Tapi berdasarkan bukti dan dalil-dalil yang qath’i (tegas dan jelas).

Asal Kata Allah
Ada yang menyatakan bahwa Allah itu berasal dari kata Ilaah (Tuhan) dan Al sehingga menjadi Allah. Jadi Allah adalah ilaah yang sudah kemasukan partikel Al. Dalam bahasa Arab semua kata yang kemasukan Al artinya khusus atau ma’rifat atau definitif. Dengan demikian arti Allah adalah Tuhan Yang Khusus. Maksudnya Dia-lah Tuhan yang sejati. Tuhan yang sebenarnya. Selain Dia adalah tuhan-tuhanan atau tuhan jadi-jadian. Atau tuhan yang dibuat-buat oleh manusia, jin dan syetan.

Al Ma’buud
Dalam islam Allah adalah Al Ma’buud, Al Marghuub, Al Mahbuub  dan Al MarhuubAl Ma’bud artinya Allah adalah tempat atau dzat satu-satunya yang pantas disembah dan di-ibadahi. Karena itu tidak ada ibadah kecuali kepada Allah SWT.
Untuk itulah setiap hari minimal 17 kali kita mengulang-ulang komitmen penyembahan ini hanya kepada Allah SWT. Yaitu dengan membaca surat Al Fatihah. Yang salah satu isinya adalah sumpah kita hanya untuk mengabdi dan menyembah kepada Allah SWT semata.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Al Fatihah : 5)
Na'budu pada ayat tersebut diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Sedangkan Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.[3]
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Adz Dzaariyaat 51:56).
Para ahli tafsir menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah dalam rangka ubudiyah. Untuk mengabdi dan menyembah Allah Yang Maha Tunggal. Pengabdian yang penuh ketulusan. Karena didorong oleh iman yang menghujam dalam dada.
Ayat diatas menegaskan sekali lagi bahwa manusia hadir ke muka bumi ini tiada lain hanyalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Bukan menyembah yang lain. Bukan untuk menyembah bintang. Bukan untuk menyembah matahari. Bukan untuk menyembah api. Bukan untuk menyembah manusia. Bukan untuk menyembah patung. Bukan untuk menyembah lautan. Bukan untuk menyembah pohon. Bukan untuk menyembah atasan.  Bukan untuk menyembah sesuatupun juga kecuali hanya menyembah Allah Yang Maha gagah Perkasa.
         
Al Marghuub
          Artinya yang paling diharapkan. Jadi Allah SWT adalah harapan kita. Tempat kita berharap. Bertawakal dan mohon segala sesuatu. Hakekatnya sumber harapan kita hanyalah Allah. Adapun atasan, saudara dan teman hanyalah wasilah, sarana atau perantara saja. Karena itu yang pertama dan utama, kita minta dan mohon kepada Allah terlebih dahulu. Baru setelah itu ikhtiar minta tolong kepada hamba-hamba-Nya.
          Allah tidak akan mengecewakan kita. Allah itu Maha Kaya. Allah memiliki segala sesuatu. Allah memiliki semuanya. Tadahkan tangan kepada-Nya. Jangan kepada yang lain. Yakinlah bahwa Allah tidak akan mengecewakan anda!
          ”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”( Al Baqarah 2:186).
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat sehingga kami harus berbisik-bisik kepada-Nya atau jauh hingga kami jauh sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (QS 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uuni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (QS 40:60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (QS. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali).
Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqaala rabbukum ud'uuni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (QS. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)[4]

عن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: الدعاء هو العبادة[5]
“Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi : Hasan Shahih).
          Untuk itu mari sempurnakan ikhtiar kita dengan do’a. Selanjutnya kita serahkan hasilnya kepada Allah yang maha mengabulkan do’a.

اللهم آتنا في الدنيا حسنةً، وفي الآخرة حسنة[6]ً
“Yaa Allah berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akherat
(HR Muslim dari Anas RA)
Al Mahbuub
          Artinya Allah-lah yang paling kita cintai. Hanya kepada-Nyalah kita ”mabuk kepayang cinta sampai mati.”
Ketika Makan Ingat Allah.
Ketika Minum Ingat Allah.
Ketika Tidur Ingat Allah
Ketika Bekerja Ingat Allah.
Ketika Dagang Ingat Allah.
Dimana saja Ingat Allah.
Kapan Saja Ingat Allah

          Untuk itu ingatlah nama-Nya. Sucikan, puji dan agungkanlah Dia.

          عن أبي هريرة، رضي الله عنه قال: قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم: كلمتان خفيفتان على اللسان، ثقيلتان في الميزان، حبيبتان إلى الرحمن: سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم متفقٌ عليه.

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Dua kalimat yang ringan di lisan tapi berat timbangannya dan yang dicintai Allah yang Maha Pengasih yaitu : SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALAHIL AZHIIM (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah yang Maha Agung), Muttafaq ‘alaih / HR Bukhari-Muslim

وعنه رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن أقول: سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر؛ أحب إلي مما طلعت عليه الشمس رواه مسلم.


Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah bersabda : ucapan SUBHAANALLAAH WAL HAMDULILLAAH WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR lebih aku cintai dari pada apa-apa yang diterbitkan matahari) (HR Muslim).

            Cinta kepada Allah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Cinta ini menempati urutan nomor satu. Urutan yang paling utama dan paling prioritas. Karena itu cinta kepada ayah. Cinta kepada ibu. Cinta kepada istri. Cinta kepada anak. Cinta kepada cucu. Harus tunduk dibawah cinta kepada Allah. Harus selaras dan serasi dengan cinta kita kepada Dzat Yang Maha Pengasih, Raja Manusia dan Raja Hari Pembalasan.
          قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
          ”Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(At Taubah 9:24).
          Ayat diatas dengan jelas menunjukan manajemen cinta. Yaitu Allah, Rasulullah, jihad, bapak, anak, saudara, istri, kerabat, harta,  pekerjaan, rumah hingga hewan dan tumbuhan.
          Artinya bahwa kita juga boleh mencintai selain Allah. Karena cinta tersebut merupakan sifat alamiyah dan fitrah manusia. Selama cinta tersebut sesuai dan selaras dengan aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
           زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
          ”Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(Ali Imran 3:14).
         
Al Marhuub
Allah adalah dzat yang paling kita takuti. Tidak ada yang lebih kita takuti kecuali Allah SWT. Mungkin kita takut kepada ular dan binatang buas, tapi ini hanyalah takut naluriah. Sedangkan takut kepada Allah adalah takut karena cinta. Takut ditinggalkan dan diabaikan. Takut kepada punishment-Nya. Takut akan adzab-Nya.
Bedanya ketika takut kepada Allah kita justru semakin mendekat. Serta lari dalam pelukan kasih sayang-Nya. Adapun takut kepada makhluk-Nya maka kita menjauh. Kita lari dan terus lari menyelamatkan diri.

Engkau Dekat Aku Semakin Dekat
Engkau Cinta Aku Semakin Cinta
Engkau Sayang Aku Semakin Sayang
Sesungguhnya hati ini sangat cinta
Sesungguhnya hati ini sangat rindu

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Karena sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama (Al Fathir 35:28) Maksudnya orang-orang yang berilmu. Para fuqaha, mujtahid, muhadits, siddiqiin dan awliya. Juga orang-orang yang memiliki ma’rifah dengan benar terhadap Allah SWT. Serta orang-orang yang mengetahui kebesaran dan keagungan Allah yang Maha gagah Perkasa.
Bukti kita takut kepada Allah adalah dengan banyak be-istighfar dan bertaubat kepada-Nya. Nabi saja yang dijamin masuk surga melakukannya hingga 70 atau 100 kali. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak ma’shum dan tidak dijamin masuk syurga.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: والله إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرةً رواه البخاري.[7]
Dari abu Hurairah RA dia berkata aku mendengar Rasulullah SAW berkata, “Demi Allah sesungguhnya aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya pada setiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR Bukhari).

وعن الأغر بن يسار المزني رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا أيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه فإني أتوب في اليوم مائة مرةٍ رواه مسلم.[8]
Dari Al Aghar bin Yasar Al Muzani RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Wahai manusia taubatlah kepada Allah dan mohon ampunlah kepada-Nya, maka sesungguhnya aku taubat pada setiap hari 100 kali.” (HR Muslim).

Tanda-tanda kekuasaan-Nya

Lalu bagaimana kita mengenal-Nya? Yaitu dengan melihat tanda-tanda kekuasaan-Nya. Baik dalam bentuk ayat yang tertulis (Alqur’an) maupun yang tidak tertulis (alam semesta).
          Alqur’an yang ajaib adalah bukti adanya Allah. Dia adalah mu’jizat terbesar sepanjang zaman. Bagaimana mungkin seorang manusia dari pedalaman yang tidak bisa baca tulis mampu menghadirkan kata-kata yang indah dan menakjubkan. Mampu berbicara tentang sejarah bangsa-bangsa yang telah berlalu. Mampu mengungkapkan ilmu astronomi, bulan, bintang, matahari dan tata surya.
          Walid bin Mughirah tokoh Qurays dan musuh Islam menyatakan tentang Alqur’an:
Demi Allah sesungguhnya ia adalah memiliki kemanisan, dan sesungguhnya padanya memiliki keelokan, dan sesungguhnya sebelah bawahnya sangat subur, dan sebelah atasnya sangat berbuah, dan sesungguhnya ia akan meninggi dan tidak ada yang lebih tinggi dari padanya, dan sesungguhnya ia tentu barang apa yang dibawahnya, manusia tidak akan bisa mengucapkan ini.[9]
          Lalu Utbah bin Rabi’ah, seorang pemuda Qurays yang gagah berani, seorang orator ulung dan jogo debat berkata :
Demi Allah, aku telah mendengar perkataan yang belum pernah sekali-kali aku dengar seperti itu. Demi Allah, perkataan itu bukan syair, dan bukan sihir dan bukan perkataan tukang tenung.[10]     
          Kemudian Muth’im bin Adi, tokoh Qurays ketika mendengar surat Ath-Thur QS 52 : 35-37 yang berbunyi :
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka katakan). Ataukah di sisi mereka ada perbendaharaan Tuhanmu atau merekakah yang berkuasa?”
          Ia berkata, “Hampir-hampir saja jantung hatiku akan terbang kepada Islam.”[11]
          Selain dari sisi bahasa, bukti lainnya bahwa Alqur’an memang berasal dari dzat Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana adalah tantangan-tantangan Alqur’an yang sampai hari ini tak satupun manusia dan jin sanggup melakukannya.
          Katakanlah: "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Quran ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain." (Al Israa’ 17:88).
            Bahkan mereka mengatakan: "Muhammad telah membuat-buat Al Quran itu", Katakanlah: "(Kalau demikian), maka datangkanlah sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya, dan panggillah orang-orang yang kamu sanggup (memanggilnya) selain Allah,  jika kamu memang orang-orang yang benar." (Huud 11:13).
            Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya." Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar." (Yunus 10:38).
            “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Quran yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Quran itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(Al baqarah 2:23).
            Ayat ini merupakan tantangan bagi mereka yang meragukan tentang kebenaran Al Quran, dan itu tidak dapat ditiru walaupun dengan mengerahkan semua ahli sastera dan bahasa karena ia merupakan mukjizat Nabi Muhammad s.a.w. Sekaligus menunjukkan bahwa ia berasal dari sisi Allah SWT.
            Belum lagi jika kita berbicara tentang kandungan Alqur’an. Di dalamnya ternyata penuh dengan informasi yang menakjubkan. Misalnya tentang ilmu jiwa, informasi masa lalu dan masa yang akan datang, ilmu komunikasi, ilmu kenegaraan, kemiliteran, kesehatan, pendidikan, biologi hingga ilmu mengurus rumah tangga.
           “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan kamu dari tanah, kemudian tiba-tiba kamu (menjadi) manusia yang berkembang biak.
            Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya.”(Ar Ruum 30:21-24).
Dalam bentuk ayat-ayat kauniyah dapat kita lihat pada fenomena alam semesta. Langit tanpa tiang. Bulan, bintang dan matahari yang tidak jatuh. Bergantinya siang dan malam. Beraneka ragamnya jenis hewan tumbuhan. Mulai dari yang tidak terlihat hingga yang sangat besar. Serta beraneka ragamnya negara, budaya, adat dan bahasa. Ini semuanya menunjukkan bahwa ada dzat yang mendisain, menata, mengatur dan memeliharanya.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas 'Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam.”(Al A’raaf 7:54).
”Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah menciptakan tujuh langit bertingkat-tingkat? Dan Allah menciptakan padanya bulan sebagai cahaya dan menjadikan matahari sebagai pelita? ”(Nuh 71:15-16).
Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu). Allah tidak menciptakan yang demikian itu melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya) kepada orang-orang yang mengetahui.(Yunus 10:5).
”Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”(Al Anbiyaa’ 31:33).
”Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan? Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? Dan bumi bagaimana ia dihamparkan? ”(Al Ghaasyiyah 88:17-20).
Dan masih banyak lagi ayat-ayat lainnya yang berbicara tentang keberadaan atau eksistensi Allah SWT.   Semoga ayat-ayat diatas semakin menambah kekuatan iman dan Islam kita.

Nama-Nya yang indah
Agar lebih paham mengenal Allah maka kita perlu mengetahui dan memamahami nama-namanya yang indah (Asmaaul Husna). Dibawah ini adalah nama-nama Allah yang indah. Yang mempesona. Yang menyejukkan jiwa. Yang menentramkan hati. Yang memberikan semangat hidup. Yang menghujam dalam dada. Yang mepengaruhi gerak gerik kita. Yang mendorong untuk selalu aktif, kreatif dan produktif.

هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ (23) هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (24)

“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Asmaaul Husna. Bertasbih kepadaNya apa yang di langit dan bumi. Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”(Al Hasyr 59:23-24).

1
Honest
komitmen kepada
Al Mu’min

Jujur

(Maha Dipercaya)
2
Visioner
komitmen kepada
Al Aakhir

Mempunyai Visi

(Maha Akhir)
3
Dicipline
komitmen kepada
Al Matiin

Disiplin

(Maha Teguh/Kokoh)
4
Straight Forward
komitmen kepada
Az Zhohir

Terus Terang

(Maha Nyata)
5
Forward Looking

Al Mu’akhir

Berpandangan Jauh

(Maha Mengakhirkan)
6
Broad-minded
komitmen kepada
Al Waasi’

Berpandangan Luas

(Maha Luas)
7
Delegate
komitmen kepada
 Al Waarist

Bisa mendelegasikan

(Maha Pewaris)
8
Competent
komitmen kepada
Al Qaadir

Kompeten

(Maha Penentu)
9
Fair-minded
komitmen kepada
Al ‘Adl

Adil

(Maha Adil)
10
Supportive
komitmen kepada
As Shomad

Mendukung

(Maha Dibutuhkan)
11
Courageous
komitmen kepada
Al Aziiz

Berani

(Maha Perkasa)
12
Creative
komitmen kepada
Al Khoolik

Kreatif

(Maha Pencipta)
13
Loyal
komitmen kepada
Al Waliiyy

Setia

(Maha Setia)
14
Care
komitmen kepada
As Samii’ & Al Bashiir

Peduli /

(Maha Mendengar

 Mampu mendengar

& Melihat)
15
Independent
komitmen kepada
Al Qoyyum

Mandiri

(Maha Mandiri)
16
Objective
komitmen kepada
Al Haqq

Obyektif

(Maha Benar)
17
Cooperative
komitmen kepada
Al Jamii’

Kerja Sama

(Maha Menyatukan)
18
Protector

Al Muhaimin

Pelindung
komitmen kepada
(Maha Melindungi)
19
Peace Maker

As Salaam

Penyejahtera
komitmen kepada
(Maha Sejahtera)
20
Wise

Al Hakim

Bijaksana
komitmen kepada
(Maha Bijaksana)
21
Commitment / Trustee

Al Wakiil

Amanah

(Maha Amanah)
22
Maintainer
komitmen kepada
Al Muqiit

Pemelihara

(Maha Memelihara)
23
Decision Maker
komitmen kepada
Al Jabbaar

Berkehendak

(Maha Berkehendak)
24
Originator
komitmen kepada
Al Mubdi'

Pemulai

(Maha Memulai)
25
Appreciative
komitmen kepada
As Syakuur

Pemberi Penghargaan

(Maha Mensyukuri)
26
Unique
komitmen kepada
Al Waahiid

Tidak ada yang

(Maha Tunggal)

Menyamainya


27
Equitable
komitmen kepada
Al Muqsith

Penyeimbang

(Maha Menyeimbangkan)
28
Auditor / Accountable
komitmen kepada
Al Hasiib

Peng-audit

(Maha Pembuat



Perhitungan)
29
Constrictor
komitmen kepada
Al Qoobidh

Bisa Mengendalikan Diri

(Maha Mengendalikan)
30
Responsive
komitmen kepada
Al Mujiib

Tanggap

(Maha Mengabulkan)
31
Powerful
komitmen kepada
Al Muqtadir

Kuat

(Maha Berkuasa)
32
Intelligent
komitmen kepada
Ar Rosyiid

Cerdas

(Maha Cerdas)
33
Patient
komitmen kepada
As Shobuur

Sabar

(Maha Sabar)
34
Open Mind
komitmen kepada
Al Fattaah

Terbuka

(Maha Membuka)
35
Imaginative
komitmen kepada
Al Mushawwir

Imajinative

(Maha Pembentuk)
36
Inspirator
komitmen kepada
Al Baa'its

Inspirator

(Maha Membangkitkan)
37
Benefit
komitmen kepada
An Naafi'

Pemberi Manfaat

(Maha Pemberi Manfaat)
38
Forgiver / Pardoner
komitmen kepada
Al Ghoffar

Pemaaf

(Maha Pemaaf)
39
Aware
komitmen kepada
Al Khoiir

Waspada

(Maha Waspada)
40
Restorer
komitmen kepada
Al Mu'iid

Bisa Merestorasi

Maha Mengembalikan)
41
Esthetics
komitmen kepada
Al Badii'

Rapi, Bersih, Elegan

Maha Pencipta Keindahan
42
Enricher
komitmen kepada
Al Mughnii

Bisa Memberi Profit

(Maha Pemberi Kekayaan)
43
Ambitious
komitmen kepada
Al 'Aliyy

Cita-citanya Tinggi

(Maha Tinggi)
44
Distresser
komitmen kepada
Adh Dhorruu

Mampu Menghukum

(Maha Pemberi Hukuman)
45
Preventer
komitmen kepada
Al Maani'

Mampu Mencegah

(Maha Mencegah)

Hal yang Merugikan


46
Self Sufficient
komitmen kepada
Al Ghoniyy

Mampu Mencukupi

(Maha Kaya)
47
Mediator
komitmen kepada
Al Maajid

Bisa sebagai Sarana

(Maha Mulia Sarana-Nya)
48
Respective
komitmen kepada
Dzul Jalaali wal Ikraam

Pimpinan yang terhormat

(Maha Besar dan Mulia)
49
Sovereign
komitmen kepada
Maalikul Mulk

Berdaulat

(Maha Menguasai



Segala Kerajaan)
50
Compassionate
komitmen kepada
Ar Rauuf

Mempunyai Welas Asih

(Maha Belas Kasih)
51
Pardoner
komitmen kepada
Al 'Afuww

Mampu memberi maaf

(Maha Pemaaf)
52
Avenger
komitmen kepada
Al Muntaqim

Mampu membalas

(Maha Penyiksa)

orang yang dzolim


53
Acceptor of Repentance
komitmen kepada
At Tawwaab

Menerima Orang

(Maha Penerima Taubat)

yang Taubat


54
Benefactor
komitmen kepada
Al Barr

Dermawan

(Maha Dermawan)
55
Chairman
komitmen kepada
Al Muta'aali

Mampu meraih

Maha Tinggi Derajatnya)

kedudukan tinggi


56
Governor
komitmen kepada
Al Waalii

Mampu memberi komando

(Maha Memerintah)
57
Majestic
komitmen kepada
Al Mutakabbir

Mampu meniadakan

(Maha Memiliki Kebesaran)

pengaruh negatif


58
Hiddeen
komitmen kepada
Al Baathin

Mampu melihat

(Maha Ghoib)

hal-hal tersembunyi


59
Counsellor
komitmen kepada
Al Kabiir

Pembimbing

Maha Besar
60
First - Pioneer
komitmen kepada
Al Awwal

orang pertama

(Maha Awal)

yang memberi contoh


61
Preserver
komitmen kepada
Al Hafiiz

Penjaga Kelestarian

(Maha Menjaga Kelestarian)
62 
Generous one
komitmen kepada
Al Kariim

Mulia

(Maha Mulia)
63
Expediter
komitmen kepada
Al Muqoddim

Bisa mempercepat urusan

(Maha Mendahulukan)
64
Able
komitmen kepada
Al Qoodir

Sanggup, Mampu

(Maha Memiliki Kesanggupan)
65
Finder
komitmen kepada
Al Waajid

Penemu

(Maha Menemukan)
66
Dinamycs
komitmen kepada
Al Hayy

Dinamis

(Maha Hidup)
67
Optimistic
komitmen kepada
Al Mumiit

Mematikan pikiran buruk

(Maha Mematikan)
68
Giver
komitmen kepada
Al Muhyii

Pemberi Hajat Hidup

(Maha Menghidupkan)
69
Accountant
komitmen kepada
Al Muhshii

Penghitung

(Maha Menghitung)
70
Praiseworthy
komitmen kepada
 Al Hamiid

Terpuji

(Maha Terpuji)
71
Friendly Protector
komitmen kepada
Al Waliyy

Sahabat Penolong

(Maha Melindungi)
72
Strong
komitmen kepada
Al Qowiyy

Kuat/Sehat Fisik/Jiwa

(Maha Kuat)
73
Witness
komitmen kepada
As Syahiid

Saksi

(Maha Menyaksikan)
74
Glorious
komitmen kepada
Al Majiid

Megah

(Maha Megah)
75
Loved
komitmen kepada
Al Waduud

Dicintai

(Maha Mencintai)
76
Watchful
komitmen kepada
Ar Roqiib

Pengawas

(Maha Pengawas)
77
Perfect
komitmen kepada
Al Jaliil

Sempurna

(Maha Sempurna)
78
Merciful
komitmen kepada
Ar Rahman

Pengasih

(Maha Pengasih)
79
Compassionate
komitmen kepada
Ar Rahim

Penyayang

(Maha Penyayang)
80
Provider
komitmen kepada
Ar Rozzaq

Pemberi

(Maha Pemberi Rezeki)
81
Gracious
komitmen kepada
Al Lathiif

Lembut hatinya

(Maha Lembut)
82
Holy
komitmen kepada
Al Qudduus

Bersih hati dan pikirannya

(Maha Suci)
83
Degrader
komitmen kepada
Al Mudzill 

Mampu menurunkan

(Maha Menghinakan)

orang berbuat curang


84
Builder
komitmen kepada
Al Malik

Pembina

(Maha Raja)
85
Subduer
komitmen kepada
Al Qohhaar

Pengunjuk Kekuatan

(Maha Pengunjuk Kekuatan)
86
Bestower
komitmen kepada
Al Wahhaab

Mampu menganugerahi

(Maha Pemberi Anugerah)
87
Scientist
komitmen kepada
Al ‘Aliim

Berilmu pengetahuan

(Maha Mengetahui Keilmuan)
88
Expander
komitmen kepada
Al Baasith

Mampu meluaskan

(Maha Memperluas)
89
Evolver
komitmen kepada
Al Baari

Penata

(Maha Penata)
90
Abaser
komitmen kepada
Al Khoofidh

Perendah untuk keadilan 

(Maha Merendahkan



 Demi Keadilan)
91
Exalter
komitmen kepada
Ar Roofi’

Peninggi untuk keadilan

(Maha Meninggikan



Demi Keadilan)
92
Honorer
komitmen kepada
Al Mu’izz

Pembening 

(Maha Membeningkan)
93
Judge
komitmen kepada
Al Hakam

Penilai/Penetap, 

(Maha Menilai / Menetapkan)
94
Everlasting
komitmen kepada
Al Baqii

Mampu konsisten

(Maha Kekal)
95
 Forbearing on
komitmen kepada
Al Haliim

Penyantun

(Maha Penyantun)
96
Great one
komitmen kepada
Al Azhiim

Mampu menjadi yang

(Maha Agung)

tertinggi dalam segala hal


97
All Forgiving
komitmen kepada
Al Ghofuur

Menyembunyikan

(Maha Pengampun)

kekurangan orang lain


98
Lighter
komitmen kepada
An Nuur

Mampu menerangi

(Maha Bercahaya)

hati 


99
Guide
komitmen kepada
Al Hadii

Mampu memberi

(Maha Pemberi Petunjuk) [12]

petunjuk






[1] Tafsir Thabari 3:279
[2] Shahih Bukhari 1:26:15, 1:35:20, Shahih Muslim 1:152:60, 1:153:61
[3]Tafsir Depag
[4]Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin  As Suyuthi, Tafsir Jalalain, Sinar Baru Algensindo (Jakarta:2006), hal. 185-186.
[5]Riyadhush Shaalihiin 1/157
[6]Ibid
[7]Riyadhus Shaalihin 1/4 bab taubah
[8]Ibid.
[9]K. H. Moenawar Cholil, Kelangkapan Tarikh Nabi Muhammad SAW Buku Kedelapan, Bulan Bintang (Jakarta:1994), hal. 187.
[10]Ibid hal. 189.
[11]Ibid hal. 193.
[12]Ary Ginanjar , Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ,  Arga (Jakarta:2001), hal. 70-71.

No comments: