Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Thursday 13 June 2013

Pembatal Puasa

Hal-Hal yang Membatalkan Puasa
1.       Makan dan Minum dengan Sengaja
Allah ta’ala telah berfirman :
وَكُلُواْ وَاشْرَبُواْ حَتّىَ يَتَبَيّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ الأبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ الأسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ ثُمّ أَتِمّواْ الصّيَامَ إِلَى الّليْلِ
Dan makan minumlah kamu hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.  Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam.” (QS. Al-Baqarah : 187).
Dari ayat tersebut bisa dipahami bahwa puasa adalah menahan diri dari makan dan minum.  Apabila orang yang berpuasa makan dan minum, berarti ia telah berbuka.  Terlebih lagi jika ia lakukan dengan sengaja, maka jelas hal ini membatalkan ibadah puasa.  Adapun jika seseorang makan dan minum karena tidak sengaja (lupa), maka hal ini tidak membatalkan puasa.  Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
من نسي وهو صائم فأكل أو شرب فليتم صومه فإنما أطعمه الله وسقاه
 “Barangsiapa yang berpuasa, kemudian ia lupa makan dan minum, hendaklah ia menyempurnakan puasanya.  Sesungguhnya Allah ta’ala telah memberikan makan dan minum kepadanya” (HR. Bukhari no. 1831 dan Muslim no. 1155).
2.       Muntah dengan Sengaja
Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من ذرعه قيء وهو صائم فليس عليه قضاء وإن استقاء فليقض
Barangsiapa yang muntah dengan tidak sengaja (dalam keadaan berpuasa), maka tidak ada qadla’ baginya; dan barangsiapa yang muntah dengan sengaja, maka ia harus mengqadla (puasanya)” (HR. Abu Dawud no. 2380, At-Tirmidzi no. 720, Ibnu Majah no. 1676, dan Ahmad no. 10468; dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan Abu Dawud 2/63).
3.       Haidl dan Nifas
Apabila wanita kedatangan haidl dan nifas di siang hari bulan Ramadlan, baik di awal maupun di akhir, maka ia harus berbuka (batal puasanya) dan mengqadlanya (menggantinya) di hari lain.  Jika ia tetap puasa, maka puasanya tidak sah. 
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :
تمكث الليالي ما تصلي وتفطر في رمضان فهذا نقصان الدين
Dia (wanita) berdiam diri beberapa malam tidak shalat, dan berbuka puasa Ramadlan (karena haidl), maka inilah kekurangan agamanya” (HR. Muslim 79 dan 80).
Diriwayatkan dari Mu’adzah ia berkata :
سألت عائشة فقلت ما بال الحائض تقضي الصوم ولا تقضي الصلاة فقالت أحرورية أنت قلت لست بحرورية ولكني أسأل قالت كان يصيبنا ذلك فنؤمر بقضاء الصوم ولا نؤمر بقضاء الصلاة
Aku pernah bertanya kepada ‘Aisyah.  Aku katakan,”Bagaimana dengan wanita haidl, ia mengqadla puasa namun tidak mengqadla shalat?”.  Aisyah menjawab,”Apakah kamu seorang Haruriyyah (Khawarij)?”.  Aku menjawab,”Aku bukan Haruriyyah, tapi aku sekedar bertanya”.  Aisyah berkata,”Kami pernah mengalami begitu.  Lalu kami diperintahkan untuk mengqadla puasa dan kami tidak diperintahkan untuk mengqadla shalat” (HR. Muslim no. 335).
4.       Infus Makanan
Yaitu memasukkan zat-zat makanan ke dalam tubuh seseorang melalui infus sebagai pengganti makan kepada orang yang sakit.  Ini termasuk perkara yang membatalkan puasa; karena infus tersebut mengandung zat makanan[1]  yang dapat membuat badan tidak lemah sebagaimana keadaan orang yang sehat.
5.       Jima’ (Berhubungan Badan).
Hal ini berdasarkan dalil Al-Qur’an dan As-Sunnah, serta kesepakatan ulama’.  Imam Asy-Syaukani rahimahullah dalam kitab Ad-Darari Mudli’ah (2/22) berkata,”Tidak ada perbedaan di kalangan ulama bahwa jima’ membatalkan puasa, apabila terjadi dengan sengaja.  Apabila terjadi karena lupa, sebagian ulama’ mengkatagorikannya termasuk (dalam hukum) orang yang makan dan minum karena lupa”. 
Dalil dalam Al-Qur’an terdapat dalam QS. Al-Baqarah ayat 187, silakan disimak dan dibaca!!  Adapun kaffaratnya (tebusannya) dijelaskan dalam Sunnah Rasululah shallallaahu ‘alaihi wasallam dari hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu :
جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال هلكت يا رسول الله قال وما أهلكك قال وقعت على امرأتي في رمضان قال هل تجد ما تعتق رقبة قال لا قال فهل تستطيع أن تصوم شهرين متتابعين قال لا قال فهل تجد ما تطعم ستين مسكينا قال لا قال ثم جلس فأتي النبي صلى الله عليه وسلم بعرق فيه تمر فقال تصدق بهذا قال أفقر منا فما بين لابتيها أهل بيت أحوج إليه منا فضحك النبي صلى الله عليه وسلم حتى بدت أنيابه ثم قال اذهب فأطعمه أهلك
Seseorang pernah datang kepada beliau seraya berkata,”Ya Rasulullah, aku telah binasa”.  Beliau bertanya,”Apa yang telah membinasakanmu?”.  Ia menjawab,”Aku telah menggauli istriku di (siang hari) bulan Ramadlan”.  Beliau bertanya lagi,”Apakah engkau mampu memerdekakan budak?”.  Ia menjawab,”Tidak”.  Beliau bertanya lagi,”Apakah engkau mampu berpuasa selama dua bulan berturut-turut?”.  Ia menjawab,”Tidak”.  Beliau bertanya lagi,”Apakah engkau mampu memberi makan enam puluh orang miskin?”.  Ia menjawab,”Tidak”.  Beliau bersabda,”Duduklah!”.  Maka ia pun duduk.  Lalu Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam membawakan satu wadah kurma untuknya.  Beliau bersabda,”Sedekahkanlah dengan kurma ini”.  Ia berkata,”Tidak ada di kota Madinah ini seorang yang lebih fakir daripada kami”.  Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam tertawa hingga nampak gigi taringnya.  Beliau bersabda,”Ambillah, dan berikanlah sebagai makanan untuk keluargamu” (HR. Bukhari no. 2460, Muslim no. 1111, Tirmidzi no. 724, dan lain-lain).



[1]       Lihat Haqiiqatush-Shiyaam karya Ibnu Taimiyyah.

No comments: