Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Friday 17 May 2013

Mengenal Allah

BAB II
ALLAH CENTER OF LIFE
                                                                                                                    
Optimist
  Dinamics
Hard work


الله
Independent

Vision
Insight
Control
Rich
                                                                    
                               
2.1.   Mengenal Allah
”Tidak kenal maka tidak sayang.”
Begitulah kata sebuah pepatah. Karena itu menjadi kewajiban kita untuk berkenalan. Untuk itu mari kita berkenalan dengan Allah SWT! Siapakah Dia dan bagaimana cara mengenal Dia? Agar kita senantiasa menjadikan Allah sebagai poros dan pusat segala aktifitas yang kita lakukan. Pusat dari kehidupan kita. Sebab kita ada atau hidup karena Allah, dari Allah dan untuk Allah semata.
Katakanlah: sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam.”(Al An’aam 6:162).


Asal Kata Allah
Ada yang menyatakan bahwa Allah itu berasal dari kata Ilaah (Tuhan) dan Al sehingga menjadi Allah. Jadi Allah adalah ilaah yang sudah kemasukan partikel Al. Dalam bahasa Arab semua kata yang kemasukan Al artinya khusus atau ma’rifat atau definitif. Dengan demikian arti Allah adalah Tuhan Yang Khusus. Maksudnya Dia-lah Tuhan yang sejati. Tuhan yang sebenarnya. Selain Dia adalah tuhan-tuhanan atau tuhan jadi-jadian. Atau tuhan yang dibuat-buat oleh manusia, jin dan syetan.

Al Ma’buud
Dalam islam Allah adalah Al Ma’buud, Al Marghuub, Al Mahbuub  dan Al Marhuub.  Al Ma’bud artinya Allah adalah tempat atau dzat satu-satunya yang pantas disembah dan di-ibadahi. Karena itu tidak ada ibadah kecuali kepada Allah SWT.
Untuk itulah setiap hari minimal 17 kali kita mengulang-ulang komitmen penyembahan ini hanya kepada Allah SWT. Yaitu dengan membaca surat Al Fatihah. Yang salah satu isinya adalah sumpah kita hanya untuk mengabdi dan menyembah kepada Allah SWT semata.
Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan” (Al Fatihah : 5)
Na'budu pada ayat tersebut diambil dari kata 'ibaadat: kepatuhan dan ketundukkan yang ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai Tuhan yang disembah, karena berkeyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang mutlak terhadapnya. Sedangkan Nasta'iin (minta pertolongan), terambil dari kata isti'aanah: mengharapkan bantuan untuk dapat menyelesaikan suatu pekerjaan yang tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri.[1]
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”(Adz Dzaariyaat 51:56).
Para ahli tafsir menyatakan bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia adalah dalam rangka ubudiyah. Untuk mengabdi dan menyembah Allah Yang Maha Tunggal. Pengabdian yang penuh ketulusan. Karena didorong oleh iman yang menghujam dalam dada.
Ayat diatas menegaskan sekali lagi bahwa manusia hadir ke muka bumi ini tiada lain hanyalah untuk menyembah kepada Allah SWT. Bukan menyembah yang lain. Bukan untuk menyembah bintang. Bukan untuk menyembah matahari. Bukan untuk menyembah api. Bukan untuk menyembah manusia. Bukan untuk menyembah patung. Bukan untuk menyembah lautan. Bukan untuk menyembah pohon. Bukan untuk menyembah atasan.  Bukan untuk menyembah sesuatupun juga kecuali hanya menyembah Allah Yang Maha gagah Perkasa.
         
Al Marghuub
          Artinya yang paling diharapkan. Jadi Allah SWT adalah harapan kita. Tempat kita berharap. Bertawakal dan mohon segala sesuatu. Hakekatnya sumber harapan kita hanyalah Allah. Adapun atasan, saudara dan teman hanyalah wasilah, sarana atau perantara saja. Karena itu yang pertama dan utama, kita minta dan mohon kepada Allah terlebih dahulu. Baru setelah itu ikhtiar minta tolong kepada hamba-hamba-Nya.
          Allah tidak akan mengecewakan kita. Allah itu Maha Kaya. Allah memiliki segala sesuatu. Allah memiliki semuanya. Tadahkan tangan kepada-Nya. Jangan kepada yang lain. Yakinlah bahwa Allah tidak akan mengecewakan anda!
          Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”( Al Baqarah 2:186).
Ayat ini turun berkenaan dengan datangnya seorang Arab Badui kepada Nabi SAW yang bertanya: "Apakah Tuhan kita itu dekat sehingga kami harus berbisik-bisik kepada-Nya atau jauh hingga kami jauh sehingga kami harus menyeru-Nya?" Nabi SAW terdiam, hingga turunlah ayat ini (S. 2: 186) sebagai jawaban terhadap pertanyaan itu. (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, Ibnu Abi Hatim, Ibnu Marduwaih, Abussyaikh dan lain-lainnya dari beberapa jalan, dari Jarir bin Abdul Hamid, dari Abdah as-Sajastani, dari as-Shalt bin Hakim bin Mu'awiyah bin Jaidah, dari bapaknya yang bersumber dari datuknya.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (S. 2: 186) turun sebagai jawaban terhadap beberapa shahabat yang bertanya kepada Nabi SAW: "Dimanakah Tuhan kita?"
(Diriwayatkan oleh 'Abdurrazzaq dari Hasan, tetapi ada sumber-sumber lain yang memperkuatnya. Hadits ini mursal.)
Menurut riwayat lain, ayat ini (QS 2: 186) turun berkenaan dengan sabda Rasulullah SAW: "Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah SWT telah berfirman "Ud'uuni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya) (QS 40:60). Berkatalah salah seorang di antara mereka: "Wahai Rasulullah! Apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana?" Sebagai jawabannya, turunlah ayat ini (QS. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir yang bersumber dari Ali).
Menurut riwayat lain, setelah turun ayat "Waqaala rabbukum ud'uuni astajib lakum" yang artinya berdoalah kamu kepada-Ku, pasti aku mengijabahnya (QS. 40: 60), para shahabat tidak mengetahui bilamana yang tepat untuk berdoa. Maka turunlah ayat ini (S. 2: 186) (Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari 'Atha bin abi Rabah.)[2]

عن النبي، صلى الله عليه وسلم، قال: الدعاء هو العبادة[3]
“Rasulullah SAW bersabda, “Do’a adalah ibadah.” (HR Abu Dawud dan Turmudzi : Hasan Shahih).
          Untuk itu mari sempurnakan ikhtiar kita dengan do’a. Selanjutnya kita serahkan kepada Allah yang maha mengabulkan do’a.

اللهم آتنا في الدنيا حسنةً، وفي الآخرة حسنة[4]ً
“Yaa Allah berikanlah kepada kami kebaikan di dunia dan akherat
(HR Muslim dari Anas RA)
Al Mahbuub
          Artinya Allah-lah yang paling kita cintai. Hanya kepada-Nyalah kita ”mabuk kepayang cinta sampai mati.”
Ketika Makan Ingat Allah.
Ketika Minum Ingat Allah.
Ketika Tidur Ingat Allah
Ketika Bekerja Ingat Allah.
Ketika Dagang Ingat Allah.
Dimana saja Ingat Allah.
Kapan Saja Ingat Allah.

          Untuk itu ingatlah nama-Nya. Sucikan, puji dan agungkanlah Dia.

          عن أبي هريرة، رضي الله عنه قال: قال رسول الله، صلى الله عليه وسلم: كلمتان خفيفتان على اللسان، ثقيلتان في الميزان، حبيبتان إلى الرحمن: سبحان الله وبحمده، سبحان الله العظيم متفقٌ عليه.

Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda : Dua kalimat yang ringan di lisan tapi berat timbangannya dan yang dicintai Allah yang Maha Pengasih yaitu : SUBHANALLAH WABIHAMDIHI SUBHANALAHIL AZHIIM (Maha suci Allah dan segala puji bagi-Nya dan Maha Suci Allah yang Maha Agung), Muttafaq ‘alaih / HR Bukhari-Muslim

وعنه رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: لأن أقول: سبحان الله، والحمد لله، ولا إله إلا الله، والله أكبر؛ أحب إلي مما طلعت عليه الشمس رواه مسلم.


Dari Abu Hurairah RA dia berkata, Rasulullah bersabda : ucapan SUBHAANALLAAH WAL HAMDULILLAAH WA LAA ILAAHA ILLALLAAHU WALLAAHU AKBAR lebih aku cintai dari pada apa-apa yang diterbitkan matahari) (HR Muslim).

            Cinta kepada Allah adalah harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Cinta ini menempati urutan nomor satu. Urutan yang paling utama dan paling prioritas. Karena itu cinta kepada ayah. Cinta kepada ibu. Cinta kepada istri. Cinta kepada anak. Cinta kepada cucu. Harus tunduk dibawah cinta kepada Allah. Harus selaras dan serasi dengan cinta kita kepada Dzat Yang Maha Pengasih, Raja Manusia dan Raja Hari Pembalasan.
          قُلْ إِنْ كَانَ آَبَاؤُكُمْ وَأَبْنَاؤُكُمْ وَإِخْوَانُكُمْ وَأَزْوَاجُكُمْ وَعَشِيرَتُكُمْ وَأَمْوَالٌ اقْتَرَفْتُمُوهَا وَتِجَارَةٌ تَخْشَوْنَ كَسَادَهَا وَمَسَاكِنُ تَرْضَوْنَهَا أَحَبَّ إِلَيْكُمْ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَجِهَادٍ فِي سَبِيلِهِ فَتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِيَ اللَّهُ بِأَمْرِهِ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ
          Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”(At Taubah 9:24).
          Ayat diatas dengan jelas menunjukan manajemen cinta. Yaitu Allah, Rasulullah, jihad, bapak, anak, saudara, istri, kerabat, harta,  pekerjaan, rumah hingga hewan dan tumbuhan.
          Artinya bahwa kita juga boleh mencintai selain Allah. Karena cinta tersebut merupakan sifat alamiyah dan fitrah manusia. Selama cinta tersebut sesuai dan selaras dengan aturan yang dibuat oleh Allah SWT.
           زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالْأَنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآَبِ
          Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternakdan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).”(Ali Imran 3:14).
         
Al Marhuub
Allah adalah dzat yang paling kita takuti. Tidak ada yang lebih kita takuti kecuali Allah SWT. Mungkin kita takut kepada ular dan binatang buas, tapi ini hanyalah takut naluriah. Sedangkan takut kepada Allah adalah takut karena cinta. Takut ditinggalkan dan diabaikan. Takut kepada punishment-Nya. Takut akan adzab-Nya.
Bedanya ketika takut kepada Allah kita justru semakin mendekat. Serta lari dalam pelukan kasih sayang-Nya. Adapun takut kepada makhluk-Nya maka kita menjauh. Kita lari dan terus lari menyelamatkan diri.

Engkau Dekat Aku Semakin Dekat
Engkau Cinta Aku Semakin Cinta
Engkau Sayang Aku Semakin Sayang
Sesungguhnya hati ini sangat cinta
Sesungguhnya hati ini sangat rindu

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ
Karena sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama (Al Fathir 35:28) Maksudnya orang-orang yang berilmu. Para fuqaha, mujtahid, muhadits, siddiqiin dan awliya. Juga orang-orang yang memiliki ma’rifah dengan benar terhadap Allah SWT. Serta orang-orang yang mengetahui kebesaran dan keagungan Allah yang Maha gagah Perkasa.
Bukti kita takut kepada Allah adalah dengan banyak be-istighfar dan bertaubat kepada-Nya. Nabi saja yang dijamin masuk surga melakukannya hingga 70 atau 100 kali. Lalu bagaimana dengan kita yang tidak ma’shum dan tidak dijamin masuk syurga.

وعن أبي هريرة رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: والله إني لأستغفر الله وأتوب إليه في اليوم أكثر من سبعين مرةً رواه البخاري.[5]
Dari abu Hurairah RA dia berkata aku mendengar Rasulullah SAW berkata, “Demi Allah sesungguhnya aku mohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya pada setiap hari lebih dari tujuh puluh kali.” (HR Bukhari).

وعن الأغر بن يسار المزني رضي الله عنه قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: يا أيها الناس توبوا إلى الله واستغفروه فإني أتوب في اليوم مائة مرةٍ رواه مسلم.[6]
Dari Al Aghar bin Yasar Al Muzani RA dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Wahai manusia taubatlah kepada Allah dan mohon ampunlah kepada-Nya, maka sesungguhnya aku taubat pada setiap hari 100 kali.” (HR Muslim).


[1]Tafsir Depag
[2]Imam Jalaluddin Al Mahalli dan Jalaluddin  As Suyuthi, Tafsir Jalalain, Sinar Baru Algensindo (Jakarta:2006), hal. 185-186.
[3]Riyadhush Shaalihiin 1/157
[4]Ibid
[5]Riyadhus Shaalihin 1/4 bab taubah
[6]Ibid.

No comments: