BAB I
PENDAHULUAN
Ciri orang
sukses adalah memiliki banyak DUIT. Dengan banyak DUIT maka kita akan dapat memenuhi segala kebutuhan hidup. Baik
yang primer (dharurat), sekunder (hajiyat) maupun tersier (tahsinat).
Dengan banyak
DUIT saya yakin, bangsa ini akan menjadi bangsa yang besar. Bangsa yang kuat.
Bangsa yang gemah ripah loh jinawi tenterem kertoraharjo. Dalam bahasa
Alqur’an yaitu menjadi negeri yang baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur.(Negeri
yang baik, diridhai dan diampuni oleh Allah SWT).
Saya bukan orang
materialis yang mengajak pembaca untuk cinta materi. Tapi kenyataannya dalam
hidup ini kita butuh banyak DUIT. Mulai dari kebutuhan sandang, pangan, papan,
pendidikan, kesehatan, bisnis hingga rekreasi semuanya membutuhkan DUIT.
Namun yang saya
Maksud DUIT disini adalah Do’a, Usaha, Ibadah dan Tawakal. Dengan keempat hal
tersebut saya yakin kita akan menjadi pribadi-pribadi yang maju, tumbuh dan
berkembang menjadi mukmin sejati. Mukmin yang dijamin Allah dengan
keberuntungan. Dengan kemenangan. Dan
tentu saja akan menjadi pewaris Jannatul Firdaus. Sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al Mukminuun berikut ini:
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ
(2) وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ
لِلزَّكَاةِ فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا
عَلَى أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ
مَلُومِينَ (6) فَمَنِ ابْتَغَى وَرَاءَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْعَادُونَ (7)
وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ (8) وَالَّذِينَ هُمْ
عَلَى صَلَوَاتِهِمْ يُحَافِظُونَ (9) أُولَئِكَ هُمُ الْوَارِثُونَ (10)
الَّذِينَ يَرِثُونَ الْفِرْدَوْسَ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (11)
”1. Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu'
dalam sholatnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas. 8. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang
dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang
yang memelihara sholatnya. 10. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi,
11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Dan surat Al Anfaal ayat 2-4 :
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا ذُكِرَ اللَّهُ
وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ
إِيمَانًا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ (2) الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ
وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ (3) أُولَئِكَ هُمُ الْمُؤْمِنُونَ حَقًّا
لَهُمْ دَرَجَاتٌ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَمَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ (4)
“2.
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah
gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayatNya
bertambahlah iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka
bertawakkal. 3. (yaitu) orang-orang yang mendirikan shalat dan yang menafkahkan
sebagian dari rezki yang Kami berikan kepada mereka. 4. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka
akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta
rezki (nikmat) yang mulia.”
Berdasarkan
ayat-ayat di atas sangat jelas bahwa untuk menjadi sukses atau menang atau
beruntung membutuhkan DUIT. Yaitu dengan
sholat dan dzikir yang merupakan simbol doa, karena makna sholat adalah do’a.
Lalu iman, membaca ayat-ayat Allah, sholat, zakat dan berinfak yang merupakan
simbol dari ibadah mahdhoh.
Kemudian
belajar mengajar Al Islam, menjaga amanah dan kemaluan yang merupakan simbol
ibadah ghairu mahdhah. Selanjutnya tawakal kepada Allah SWT. Yaitu
menyerahkan segala hasilnya kepada Allah setelah kita berusaha dengan sekuat
tenaga, beribadah dan berdo’a kepadaNya.
1.1.
Keutamaan Do’a
Perintah Allah
Do’a
memiliki banyak keutamaan, yang pertama karena ia adalah perintah Allah
SWT. Sebagai muslim kita yakin bahwa setiap perintah Allah pasti memiliki
manfaat bagi kita semua. Sebagaimana
perintah Allah berikut ini :
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
”Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah
kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan
hina dina." (Al Mu’min 40:60).
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ
أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا
بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
”Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala peri ntah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”( Al Baqarah 2:186).
Do’a
adalah Ibadah
Kedua,
do’a adalah ibadah.
عن النبي، صلى
الله عليه وسلم، قال: الدعاء هو العبادة[1]
“Rasulullah SAW
bersabda, “Do’a adalah ibadah.”
Karena dalam
ibadah sebagian besar berisi do’a. Misalnya dalam sholat ada do’a iftitah. Do’a
di waktu ruku’, i’tidal, duduk antara dua sujud hingga do’a sebelum salam.
Begitupun dalam zakat, ada do’a bagi mustahik (penerima zakat) untuk mendo’akan
muzakki (orang yang berzakat). Dalam puasa maupun haji dan ibadah lainnya kita
disuruh Allah untuk memperbanyak do’a.
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ
دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي
لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
”Dan
apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah),
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala peri ntah-Ku)
dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam
kebenaran.”( Al Baqarah 2:186).
Bahkan kita disuruh berdzikir pada setiap waktu
dan kesempatan. Baik dengan tidur, duduk maupun berdiri.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ
اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآَيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ (190) رَبَّنَا مَا
خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (191) رَبَّنَا
إِنَّكَ مَنْ تُدْخِلِ النَّارَ فَقَدْ أَخْزَيْتَهُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ
أَنْصَارٍ (192)
”Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang
terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan
mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya
Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau,
maka peliharalah kami dari siksa neraka.” (Ali Imran
3: 190-192).
Do’a Otaknya Ibadah
Ketiga, doa adalah otaknya
ibadah.
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ[2]
Dari Anas bin Malik dari Nabi SAW
bersabda, “Do’a adalah otaknya ibadah.”
Karena memang inti dari ibadah
adalah do’a. Lebih-lebih dalam ibadah sholat dan dzikir, sebagian besar berisi
do’a kepada Allah SWT.
Do’a adalah senjata
Keempat, Do’a adalah senjata
orang beriman. Karena Allah
memberikan kepada kita banyak senjata, baik dalam bentuk meteriil maupun
spirituil. Baik dengan
tangan, lisan maupun hati. Dan salah satu senjata merubah kemungkaran adalah
dengan hati atau lisan. Diantaranya dengan cara berdo’a kepada Allah SWT.
Demikian halnya dalam merubah nasib kita, salah satunya dengan do’a, tentunya
setelah didahului dengan ikhtiar dan ditutup dengan tawakal.
Kebutuhan
Manusia
Kelima,
Do’a adalah kebutuhan manusia.
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ
وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
”Manusia tidak jemu memohon
kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus
harapan.”( Al Fushshilat 41:49).
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ
ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ
نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا
لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ
”Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka."(Az Zumar 39:8).
Untuk
Menghilangkan Kesombongan
Keenam,
Do’a menghilangkan sifat sombong
“Berdoalah
kepadaKu, Aku akan kabulkan doa kalian. Sungguh orang-orang
yang menyombongkan diri karena enggan beribadah kepada-Ku, akan dimasukkan ke
dalam neraka Jahannam dalam keadaan hina dina” (QS. Ghafir: 60).
Hamba
Allah
Ketujuh, Do’a
membuktikan kita hamba Allah.
Hamba
adalah makhluk yang membutuhkan. Sedangkan Khaliq adalah dzat yang memberi dan
mengabulkan. Karena kenyataannya kita tidak mampu memberikan apa-apa kepada
makhluk lainnya. Kita hanya bisa
menyalurkan apa yang telah diberikan oleh Allah SWT. Tugas kita hanya membagi
dan sebagai perantara belaka.
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ
مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ
يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ
سَبِيلِهِ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ
”Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada
Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan
nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa
(kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan
sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya.
Katakanlah: "Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu;
sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka." (Az Zumar 39:8).
Manusia
Itu Lemah
Kedelapan,
Berdo’a karena kita lemah
Manusia
diciptakan sebagai makhluk yang lemah dan banyak berkeluh kesah. Untuk itulah
manusia butuh tempat untuk mencurahkan segala isi hatinya dan memohon serta untuk
mengabulkannya segala hajatnya.
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ
قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا
يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang
menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan
(kamu) sesudah kuat itu lemah
(kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang
Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (Ar Ruum 30:54).”
لَا يَسْأَمُ الْإِنْسَانُ مِنْ دُعَاءِ الْخَيْرِ وَإِنْ مَسَّهُ الشَّرُّ
فَيَئُوسٌ قَنُوطٌ
“Manusia tidak
jemu memohon kebaikan, dan
jika mereka ditimpa malapetaka dia menjadi putus asa lagi putus harapan.”( Al
Fushshilat 41:49).
فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ
فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ
عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16)
“15. Adapun
manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya
kesenangan, maka dia akan berkata: "Tuhanku telah memuliakanku." 16.
Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya maka dia berkata:
"Tuhanku menghinakanku” (Al Fajar 89:15-16).
إِنَّ الْإِنْسَانَ خُلِقَ هَلُوعًا (19) إِذَا مَسَّهُ الشَّرُّ جَزُوعًا
(20) وَإِذَا مَسَّهُ الْخَيْرُ مَنُوعًا (21)
“Sesungguhnya
manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi kikir, 20. Apabila ia ditimpa
kesusahan ia berkeluh kesah, 21. dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat
kikir,”( Al Ma’aarij 70:20-21).
Insya Allah Dikabulkan
Kesembilan, Do’a akan selalu dikabulkan.
Kesembilan, Do’a akan selalu dikabulkan.
عَنْ سَلْمَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ رَبَّكُمْ تَبَارَكَ وَتَعَالَى حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي مِنْ عَبْدِهِ إِذَا رَفَعَ يَدَيْهِ إِلَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا[3]
Dari
Salman, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Rabb kalian yang Mahasuci lagi
Mahatinggi itu Maha malu lagi Maha mulia, Dia malu terhadap hamba-Nya jika dia
mengangkat kedua tangannya (berdo’a) kepada-Nya untuk mengembalikan keduanya
dalam keadaan kosong (tidak dikabulkan).”
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا عَلَى
الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يَدْعُو اللَّهَ بِدَعْوَةٍ إِلَّا آتَاهُ اللَّهُ إِيَّاهَا أَوْ صَرَفَ عَنْهُ مِنْ السُّوءِ
مِثْلَهَا مَا لَمْ يَدْعُ بِإِثْمٍ أَوْ قَطِيعَةِ رَحِمٍ فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ
الْقَوْمِ إِذًا نُكْثِرُ قَالَ اللَّهُ أَكْثَرُ[4]
“Tidaklah
seorang muslim berdo’a kepada Allah dengan suatu do’a yang di dalamnya tidak
mengandung dosa dan pemutusan silaturrahmi, melainkan Dia akan memberikan
kepadanya salah satu dari tiga kemungkinan; (yaitu, baik) dikabulkan segera
do’anya itu, atau Dia akan menyimpankan baginya di akhirat kelak, atau Dia akan
menghindarkan darinya keburukan yang semisalnya.” Maka salah seseorang sahabat
pun berkata: “Kalau begitu kita memperbanyaknya.” Beliau bersabda: “Allah lebih
banyak (memberikan pahala).”
1.2.
Tingkatan Do’a
Tingkatan do’a
terbagi menjadi empat. Yaitu do’a yang diajarkan Allah dalam Alqur’an. Do’a
yang diajarkan Nabi dalam hadits. Do’a yang dibuat para ulama. Dan do’a yang
dibuat oleh setiap muslim sesuai hajatnya.
Do’a Dalam
Alqur’an
Do’a dalam Alqur’an
biasanya didahului dengan kata-kata Rabbanaa (Ya Tuhan kami). Rabbii
(Ya Tuhanku). Rabbi (Ya Tuhan). Kemudian dilanjutkan dengan isi do’a
tersebut. Yaitu berupa permintaan dan permohonan hamba kepada Allah. Misalnya
minta keselamatan dunia akherat. Minta diberikan keluarga yang shalih dan
shalihat. Mohon dihindarkan dari berbagai macam fitnah. Mohon ampunan atas
segala dosa dan maksiyat. Diberikan kesabaran. Dimenangkan dari kaum kafir.
Hingga diwafatkan sebagai muslim.
Do’a Dalam Hadits
Do’a yang diajarkan
nabi dapat kita temukan dalam banyak hadits. Baik yang diriwayatkan oleh Imam
Bukhari, Imam Muslim, Imam Turmudzi, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam Ibnu
Majah, Imam Ahmad hingga Imam Abi Hatim. Biasanya do’a-do’a tersebut dapat kita
temukan dalam bab Kitabud Du’a (Kitab Do’a).
Buku kumpulan Do’a
yang cukup populer adalah Al Adzkar karya Imam Nawawi. Dalam buku tersebut Imam
Nawawi banyak menyebutkan do’a-do’a bahkan dzikir yang diajarkan nabi SAW. Adapun yang cukup ringkas adalah kumpulan do’a
Hisnul Muslim karya Syaikh Said bin Ali Al Qahthani.
Do’a Para Ulama
Selanjutnya adalah
do’a yang diajarkan oleh para ulama. Diantaranya do’a rabithah karya Imam Hasan Al Bana. Do’a sholat tarawih.
Ratib-ratib buatan para habaib. Sebagian dari do’a dalam buku Majmu’ Syarif.
Bahkan sebagian besar do’a-do’a yang sering dilafalkan setelah selesai sholat
atau dalam acara-acara tertentu adalah do’a yang dibuat oleh para ulama atau kyai
atau habib.
Semuanya tergantung
dari isinya. Selama isinya tidak bertentangan dengan aqidah dan syareat Islam
maka boleh-boleh saja kita membuat do’a sesuai dengan kebutuhan. Sebagaimana
dapat kita lihat dalam do’a-do’a yang dilantunkan oleh Aa’ Gym (Abdullah
Gymnastiar) pada berbagai pengajiannya yang membuat jama’ah hanyut dan menangis
tersedu-sedu.
Namun sesuai dengan
fiqih prioritas sebaiknya kita menghafalkan dan berdo’a dengan do’a-do’a dari
Allah dan RasulNya. Karena selain lebih afdhal, do’a tersebut tentu
lebih mendapatkan jaminan kebenaran dan keselamatan dari Allah SWT serta
terhindar dari subhat yang hanya diketahui oleh orang-orang yang mendalam
ilmunya.
1.3.
Syarat Diterimanya Do’a
Ikhlash
Pertama, ikhlash dengan menujukan permintaan hanya kepada
Allah dan tidak menyekutukanNya dengan apapun juga.
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
”Dan tidaklah Aku
menciptakan jin dan manusia kecuali untuk menyembah (kepadaKu)” (Adz
Dzaariyaat 51:56).
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ
الْقَيِّمَةِ
“Padahal mereka
tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan
kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.” (Al Bayyinah 98:5).
Melaksanakan Perintah
Kedua, memperbanyak melaksanakan berbagai perintah Allah dan
RasulNya.
”Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya
kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku
mengabulkan permohonan orang yang berdo`a apabila ia memohon kepada-Ku, maka
hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku.” (Al-Baqarah
2:186)
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Katakanlah: "Jika kamu
(benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan
mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
(Ali Imran 3;31).
Untuk Dunia Akherat
Ketiga, berdo’a
untuk urusan dunia dan akhirat.
فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي
الْآَخِرَةِ مِنْ خَلَاقٍ (200) وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آَتِنَا فِي
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (201)
أُولَئِكَ لَهُمْ نَصِيبٌ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ (202
“Maka di antara manusia ada orang yang berdo`a,
"Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia", dan tiadalah
baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdo`a,
"Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka."
Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian dari apa yang mereka
usahakan; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” ( Al-Baqarah 2:200-202).
Senada
dengan ayat tersebut adalah ayat 20 dari Asy Syura :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ
الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا
نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
“Barangsiapa yang menghendaki keuntungan
di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barangsiapa yang
menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan
dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.” (Asy-Syuro 45:20).
Dengan Merendahkan Diri
Keempat, disampaikan dengan merendahkan diri dan
lemah lembut. Atau pertengahan, tidak terlalu keras dan tidak terlalu lemah.
ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا
وَخُفْيَةً إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
“Berdo`alah kepada Tuhanmu dengan berendah
diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas.” (Al-A’raf 7:55).
قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ
ادْعُوا الرَّحْمَنَ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَى وَلَا
تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلًا
Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama
yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang
terbaik) dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah
pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua
itu." (Al Israa’ 17:110).
عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكُنَّا إِذَا أَشْرَفْنَا عَلَى وَادٍ هَلَّلْنَا
وَكَبَّرْنَا ارْتَفَعَتْ أَصْوَاتُنَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا أَيُّهَا النَّاسُ ارْبَعُوا عَلَى
أَنْفُسِكُمْ فَإِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا
غَائِبًا إِنَّهُ مَعَكُمْ إِنَّهُ سَمِيعٌ قَرِيبٌ تَبَارَكَ اسْمُهُ وَتَعَالَى
جَدُّهُ[5]
Dari Abu Musa, ia
berkata : Kami pernah bersama Rasulullah SAW dalam suatu peperangan, lalu
tidaklah kami mendaki atau menaiki tanah yang tinggi atau menuruni lembah
melainkan kami bertakbir dengan suara keras”. Kata Abu Musa, “Kemudian
Rasulullah SAW mendekati kami dan bersabda, “Hai para manusia, kasihanilah diri
kalian, karena sesungguhnya kalian tidak menyeru kepada Tuhan yang tuli dan
tidak pula jauh. Sesungguhnya Dia bersama kalian, sesungguhnya Dia Maha
mendengar lagi Maha melihat, Maha Suci Allah yang maha tinggi”
Dengan Harap-Harap Cemas
Kelima, berdoa dengan harap-harap cemas antara
diterima atau tidak. Berharap kepada Allah swt agar do’a tersebut
dikabulkanNya, dan cemas kalau-kalau do’a kita tidak dikabulkan, bahkan tidak
didengarNya.
وَلَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ
بَعْدَ إِصْلَاحِهَا وَادْعُوهُ خَوْفًا وَطَمَعًا إِنَّ رَحْمَةَ اللَّهِ قَرِيبٌ
مِنَ الْمُحْسِنِينَ
“Dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan
berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” (Al A’raaf 7:56).
Semoga Dikabulkan
Keenam, meyakini bahwa do’a kita Insya Allah dikabulkanNya. Kemungkinan
dikabulkan di dunia atau di akherat. Yang penting kita selalu sabar atas
seluruh permohonan kita kepada Allah serta selalu berprasangka baik kepadaNya.
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ
الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ
“Dan Tuhanmu berfirman,
"Berdo`alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka
Jahannam dalam keadaan hina dina." (Al-Mu’min 40:60).
Makanan Yang Halal dan Baik
Ketujuh, makan, minum, berpakaian dan mengkonsumsi hal-hal yang dihalalkan Allah
SWT dna menjauhi hal-hal yang diharamkanNya.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ { يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ }
وَقَالَ {
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ } ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ
أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ
وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ
بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ[6]
“Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam besabda: "Sesungguhnya Allah itu baik dan tidak menerima kecuali
yang baik. Sesungguhnya Allah Ta’ala memerintahkan kepada kaum mukminin
seperti yang Dia perintahkan kepada para rasul. Maka, Allah Ta’ala berfirman,
’Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah
kebajikan’ –al-Mu'minûn/23 ayat 51- dan Allah Ta’ala berfirman,’Wahai
orang-orang yang beriman, makanlah dari rizki yang baik yang Kami berikan
kepada kamu’ –al-Baqarah/2 ayat 172- kemudian Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa
sallam menyebutkan orang yang lama bepergian; rambutnya kusut, berdebu, dan
menengadahkan kedua tangannya ke langit, ‘Wahai Rabb-ku, wahai Rabb-ku,’
sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan diberi
kecukupan dengan yang haram, bagaimana doanya akan dikabulkan?”
Kedelapan,
mengangkat tangan.
عَنْ سَلْمَانَ الْفَارِسِيِّ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ اللَّهَ حَيِيٌّ كَرِيمٌ يَسْتَحْيِي إِذَا رَفَعَ الرَّجُلُ إِلَيْهِ يَدَيْهِ أَنْ يَرُدَّهُمَا صِفْرًا خَائِبَتَيْنِ[7]
Dari Salman Al Farisi, dari Nabi SAW, bersabda, "Sesungguhnya
Allah Maha Pemalu dan Maha Mulia. Dia malu bila seseorang menengadahkan kedua
tangan kepada-Nya, namun Dia mengembalikan keduanya dalam keadaan kosong tidak
mendapatkan apa-apa."
Jangan
Bosan Berdo’a
Kesembilan,
mengulang do’a atau banyak menyebut asmaul husna atau kata-kata Ya
Allah, Ya Tuhan (Ya Rabbi, Rabbanaa, Allahumma).
لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا
وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا
مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنْتَ
مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Allah tidak membebani seseorang melainkan
sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang
diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya.
(Mereka berdoa): "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami
lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami
beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami.
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami
memikulnya. Beri ma'aflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah
Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir." (AL
Baqarah 2:286).
Bersholawat
Kesepuluh, diawali dan diakhiri dengan
sholawat kepada Nabi SAW.
سُبْحَانَ رَبِّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
رَبِّ الْعَرْشِ عَمَّا يَصِفُونَ
“Maha
Suci Tuhan Yang empunya langit dan bumi, Tuhan Yang empunya 'Arsy, dari apa yang mereka
sifatkan itu” (Az Zukhruf 43:82).
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk
Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (Al Ahzab 33:56).
الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
Selanjutnya yaitu mencari orang, waktu atau
tempat yang mustajab dalam berdo’a.
1.4.
Orang Yang Mustajab Do’anya
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثُ دَعَوَاتٍ مُسْتَجَابَاتٌ لَا شَكَّ
فِيهِنَّ دَعْوَةُ الْوَالِدِ وَدَعْوَةُ الْمُسَافِرِ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ[8]
”Dari
Abi Hurairah ra berkata, bersabda Rasulullah saw: Tiga do’a yang diijabah,
tidak ada keraguan padanya: do’a orang tua terhadap anaknya, do’a orang yang sedang bepergian dan do’a orang
yang dizhalimi,.”
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَةٌ لَا تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ الصَّائِمُ
حَتَّى يُفْطِرَ وَالْإِمَامُ الْعَادِلُ وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
يَرْفَعُهَا اللَّهُ فَوْقَ الْغَمَامِ وَيَفْتَحُ لَهَا أَبْوَابَ السَّمَاءِ
وَيَقُولُ الرَّبُّ وَعِزَّتِي لَأَنْصُرَنَّكِ وَلَوْ بَعْدَ حِينٍ[9]
“Dari Abi Hurairah RA berkata, bersabda Rasulullah saw: Tiga
orang yang do’anya tidak ditolak, do’a orang yang shaum sampai ia berbuka, do’a
pemimpin yang adil, dan do’a orang yang dizhalimi, Allah mengangkatnya di atas
mega. Dan Allah membukakan baginya pintu-pintu langit, dan berfirman, demi
kemuliaan-Ku, Aku akan menolongmu walaupun sampai akhir zaman. “
“Do’a seorang muslim kepada saudaranya di belakangnya
(dari jauh) akan diijabah”
Berdasarkan hadits-hadits tersebut di atas, maka ada
tujuh kelompok muslim yang do’anya dikabulkan oleh Allah SWT yaitu :
·
Orang yang dizhalimi,
·
Orang yang sedang bepergian,
·
Orang Tua kepada anaknya,
·
orang yang shaum,
· Pemimpin yang adil,
· Seorang Muslim kepada saudaranya,
·
Orang tuanya
kepada anaknya atau sebaliknya.
1.5.
Waktu Yang Mustajab Untuk Berdo’a
Selain dengan membaca
sholawat, ikhlash, banyak beribadah hingga mengkonsumsi makanan dan minuman
yang halal, hendaknya kita mencari dan memilih waktu yang mustajab dalam
berdo’a.
Pertama yaitu di waktu sahur atau fajar.
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Dan selalu
memohonkan ampunan diwaktu pagi sebelum fajar.”( Adz Dzaariyaat 51:18).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَنْزِلُ
رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ
يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الْآخِرُ فَيَقُولُ مَنْ
يَدْعُونِي فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِي
فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرَ لَه[11]ُ
Dari Abu Hurairah RA bahwasanya
Rasulullah SAW bersabda, “Rabb kita yang Maha agung dan Maha tinggi turun
ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian
berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta
sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan
Kuampuni.‘”
Kedua, diwaktu berbuka puasa.
“Bagi orang yang berpuasa memiliki 2
kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika
berbuka puasa dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Rabb-Nya kelak.”
Ketiga, di waktu malam lailatul
qadr (malam kemuliaan).
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1) وَمَا أَدْرَاكَ مَا
لَيْلَةُ الْقَدْرِ (2) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3)
تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ
(4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“1.
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan, 2. Dan
tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?, 3. Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan., 4. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat
Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan, 5. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar.” (Al Qadr 97:1-5).
Pada malam tersebut dianjurkan
untuk banyak berdo’a dan beribadah kepada Allah SWT.
عَنْ عَائِشَةَ أَنَّهَا قَالَتْ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَأَيْتَ إِنْ وَافَقْتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ مَا
أَدْعُو قَالَ تَقُولِينَ اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ
تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي[13]
“Dari Aisyah RA,
“Aku bertanya kepada Rasulullah: Wahai Rasulullah, menurutmu apa yang sebaiknya
aku ucapkan jika aku menemukan malam Lailatul Qadar? Beliau bersabda: Berdoalah: Allahumma innaka ‘afuwwun
tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anni ['Ya Allah,
sesungguhnya engkau Maha Pengampun dan menyukai sifat pemaaf, maka ampunilah
aku''.
Keempat, ketika adzan berkumandang.
قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَانِ لَا تُرَدَّانِ أَوْ
قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ
عِنْدَ النِّدَاءِ وَعِنْدَ
الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا[14]
Rasulullah SAW bersabda, “Doa tidak tertolak pada dua waktu,
atau minimal kecil kemungkinan tertolaknya. Yaitu ketika adzan berkumandang dan
saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang”
Kelima, antara adzan dan iqamah.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الدُّعَاءُ لَا يُرَدُّ بَيْنَ الْأَذَانِ وَالْإِقَامَةِ[15]
Rasulullah SAW bersabda, “tidak tertolak doa di antara adzan dan
iqamah”.
Keenam, ketika sedang sujud dalam shalat
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ
مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ[16]
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Seorang hamba berada paling dekat
dengan Rabb-nya ialah ketika ia sedang bersujud. Maka perbanyaklah berdoa
ketika itu.”
Ketujuh, ketika sebelum salam pada shalat wajib
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ
الدُّعَاءِ أَسْمَعُ قَالَ جَوْفَ اللَّيْلِ الْآخِرِ وَدُبُرَ
الصَّلَوَاتِ الْمَكْتُوبَاتِ[17]
Dari Abu
Umamah, dikatakan :Wahai Rasulullah, kapan doa kita didengar oleh Allah?
Beliau bersabda: “Diakhir malam dan diakhir shalat wajib.”
Kedelapan, di hari Jum’at
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلَاةِ
مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ
ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ
”Hai orang-orang beriman, apabila diseru
untuk menunaikan shalat Jum'at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah
dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui”(Al Jumu’ah 62:9).
Kesembilan, ketika perang
berkecamuk.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثِنْتَانِ لَا
تُرَدَّانِ أَوْ قَلَّمَا تُرَدَّانِ الدُّعَاءُ عِنْدَ النِّدَاءِ وَعِنْدَ الْبَأْسِ حِينَ يُلْحِمُ بَعْضُهُمْ بَعْضًا[18]
Rasulullah
SAW bersabda, “Doa tidak tertolak pada dua waktu, Yaitu ketika adzan
berkumandang dan saat perang berkecamuk, ketika kedua kubu saling menyerang.”
Kesepuluh, Ketika turun hujan
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَوَقْتُ الْمَطَرِ
Pada hadits di atas ada tambahan dari Nabi yang
mengatakan waktu itu adalah di waktu hujan.
Kesebelas, Hari Rabu antara Dzuhur dan Ashar.
دعا
رسول الله صلى الله عليه وسلم في مسجد الأحزاب يوم الاثنين ويوم الثلاثاء ويوم
الأربعاء فاستجيب له يوم
الأربعاء بين الصلاتين الظهر والعصر[19]
“Nabi shalallahu ‘alaihi
wasalam berdoa di Masjid Al Fath 3 kali, yaitu hari Senin, Selasa dan Rabu.
Pada hari Rabu lah doanya dikabulkan, yaitu diantara dua shalat. Ini diketahui
dari kegembiraan di wajah beliau. Berkata Jabir : ‘Tidaklah suatu perkara
penting yang berat pada saya kecuali saya memilih waktu ini untuk berdoa,dan
saya mendapati dikabulkannya doa saya.”
Keduabelas, Ketika
Hari Arafah
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ أَفْضَلُ الدُّعَاءِ
دُعَاءُ يَوْمِ عَرَفَةَ[20]
Bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Do’a yang Utama
adalah do’a pada hari arofah.”
Ketigabelas,
Ketika Meminum
Air Zam-zamقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَه[21]ُ
Rasulullah SAW bersabda, “(Khasiyat)
air zam-zam ketika diminum peminumnya.”
Untuk itu perbanyaklah berdo’a
ketika minum air zam-zam, semoga dengan wasilah air zam-zam keinginan kita dikabulkan
Allah SWT.
1.6.
Tempat Yang Mustajab Untuk Berdo’a
Agar do’a kita lebih
manjur maka dapat dilakukan dengan memilih tempat-tempat yang mustajab. Dengan
menggabungkan antara waktu, orang dan tempat tersebut maka do’a kita akan
semakin dekat untuk dikabulkan Allah SWT.
Karenanya banyak orang
yang umrah ke tanah suci demi mendapatkan keberkahan atas do’anya. Lebih-lebih
bagi orang yang memiliki uang. Semisal para politisi dan artis. Namun perlu
diketahui bahwa do’a memiliki syarat-syarat, diantaranya adalah rizki yang
halal. Manakala rizki tersebut didapatkan dari hasil korupsi atau dengan cara
pamer aurat, maka mustahil do’anya akan dikabulkan Allah SWT.
Di bawah ini adalah
tempat-tempat yang barakah bagi kita untuk berdo’a kepadaNya.
Pertama, yaitu disekitar tempat thawaf. Ketika melakukan thawaf hendaklah
memperbanyak do’a dan dzikir kepada Allah SWT. Dengan do’a apa saja yang
diajarkan Allah dan RasulNya. Syaikh Sayyid Sabiq berkata, ”...Maka orang
yang berthawaf boleh berdo’a apa saja yang dirasanya baik, untuk kepentingan
dunia dan akherat, buat diri dan keluarganya.”[22]
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ:يُنْزِلُ اللَّهُ كُلَّ يَوْمٍ عِشْرِينَ وَمِائَةَ رَحْمَةٍ سِتُّونَ مِنْهَا للطَّوَّافينَ،
وَأَرْبَعُونَ للعاكفينَ حَوْلَ الْبَيْتِ، وَعِشْرُونَ مِنْهَا لِلنَّاظِرِينَ
إِلَى الْبَيْتِ.
Dari Ibnu Abbas,
beliau berkata, ”Rasulullah SAW bersabda,
”Setiap hari Allah menurunkan kepada orang-orang yang berhaji ke
rumah suciNya seratus dua puluh rahmat, enam puluh bagi orang-orang yang
thawaf, empat puluh bagi orang-orang yang shalat dan dua puluh lagi bagi
orang-orang yang menyaksikannya.”[23]
Kedua, di Multazam. Yaitu suatu tempat diantara
Hajar Aswad dan pintu ka’bah.
Berkata Ibnu Abbas, ”Tempat
yang terletak diantara rukun (hajar aswad) dan pintu (ka’bah) tempat menunggu,
tidak seorangpun manusia memohon kepada Allah Ta’alaa kecuali akan dikabulkan
olehNya.”
Ketiga, di bawah pancuran
atau talang emas atau Hijr Isma’il. Suatu tempat berbentuk setengah lingkaran
antara rukun Iraqi dan rukun Syami.
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ الْبَيْتَ هُوَ وَأُسَامَةُ بْنُ زَيْدٍ وَبِلَالٌ وَعُثْمَانُ بْنُ طَلْحَةَ
فَأَغْلَقُوا عَلَيْهِمْ فَلَمَّا فَتَحُوا كُنْتُ فِي أَوَّلِ مَنْ وَلَجَ
فَلَقِيتُ بِلَالًا فَسَأَلْتُهُ هَلْ صَلَّى فِيهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ نَعَمْ صَلَّى بَيْنَ الْعَمُودَيْنِ
الْيَمَانِيَيْنِ[25]
”Rasulullah masuk ke Ka’bah
bersama Usamah bin Zaid, Bilal dan Utsman bin Thalhah. Pintu mereka tutupkan,
dan ketika mereka bukakan kembali, ada orang yang bertanya, apakah Rasululah
sholat di dalamnya, Bilal berkata, ”benar.” Rasulullah SAW melakukan
sholat dalam ruangan ka’bah yakni diantara kedua tiang Yamani.”
Hadits ini dijadikan alasan oleh
para ulama bahwa masuk Ka’bah dan sholat di dalamnya hukumnya sunah. Meskipun
sunah namun tidaklah masuk dalam upacara haji.
Bagi orang yang tidak dapat masuk ke
dalam Ka’bah, disunahkan masuk ke Hijr Isma’il dan sholat disana, karena
sebagian dari Hijr adalah Ka’bah.[26]
يَا رَسُولَ اللَّهِ كُلُّ أَهْلِكَ قَدْ دَخَلَ
الْبَيْتَ غَيْرِي فَقَالَ أَرْسِلِي إِلَى شَيْبَةَ
فَيَفْتَحَ لَكِ الْبَابَ فَأَرْسَلَتْ إِلَيْهِ فَقَالَ شَيْبَةُ مَا
اسْتَطَعْنَا فَتْحَهُ فِي جَاهِلِيَّةٍ وَلَا إِسْلَامٍ بِلَيْلٍ فَقَالَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلِّي فِي الْحِجْرِ فَإِنَّ
قَوْمَكَ اسْتَقْصَرُوا عَنْ بِنَاءِ الْبَيْتِ حِينَ بَنَوْهُ[27]
”Ya Rasulullh, semua keluarga
anda telah pernah masuk ke Baitullah selain dariku.” Kata Aisyah RA.
Nabi menjawab, ”Kirimlah orang
kepada Syaibah (Syaibah bin Utsman bin Thalhah, pemegang kunci Ka’bah) agar
dibukakannya pintu bagimu.” Aisyahpun mengirim orang kepada Syaibah, tetapi
ujarnya, ”Kami tidak bisa membukanya di waktu malam, baik di masa jahiliyah
maupun zaman Islam.” Maka Nabi bersabda, ”Kalau begitu sholatlah di
Hijr, karena ketika membangunnya dahulu, sebagian dari Baitullah itu
ketinggalan oleh kaummu membangunnya.”
Keempat, di dalam
Ka’bah. Dengan dalil sebagaimana telah penulis uraikan pada hadits di atas.
Kelima, di Shofa dan Marwah
atau diantara keduanya.
إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ فَمَنْ حَجَّ الْبَيْتَ
أَوِ اعْتَمَرَ فَلَا جُنَاحَ عَلَيْهِ أَنْ يَطَّوَّفَ بِهِمَا وَمَنْ تَطَوَّعَ
خَيْرًا فَإِنَّ اللَّهَ شَاكِرٌ عَلِيمٌ
“Sesungguhnya Shafaa dan Marwa
adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke
Baitullah atau ber-'umrah, maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara
keduanya. Dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan
hati, maka sesungguhnya Allah Maha Mensyukuri kebaikan lagi
Maha Mengetahui.” (Al Baqarah 2:158).
عَنْ نَافِعٍ أَنَّهُ سَمِعَ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ
وَهُوَ عَلَى الصَّفَا يَدْعُو يَقُولُ اللَّهُمَّ
إِنَّكَ قُلْتَ { ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ }
وَإِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ وَإِنِّي أَسْأَلُكَ
كَمَا هَدَيْتَنِي لِلْإِسْلَامِ أَنْ لَا تَنْزِعَهُ مِنِّي حَتَّى تَتَوَفَّانِي وَأَنَا
مُسْلِمٌ[28]
Dari Nafi’ bahwasanya ia
mendengar Abdullah bin Umar RA ketika di Shofa berdo’a, “Ya Allah Engkau telah
berfirman, “Berdo’alah kepadaKu, maka Aku akan mengabulkan bagi kalian,
“ Dan sekarang aku memohon kepadaMu, sebagaimana Engkau telah menunjuki aku
buat memeluk Islam, agar ia tidak dicabut dariku sampai Engkau mewafatkan aku
sebagai seorang Muslim.”
Do’a lainnya adalah :
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ رَبِّ
اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاهْدِنِي السَّبِيلَ الْأَقْوَمَ[29]
Dari Ummu Salamah, bahwasanya
Rasululah SAW berdo’a, “Ya Allah ampunilah, sayangilah dan tunjukilah aku ke
jalan yang lurus.”
Adalah Abdullah bin Umar apabila berada di lembah pada
saat Sa’i beliau berdo’a,” Ya Allah ampunilah, sayangilah, sesungguhnya
Engkau Maha Perkasa lagi Maha Mulia.”
Kelima, di belakang maqom Ibrahim.
وَإِذْ جَعَلْنَا الْبَيْتَ
مَثَابَةً لِلنَّاسِ وَأَمْنًا وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى
وَعَهِدْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ أَنْ طَهِّرَا بَيْتِيَ
لِلطَّائِفِينَ وَالْعَاكِفِينَ وَالرُّكَّعِ السُّجُودِ
“Dan (ingatlah), ketika Kami
menjadikan rumah itu (Baitullah) tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman. Dan jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim tempat shalat. Dan
telah Kami perintahkan kepada Ibrahim dan
Ismail: "Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang thawaf, yang
i'tikaf, yang ruku' dan
yang sujud". (Al Baqarah 2:125).
عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَمَّا قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ دَخَلَ
الْمَسْجِدَ فَاسْتَلَمَ الْحَجَرَ ثُمَّ مَضَى عَلَى يَمِينِهِ فَرَمَلَ ثَلَاثًا
وَمَشَى أَرْبَعًا ثُمَّ أَتَى الْمَقَامَ فَقَالَ
{ وَاتَّخِذُوا مِنْ مَقَامِ إِبْرَاهِيمَ مُصَلًّى } فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ وَالْمَقَامُ بَيْنَهُ
وَبَيْنَ الْبَيْتِ ثُمَّ أَتَى الْحَجَرَ بَعْدَ الرَّكْعَتَيْنِ فَاسْتَلَمَهُ
ثُمَّ خَرَجَ إِلَى الصَّفَا أَظُنُّهُ قَالَ
{ إِنَّ الصَّفَا وَالْمَرْوَةَ
مِنْ شَعَائِرِ اللَّهِ }[31]
Dari Jabir RA, berkata, maka tatkala
Nabi SAW tiba di Mekah, beliau masuk Masjid kemudian mengusap Hajar Aswad,
kemudian sampai rukun Yamani dan berlari-lari kecil tiga dua empat kali
kemudian mendatangi Maqom Ibrahim dan berkata, “Dan jadikanlah sebahagian maqam
Ibrahim tempat shalat,” maka beliau sholat dua raka’at di Maqam Ibrahim
dibelakang Maqom, kemudian datang ke hajar aswad setelah sholat dua raka’at
maka beliau mengusapnya kemudian keluar ke Shofa dan bersabda
“sesungguhnya Shofa dan Marwah adalah sebagian dari syiar-syiar Allah.”
Keenam, yaitu di belakang Maqom Ibrahim sebagaimana
hadits Imam Turmudzi di atas.
Ketujuh, di sekitar sumur
Zam-Zam.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَاءُ
زَمْزَمَ لِمَا شُرِبَ لَه[32]ُ
Rasulullah SAW bersabda, “(Khasiyat)
air zam-zam ketika diminum peminumnya.”
Kedelapan, di Arofah. Ini adalah puncaknya ibadah haji dan
tidak sah ibadah haji tanpa berdiam di Arafah.
Dari Nabi SAW bahwa, “ Haji adalah
Arafah.”
ثُمَّ أَفِيضُوا مِنْ حَيْثُ أَفَاضَ النَّاسُ وَاسْتَغْفِرُوا اللَّهَ إِنَّ
اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ
“Kemudian bertolaklah kamu dari
tempat bertolaknya orang-orang banyak ('Arafah) dan mohonlah ampun kepada
Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al Baqarah 2:199).
Untuk itulah kita diperintahkan banyak memohon
kepada Allah ketika berada di Arafah. Dan semoga kita suatu saat dapat hadir
disana dalam rangka menunaikan rukun Islam yang kelima. Sehingga kita dapat
berdo’a dengan penuh ikhlash dan khusyu’ kepadaNya.
قَالَتْ عَائِشَةُ إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ يَوْمٍ أَكْثَرَ مِنْ أَنْ يُعْتِقَ اللَّهُ
فِيهِ عَبْدًا مِنْ النَّارِ مِنْ يَوْمِ عَرَفَةَ وَإِنَّهُ لَيَدْنُو ثُمَّ
يُبَاهِي بِهِمْ الْمَلَائِكَةَ فَيَقُولُ مَا أَرَادَ هَؤُلَاءِ[34]
Aisyah RA berkata bahwasanya Rasulullah SAW
bersabda, “Tidak ada hari yang lebih banyak
Allah membebaskan hambaNYa dari api neraka seperti hari arofah.
Sesunggunya Dia mendekat kemudian Dia membanggakan mereka dihadapan para
malaikat, maka Dia berfirman, “Apa yang diinginkan oleh mereka?.”
Selain itu pada semua tempat untuk ritual haji
merupakan tempat yang makbul untuk berdo’a. Seperti di Mudzalifah, Mina dan
tempat jumrah ula, wustha maupun aqabah.
Raudhah
Tempat lainnya adalah di Raudhah. Suatu tempat di
Masjid Nabawi. Yaitu antara mimbar (tempat khutbah Nabi) dengan rumah beliau
(saat ini menjadi tempat makamnya Nabi).
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ مَا بَيْنَ بَيْتِي وَمِنْبَرِي رَوْضَةٌ مِنْ رِيَاضِ الْجَنَّةِ[35]
Dari abu Hurairah RA dari Nabi SAW, beliau bersabda, “Antara
rumahku dan mimbarku ada taman dari taman-taman syurga.”
1.7.
Teks Do’a Obat Kuat
أَخْدُمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا نَزَلَ فَكُنْتُ أَسْمَعُهُ كَثِيرًا يَقُولُ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَالْجُبْنِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ[36]
“Dahulu saya (Anas bin Malik) melayani
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika dia turun (dari kendaraan), dan
saya banyak mendengar beliau mengucapkan: “Ya Allah, aku berlindung kepadaMu
dari rasa gelisah dan sedih, lemah dan malas, pengecut dan kikir, dibebani
hutang (dhala’id dain) dan dikuasai manusia (ghalabatir rijal).”
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ
دَخَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ الْمَسْجِدَ فَإِذَا هُوَ بِرَجُلٍ مِنْ الْأَنْصَارِ
يُقَالُ لَهُ أَبُو أُمَامَةَ فَقَالَ يَا أَبَا أُمَامَةَ مَا لِي أَرَاكَ
جَالِسًا فِي الْمَسْجِدِ فِي غَيْرِ وَقْتِ الصَّلَاةِ قَالَ هُمُومٌ لَزِمَتْنِي
وَدُيُونٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَفَلَا أُعَلِّمُكَ كَلَامًا إِذَا أَنْتَ
قُلْتَهُ أَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمَّكَ وَقَضَى عَنْكَ دَيْنَكَ قَالَ
قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ قُلْ إِذَا أَصْبَحْتَ وَإِذَا أَمْسَيْتَ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ
مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ
بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ قَالَ فَفَعَلْتُ ذَلِكَ فَأَذْهَبَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ هَمِّي وَقَضَى
عَنِّي دَيْنِي[37]
“Dari Abu Sa’id Al Khudri, dia berkata: Pada suatu hari
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masuk ke masjid, saat itu dia bersama
seorang laki-laki dari Anshar yang dipanggil Abu Umamah. Lalu beliau
bersabda: “Wahai Abu Umamah, tidaklah
saya melihat engkau duduk di masjid selain di waktu shalat saja?” Beliau
menjawab: “Saya selalu gelisah dan berhutang ya Rasulullah.”
Lalu Nabi
bersabda: “Maukah kamu saya ajarkan ucapan yang jika engkau katakan Allah ‘Azza
wa Jalla akan hapuskan kegelisahanmu dan melunaskan hutangmu?” Dia menjawab:
“Tentu ya Rasulullah.” Rasulullah bersabda: “Bacalah setiap pagi dan sore: Ya
Allah sesungguhnya saya berlindung kepadaMu dari gelisah dan rasa sedih, dan
aku berlindung kepadaMu dari kelemahan dan kemalasan, dan aku berlindung
kepadaMu dari rasa takut dan pelit, dan aku berlindung kepadaMu dari lilitan
hutang (ghalabatid dain) dan tekanan manusia (qahrir rijaal).” Berkata Abu
Umamah: “Lalu saya lakukan hal itu, maka Allah ‘Azza wa Jalla menghilangkan
kegelisahan dan hutang saya.”
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كَثِيرًا مَا كُنْتُ أَسْمَعُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَدْعُو بِهَؤُلَاءِ الْكَلِمَاتِ اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَالْعَجْزِ
وَالْكَسَلِ وَالْبُخْلِ وَضَلَعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ[38]
“Dari Anas bin Malik RA, dia berkata : Dahulu saya sering
mendengar Nabi Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berdo’a dengan kalimat
“Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari rasa gelisah dan sedih, lemah dan malas,
kikir, dibebani hutang (dhala’id dain) dan dikuasai manusia (ghalabatir
rijal).”
Teks do’a yang paling afdhal (utama) adalah teks
dari Imam Bukhari yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik RA. Sedangkan yang
diriwayatkan oleh Abu Daud dan sebagaimana yang tertera dalam Al Ma’tsurat Imam
Hasan Al Bana oleh sebagian ulama hadits dinilai dha’if. [39]
Namun demikian karena hal ini masuk wilayah keutamaan, maka sebagian ulama
memperbolehkan untuk mengamalkannya.
Selanjutnya hapalkanlah do’a tersebut dan
pahamilah maknanya secara tekstual. Lalu endapkanlah dan masukkanlah dalam
pikiran bawah sadar kita sehingga do’a itu akan terucap secara otomatis dari
waktu ke waktu.
Arab
|
ُ مِنْ
|
بِكَ
|
أَعُوذ
|
إِنِّي
|
اللَّهُمَّ
|
Arti
|
dari
|
dengan-Mu
|
aku berlindung
|
sesunguhnya aku
|
Ya Allah
|
Arab
|
أَعُوذ
|
وَ
|
الْحَزَنِ
|
وَ
|
الْهَمِّ
|
Arti
|
aku berlindung
|
dan
|
sedih
|
dan
|
gelisah
|
Arab
|
الْكَسَلِ
|
وَ
|
الْعَجْزِ
|
ُ مِنْ
|
بِكَ
|
Arti
|
malas
|
dan
|
lemah
|
dari
|
dengan-Mu
|
Arab
|
الْجُبْنِ
|
مِنْ
|
بِكَ
|
أَعُوذُ
|
وَ
|
Arti
|
pengecut
|
dari
|
dengan-Mu
|
aku berlindung
|
dan
|
Arab
|
غَلَبَةِ
|
مِنْ
|
وَأَعُوذُ بِكَ
|
الْبُخْلِ
|
وَ
|
Arti
|
dibebani
|
dari
|
dan aku berlindung denganMu
|
bakhil
|
dan
|
Arab
|
ِ الرِّجَالِ
|
َقَهْر
|
و
|
الدَّيْنِ
|
|
Arti
|
orang
|
dikuasai
|
dan
|
hutang
|
[1]Sunan
Abu Daud 4:278:1264, Sunan Turmudzi
10:229:2895, 11:42:3170, Imam Turmudzi berkata Hasan Shahih, Sunan Ibnu
Majah 11:279:3818, Musnad Imam Ahmad 37:310:17629
[2]Sunan
Turmudzi 11:220:3293, Hadits Gharib, Syaikh Albani berkata : dha’if
[3]
Sunan Abu Daud 4:287:1273, Shahih Ibnu Hiban 4:242:877.
[4]
Sunan Turmudzi 11:491:3497, Hasan Shahih.
[5] Shahih
Bukhari 10:169:2770
[6]
Shahih Muslim 5:192:1686, Sunan Turmudzi 10:249:2915, Musnad Ahmad 17:40:7998
[7]
Sunan Turmudzi 11:468:3479, Hasan Gharib.
[8]
Sunan Abu Daud 4:333:1313, Sunan Turmudzi 7:133:1828, Sunan Ibnu Majah
11:323:3852, Musnad Imam Ahmad 15:238:7197
[9]
Sunan Turmudzi 12:25:3522, hadits hasan,
Shahih Ibnu Hibban 14:356:3497
[10]
Shahih Muslim 13:271:4914
[11]
Shahih Muslim 4:138:1261, 4:315:1077, Shahih Bukhari 19:389:5846, 23:13:6940,
Sunan Abu Daud 4:83:1120, 4108, Sunan Turmudzi
[12]
Shahih Bukhari 23:11:6938, Shahih Muslim 6:18:1945, Sunan Turmudzi 3:236:697.
[13]
Sunan Ibnu Majah 11:305:3840, Musnad Ahmad 51:372:24215, Turmudzi berkata Hasan
Shahih.
[14]
Sunan Abu Daud 7:77:2178, Shahih Ibnu Khuzaimah 2:21:412, Sunan Darimi
3:419:1246
[15]
Sunan Turmudzi 1:359:196, 12:22:3519, Hasan Shahih, Musnad Ahmad 24:301:11755
[16]
Shahih Muslim 3:29:744, Sunan Abu Daud 3:41:741, Musnad Ahmad 19:126:9083
[17]
Sunan Turmudzi 11:404:3421, Hasan
[18]
Sunan Abu Dawud 7:77:2178, Shahih Ibnu Khuzaimah 2:221:412.
[19]Syu’bul Imam Baihaqi 8:396:3717
[20] Sunan
Turmudzi 12:8:3509, Muwatho Imam Malik 2:150:449, 3:298:841, Sunan Kabir
Bayhaqi, Syu’bul Imam Baihaqi
[21]
Sunan Ibnu Majah 9:182:3053, Musnad Ahmad 29:369:14320, Sunan Kabir Baihaqi,
Sunan Daruquthni, Syu’bul Iman Baihaqi
[22]
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 5, PT Al Ma’arif (Bandung :1994), hal. 135.
[23]
Ibid hal. 138, hadits hasan diriwayatkan oleh Baihaqi dari Ibnu Abbas.
[24]
Ibid hal. 161.
[25]
Shahih Muslim 7:19:2362, Shahih Bukhari 6:17:1495
[26]
Ibid hal. 162.
[27]
Musnad Imam Ahmad 49:404:23248
[28]
Muwatho’ Imam Malik 3:127:732
[29]
Musnad Imam Ahmad 54:125:25463.
[30]
Mushonaf Ibnu Abi Syaibah 4:521:460.
[31]
Sunan Turmudzi 3:385:784, hasan shahih
[32]
Sunan Ibnu Majah 9:182:3053, Musnad Ahmad 29:369:14320, Sunan Kabir Baihaqi,
Sunan Daruquthni, Syu’bul Iman Baihaqi
[33]
Sunan Turmudzi 13:56, Musnad Imam Ahmad 38:222:18023, Sunan Ibnu Majah
9:114:3006
[34]
Shahih Muslim 7:70:2402
[35]
Shahih Bukhari 4:386:1121, 6:448:1755, shahih Muslim 7:1442463 dll.
[36]Shahih
Bukhari 10:21:2679, 17:44:5005, 19:451:5886, 19:461:5892, lihat juga Sunan
Nasa’i 16:322:5354, 16:323:5355, 16:327:5358
[37]Sunan
Abu Daud 4:353:1330, Hadits Dha’if
[38] Sunan
Tirmidzi 11:388:3406, beliau berkata Hasan Gharib.
No comments:
Post a Comment