II.3. Hilangnya
Khilafah
Hilangnya khilafah
Islamiyyah merupakan salah satu sebab lahirnya berbagai aliran, organisasi dan
kelompok perjuangan dalam Islam. Hal ini bisa kita lacak dengan lahirnya
berbagai pergerakan Islam. Misalnya Ikhwanul Muslimin di Mesir, Hizbut Tahrir
di Yordania, Syarikat Islam, DI-TII, Persis, Al Irsyad, Muhammadiyah dan
Nahdhatul Ulama di Indonesia, Jami’at Al Islami di Pakistan dan Pan Islamisme
di Dunia Arab.
Sama-sama kita ketahui,
organisasi dan kelompok tersebut memiliki manhaj, aturan, agenda, prioritas dan
ladang dakwah yang berbeda-beda. Ada yang menyibukkan diri dengan penyucian
jiwa, menyibukkan diri dengan fiqih, menyibukkan diri dengan pendidikan,
menyibukkan diri dengan politik, menyibukan diri dengan seni dan olah raga.
Sehingga merupakan hal yang wajar bila dalam aplikasinya terdapat
perbedaan-perbedaan dan mungkin perselisihan-perselisihan dikarenakan
kesalahpahaman. Serta kurangnya informasi dan komunikasi.
Dengan hilangnya khilafah
umat Islam seperti anak ayam kehilangan induknya. Bila ada perbedaan dan
perselisihan, umat tidak punya rujukan yang memiliki otoritas untuk
mendamaikannya. Bila ada permasalahan, kesulitan, gangguan dan ancaman, umat
tidak memiliki kekuatan yang dapat melindungi hak-haknya. Umat hanya bisa
berdo’a dan memohon kepada Allah SWT. Padahal do’a butuh ikhtiar, butuh usaha
dan kekuatan untuk merealisasikannya.
Tanpa khilafah umat kini
terombang-ambing. Bahkan untuk masalah-masalah yang sederhana saja umat masih
sering ”berkelahi”. Misalnya masalah penentuan awal ramadhan dan awal syawal.
Demikian halnya masalah peringatan-peringatan, masalah tawasul[1]
dan tabaruk[2]. Masalah tafwidh[3],
itsbat[4]
dan ta’wil[5]
dalam ayat-ayat mutasyabihat. Apalagi masalah-masalah besar seperti tumpahnya
darah kaum muslimin. Dan timbulnya aliran-aliran sesat dan menyesatkan yang
tumbuh subur di berbagai dunia Islam. Umat tidak berdaya, bahkan cenderung
pasrah.
No comments:
Post a Comment