2.1.
Cinta Kepada Rasulullah
والله لأنت يا رسول الله
أحب إلي من كل شيء إلا من نفسي فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "لا يؤمن أحدكم
حتى أكون أحب إليه من نفسه". فقال عمر: فأنت الآن والله أحب إلي من نفسي. فقال
رسول الله: "الآن يا عمر[1]
Umar RA berkata, ”demi Allah Ya Rasulullah aku mencintai
engkau lebih dari segala sesuatu kecuali terhadap diriku, maka Nabi SAW
bersabda, ”Tidak beriman salah seorang diantara kalian sampai ia lebih
mencintai aku dibandingkan dirinya” , maka Umar berkata, ”Maka sekarang demi
Allah aku lebih mencintai engkau dari pada diriku, maka Rasulullah bersabda,
”Sekarang (baru benar) wahai Umar.”
Berdasarkan surat At Taubah ayat 24 dan hadits tersebut
sangat tegas dan jelas bahwa prioritas cinta kita selanjutnya adalah kepada
Nabi besar Muhammad SAW. Kita harus mendahulukan cinta kepada Nabi dibandingkan
kepada diri kita sendiri. Karena
beliaulah yang menunjukkan ke jalan yang lurus. Yang mengeluarkan manusia dari
alam jahiliyah kepada alam yang terang benderang. Beliau adalah rahmat bagi
semesta alam.
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا
رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
”Dan tidaklah Kami mengutus engkau
(Nabi SAW) kecuali sebagai rahmat bagi semesta alam.” (Al Anbiyaa’ 107).
Senada dengan itu adalah hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dari Abu Hurairah RA.
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَوَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا يُؤْمِنُ
أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ[2]
Artinya, ”Bahwasanya Rasulullah
SAW bersabda, ”Demi jiwaku yang ada di tanganNya, tidaklah beriman salah
seorang diantara kalian hingga aku lebih dicintai dari dirinya, orang tuanya
dan anaknya.”
Pada hadits lain yang diriwayatkan Imam Bukhari ada
tambahan وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
Cinta kepada Nabi SAW bukan hanya
dibibir tapi harus diwujudkan dalam berbagai bentuk amalan. Baik amalan hati,
amalan lisan maupun perbuatan. Yang menurut penulis minimal ada 7 hal yang
harus kita lakukan. Adapun sholawat hanyalah salah satu agian saja dari bukti
cinta kepada Rasulullah.
Pertama
yaitu bersaksi bahwa nabi Muhammad adalah utusan Allah SWT.
وَقَالَ يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِي عَنْ الْإِسْلَامِ فَقَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ وَتُقِيمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ
الْبَيْتَ إِنْ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلًا قَالَ صَدَقْتَ[5]
Berkata (Malaikat Jibril), “Ya Muhammad! Beritahu aku tentang Islam?.”
Rasulullah SAW menjawab : “Islam itu engkau bersaksi tidak ada Tuhan melainkan
Allah dan sesungguhnya Muhammad adalah Rasul Allah, melaksanakan sholat
mengeluarkan zakat, berpuasa ramadhan dan menuanaikan haji ke baitullah jika
engkau mampu.” Laki-laki itu berkata :”Benar.”
Kedua, mengimani Nabi besar Muhammad SAW sebagai nabi
dan rasulNya.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ
ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu
hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan
jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.” (Al Hujuraat 15).
Dalam
haditsnya Nabi bersabda :
قَالَ فَأَخْبِرْنِي عَنْ الْإِيمَانِ قَالَ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ
وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ
خَيْرِهِ وَشَرِّهِ قَالَ صَدَقْتَ
Berkata (Malaikat Jibril), “Ya Muhammad! Beritahu
aku tentang Iman, Nabi menjawab, “Engkau beriman kepada Allah, para
malaikatNya, kitab-kitabNya, para utusanNya, hari akhir dan engkau beriman
kepada ketentuan yang baik maupun yang buruk, Dia (malaikat Jibril) berkata,
”Engka benar.”[6]
Ketiga, mengikuti atau ittiba’
kepada Nabi SAW. Allah SWT berfirman :
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ
اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang. (Ali Imran 31).
Pada saat yang sama
tentu saja menjauhi bid’ah dhalolah. Baik yang terkait dengan aqidah
maupun ibadah.
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ
أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
Dari Aisyah RA, dia berkata, Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa membuat suatu perkara baru dalam urusan kami
ini yang tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak”[7]
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ
رَدٌّ
Dari Aisyah RA bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, ”Barangsiapa
melakukan suatu amalan yang bukan ajaran kami, maka amalan tersebut tertolak.”[8]
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً حَسَنَةً
فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا بَعْدَهُ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ
مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِي الْإِسْلَامِ سُنَّةً سَيِّئَةً كَانَ
عَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا مِنْ بَعْدِهِ مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ
مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَيْءٌ
Nabi SAW bersabda, ”Barang siapa membuat kebiasaan dalam Islam dengan
kebiasaan yang baik maka bagi pahala dan pahala orang yang mengikutinya
setelahnya yang tidak dikurangi pahala mereka sedikitpun juga dan barang siapa
di dalam Islam membuat kebiasaan yang buruk maka baginya dosa orang yang
mengikuti setelahnya yang tidak dikurangi dosa mereka sedikitpun juga.”[9]
Selanjutnya
adalah mentauladani Nabi SAW. Yaitu mencontoh seluruh aspek kehidupan. Baik
dalam masalah iman, ibadah,syareat maupun akhlak. Baik dalam masalah pribadi,
keluarga, bermasyarakat maupun bernegara. Baik dalam diam, bicara hingga
gerak-geriknya.
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآَخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak
menyebut Allah.” (Al Ahzab 21).
Yang kelima
adalah bersholawat kepada beliau. Baik dalam keadaan sempit maupun lapang. Dalam keadaan sedih maupun senang.
Dalam posisi berbaring, duduk maupun berjalan.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
“Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”(Al
Ahzab 33:56).
Imam Ibnu Katsir menampilkan sebuah
hadits tentang fadhilah sholawat kepada Nabi. Diantaranya adalah sholat kita
akan dibalas oleh Allah hingga sepuluh kali.[10]
من صلى عليك من أمتك واحدة،
صلى الله عليه عشر صلوات
“Barang siapa bersholawat kepadamu dari umatmu satu kali,
(maka) Allah bersholawat kepada sepuluh sholawat.” (HR Muslim, Abu
Dawud, Turmudzi, Nasa’i).
Maknanya adalah sepuluh kebaikan atau sepuluh
rahmat atau sepuluh derajat.
Keenam
adalah taat kepada Nabi SAW.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ
وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ
وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
“Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh
kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (An Nisaa’ 58).
Rasulullah
SAW bersabda :
عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: من أطاعني فقد أطاع
الله، ومن أطاع أميري فقد أطاعني، ومن عصاني فقد عصى الله، ومن عصى أميري فقد عصاني
Dari Abu Hurairah berkata, bersabda Rasulullah SAW, “Barang siapa taat
kepadaku maka sungguh ia telah taat kepada Allah, dan barang siapa taat kepada
pemimpin maka sungguh ia telah taat kepadaku, dan barang siapa bermaksiyat
kepadaku, maka sungguh ia telah bermaksiyat kepada Allah, dan barang siapa
bermaksiyat kepada pemimpinnya, maka sungguh ia telah bermaksiyat kepadaku. (HR Ahmad).
Yang terakhir adalah membaca sirah atau sejarah Nabi SAW
beserta para sahabat. Dan kisah para nabi dan rasul lainnya sejak Nabi Adam AS
hingga Nabi Muhammad SAW. Sebab pada kisah-kisah tersebut terdapat pelajaran.
Terdapat hikmah. Terdapat suri tauladan. Yang dapat menjadi pelita dalam
membangun kehidupan yang penuh cinta dan kasih sayang.
َ
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ مَا
كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَى وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ
كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
“Sesungguhnya pada
kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai
akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan
(kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai
petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (Yusuf 111).
Menurut
Imam Thabari[11]
ayat ini berkaitan dengan kisah nabi Yusuf dan saudaranya untuk dapat dijadikan
pelajaran bagi para ulama dan orang-orang yang berakal. Namun mengacu kepada
kaidah ushul fiqih bahwa pelajaran dari suatu ayat itu terletak pada kandungannya
bukan pada sebab yang khusus. Maka ayat ini dapat dijadikan pedoman bagi kita
semuanya untuk mengambil hikmah dan nasehat dari kisah hidup para nabi dan
Rasul. Tak terkecuali tentu kisah abi besar Muhammad SAW.
Untuk maksud
itulah maka para ulama telah menyusun berbagai buku sirah. Baik dalam bentuk
prosa, puisi hingga karya tulis. Semuanya adalah dalam rangka memperkenalkan
Nabi, mulai dari kondisi Qurays saat itu, kelahirannya, kakeknya, ayah
bundangnya, pamannya, perjuangannya, ibadahnya, hijrahnya, peperangannya hingga
wafatnya.
[1] HR Imam Ahmad, lihat Tafsir Ibnu Katsir
4:124
[2]
Shahih Bukhari 1:23:13
[3]
Ibid 1:24:14
[4]
Shahih Muslim 1:155:62
[5] Shahih Muslim : 1:87:9
[6]
Ibid
[7]
Shahih Muslim 9:118:3242
[8]
Shahih Muslim 9:119:3243
[9]
Shahih Muslim 5:198:1691
[10]
Tafsir Ibnu Katsir 6:464
[11]
Tafsir Thabari 16:312
No comments:
Post a Comment