PENGECUT
Selanjutnya Nabi SAW
mengajarkan kepada kita untuk berlindung kepada Allah dari sifat pengecut (Jubni).
Ini termasuk sifat buruk yang wajib kita jauhi. Salah satu caranya yaitu dengan
banyak berdo’a di pagi dan petang hari mohon perlindungan kepada Allah dari
sifat pengecut.
6.1.
Pengertian Pengecut
Pengecut adalah sifat tidak bertanggung jawab,
takut menghadapi realitas, hingga lari dari tugas, kewajiban dan amanah. Tidak
berani mengakui kekurangan, kelemahan hingga kesalahan. Kalau dalam peperangan
maka lari dari musuh karena ketakutan, bukan karena dalam rangka strategi
perang atau menjaga mashlahat dakwah yang lebih besar.
6.2.
Ciri-Ciri Pengecut
Ciri-ciri pengecut antara lain jika diberi
tanggung jawab atau dibebani tugas dakwah ia akan segera kabur. Kadang
pura-pura sakit. Ogah-ogahan hingga malas. Apabila salah ia akan mencari seribu
alasan pembenar. Apabila ada masalah justru ia pergi bukan mencari jalan
keluar. Biasanya suka marah-marah dan mencari kambing hitam. Bila bertemu musuh
kalau tidak lari maka ia pura-pura berbaik hati hingga menjadi pengkhianat dakwah
dengan memberikan berbagai informasi yang merugikan aktifitas dakwah.
Waktu di asrama militer dulu saya pernah lihat
oknum pengecut. Gara-gara takut ditugaskan ke Timor-Timur, oknum ini rela
melukai kakinya hingga berdarah dan bengkak serta kemudian diperban. Padahal
tugas tentara adalah berperang melawan musuh dan mempertahankan negara RI.
Apalagi yang dilawan adalah Fretilin yang kafir, sehingga apabila niatnya
berjihad, maka boleh jadi jika ia wafat akan mendapatkan pahala syuhada.
6.3.
Dampak Pengecut
Dampak pengecut diantaranya adalah hilangnya harga
diri umat Islam. Semakin kuat dan menumbuhkan motivasi musuh untuk
menghancurkan umat Islam. Melemahkan barisan dakwah. Tertundanya banyak tugas,
kewajiban dan amanah. Tidak diketahuinya sumber masalah. Sampai bocornya
rahasia ke tangan musuh. Serta jatuhnya mereka ke dalam perbuatan mabuk-mabukan
dan mengkonsumsi obat-obatan terlarang karena takut menghadapi kenyataan.
6.4.
Mengobati Pengecut
6.4.1. Naqli (Alqur’an dan Sunnah)
Perbuatan Haram
Pertama, pengecut adalah perbuatan haram dan diancam
dengan neraka jahanam, khususnya kalau hal ini dilakukan dalam jihad atau medan
perang.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا زَحْفًا
فَلَا تُوَلُّوهُمُ الْأَدْبَارَ (15) وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ
إِلَّا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ
بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (16)
”15. Hai orang-orang
yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang
menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). 16. Barangsiapa yang
membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat)
perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka
sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Allah, dan
tempatnya ialah neraka Jahannam. Dan amat buruklah tempat kembalinya.” (Al Anfaal 8:15-16).
Lari dari tanggung
jawab
Kedua, Allah melarang kita lari
dari tanggung jawab. Sebaiknya tanggung jawab dan tugas dari Allah tersebut
kita laksanakan dengan sebaik-baiknya. Yaitu dengan cara banyak melakukan
ibadah. Baik ibadah mahdhah yang terkait dengan hubungan kita kepada
Allah seperti sholat, zakat, puasa dan haji. Atau ibadah mutqan seperti
bekerja dan berkarya dalam hidup dan kehidupan ini.
Karena kemanapun kita
menghindar, ujungnya adalah kematian. Lalu untuk apa kita berlari darinya.
Kenapa tidak lebih baik kita hadapi. Tentunya dengan cara taat dan mengikuti
Nabi besar Muhammad SAW.
قُلْ إِنَّ الْمَوْتَ الَّذِي تَفِرُّونَ مِنْهُ
فَإِنَّهُ مُلَاقِيكُمْ ثُمَّ تُرَدُّونَ إِلَى عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ
فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
”Katakanlah: ”Sesungguhnya
kematian yang kamu lari
daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu
akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata,
lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Al Jumu’ah
62:8).
وَجَاءَتْ سَكْرَةُ الْمَوْتِ بِالْحَقِّ ذَلِكَ مَا
كُنْتَ مِنْهُ تَحِيدُ
”Dan datanglah
sakaratul maut dengan sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari daripadanya.” (Qaaf 50:19).
قُلْ لَنْ يَنْفَعَكُمُ الْفِرَارُ إِنْ فَرَرْتُمْ مِنَ الْمَوْتِ أَوِ الْقَتْلِ
وَإِذًا لَا تُمَتَّعُونَ إِلَّا قَلِيلًا
”Katakanlah: ”Lari itu sekali-kali tidaklah
berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan
jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan
kecuali sebentar saja.” (Al Ahzab 33:16).
Menyebabkan Kerugian
Ketiga, sifat pengecut
menyebabkan kerugian, kehinaan dan kehancuran. Sebagaimana hal ini pernah
terjadi pada bangsa Yahudi. Karena mereka takut dengan bangsa Palestina
akhirnya mereka menjadi bangsa yang lemah, terlunta-lunta dan diusir dari
negeri yang satu ke negeri lainnya.
يَا قَوْمِ
ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا
تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ (21) قَالُوا يَا
مُوسَى إِنَّ فِيهَا قَوْمًا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَنْ نَدْخُلَهَا حَتَّى
يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنْ يَخْرُجُوا مِنْهَا فَإِنَّا دَاخِلُونَ (22) قَالَ
رَجُلَانِ مِنَ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمَا ادْخُلُوا
عَلَيْهِمُ الْبَابَ فَإِذَا دَخَلْتُمُوهُ فَإِنَّكُمْ غَالِبُونَ وَعَلَى
اللَّهِ فَتَوَكَّلُوا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (23) قَالُوا يَا مُوسَى إِنَّا
لَنْ نَدْخُلَهَا أَبَدًا مَا دَامُوا فِيهَا فَاذْهَبْ أَنْتَ وَرَبُّكَ
فَقَاتِلَا إِنَّا هَاهُنَا قَاعِدُونَ (24) قَالَ رَبِّ إِنِّي لَا أَمْلِكُ
إِلَّا نَفْسِي وَأَخِي فَافْرُقْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ
(25) قَالَ فَإِنَّهَا مُحَرَّمَةٌ عَلَيْهِمْ أَرْبَعِينَ سَنَةً يَتِيهُونَ فِي
الْأَرْضِ فَلَا تَأْسَ عَلَى الْقَوْمِ الْفَاسِقِينَ (26)
”21. Hai
kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu,
dan janganlah kamu lari
kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang
merugi.”
22. Mereka berkata: ”Hai
Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa,
sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka ke luar
daripadanya. Jika mereka ke luar daripadanya, pasti kami akan memasukinya.”
23. Berkatalah dua
orang diantara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi
nikmat atas keduanya: ”Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu,
maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah
hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman.
24. Mereka berkata: ”Hai
Musa, kami sekali sekali tidak akan memasukinya selama-lamanya, selagi mereka
ada didalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu, dan berperanglah kamu
berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti disini saja.”
25. Berkata Musa: ”Ya
Tuhanku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu
pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasik itu.”
26. Allah berfirman: ”(Jika
demikian), maka sesungguhnya negeri itu diharamkan atas mereka selama empat
puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi
(padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib)
orang-orang yang fasik itu.” ( Al Maa’idah 5:21-26).
Sifat Syetan
Keempat, sifat pengecut merupakan
sifat syetan. Karena pekerjaannya menggoda dan mengganggu manusia dengan cara
bersembunyi. Tidak berani berhadap-hadapan. Apalagi menampakkan diri dengan
cara berduel melawan manusia yang dijahatinya.
مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4) الَّذِي
يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
”4. Dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi 5. yang membisikkan (kejahatan) ke
dalam dada manusia 6. dari (golongan) jin dan manusia.” (An Naas 114:4-6).
Sifatnya Abdullah bin
Ubay
Kelima, pengecut adalah sifat
orang munafik. Sifatnya Abdullah bin Ubay bin Sahul beserta kawan-kawannya.
Jika di depan nabi ia berlaku baik, namun bila bersama Yahudi atau musuh Allah
ia mengaku hanya mengolok-olok nabi dan sahabatnya.
وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا
وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ
مُسْتَهْزِئُونَ
”Dan bila mereka
berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: ”Kami telah
beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan: ”Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok.”(Al Baqarah 2:14).
Cari Teman Yang Shalih
Carilah teman yang shalih.
Teman yang pemberani. Teman yang tabah dan sabar. Teman yang mampu memberikan
nasehat dalam ketakwaan. Karena seseorang itu sangat tergantung kepaad siapa ia
berteman. Berteman dengan pengecut mak ia akan menjadi pengecut. Berteman
dengan penjual minyak wangi maka akan ketularan wangi.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الرَّجُلُ عَلَى
دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ
يُخَالِلُ[1]
Dari Abu Hurairah
bahwasanya Nabi SAW bersabda, ”Seseorang itu menurut agama temannya, maka
hendaklah salah seorang diantara kalian melihat siapa yang ia jadikan teman.”
6.4.2. Aqli (Akal, Ilmiyah dan Kisah)
Akhir Hidup Pengecut
Orang-orang yang berakal sehat
dan berjiwa bersih tidak suka dengan para pengecut apalagi pengkhianat. Karena
itu para pengecut biasanya disingkirkan dari kehidupan pada umumnya. Banyak
orang yang tidak suka kepadanya. Sebagaimana Sengkuni atau Durna yang berjiwa
pengecut. Sepanjang sejarah mereka dibenci oleh kawan maupun lawan.
Dalam perang sering kita
temukan orang berperilaku seperti ini. Ketika bermanfaat bagi musuh ia
dipelihara dan disanjung-sanjung. Tapi setelah tidak berguna maka ia akan
disingkirkan dan dibunuh oleh orang yang selama ini dibela dan diberikan
bocoran informasi.
Belajar Dari Sahabat Nabi
Kita dapat belajar dari khalifah
Ali Bin Abi Thalib. Meskipun hidupnya pas-pasan, beliau tetap istiqamah dalam
keimanan dan keislaman. Coba bandingkan dengan orang-orang zaman sekarang.
Karena hidup fakir sebagian berpindah agama. Sebagian menjadi pelacur dan
sebagian bekerja di klub-klub malam.
Lihat pula pahlawan perang
Uhud Mushaib bin Umair. Meskipun lahir dari keluarga kaya raya dan bangsawan
tapi beliau rela hidup sederhana untuk dakwah Islam.
Bahkan beliau rela
mempersembahkan nyawa bagi kejayaan Islam. Dengan jiwa ksatria beliau menjadi
komandan perang dalam perang Uhud. Meskipun tangannya satu demi satu putus
dibabat pedang musuh, beliau tetap maju menerjang musuh. Hingga akhirnya beliau
syahid di medan laga, setelah dadanya tertembus pedang.
Lihat pula Khubaib bin Adi. Beliau
dengan penuh pengorbanan rela disalib, disiksa dan diiris-iris tubuhnya oleh
musyrikin Qurays hingga menemui Allah SWT. Padahal jika mau ia dapat berkhianat
dengan bergabung bersama orang kafir. Tapi beliau lebih memilih mencintai Allah
dan RasulNya.
Atau Bilal bin Rabah. Beliau
memilih dibakar di padang pasir yang sangat terik membakar tubuh, ditindih batu
dan dipukuli majikannya dari pada kembali kepada ajaran jahiliyah. ”Ahad...
ahad...ahad...” Demikian kata-katanya yang monumental dan menjadi saksi
syahadatnya terhadap keesaan Allah SWT.
Atau keluarga Yasir RA. Beliau
bersama istrinya tercinta, Sumayyah RA dihukum mati oleh musyrikin Qurays
karena keteguhannya memeluk ajaran Islam. Mereka adalah para syuhada pertama
dalam dakwah Nabi. Mereka dibunuh secara keji dan biadab oleh penyembah
berhala. Sumayyah ditombak dari kepala hingga tembus kemaluannya. Semoga kelak
Allah membalas perbuatan orang-orang jahiliyyah itu dengan balasan yang
berlipat ganda. Dan untuk yasir beserta keluarga telah dijanjikan oleh Nabi
dengan syurga. Semoga mereka berdua hidup damai bahagia dalam taman dari taman
syurga di alam kuburnya.
Belajar dari Para Ulama
Abu Hanifah pernah ditawari
jabatan sebagai Qadhi. Namun beliau menolaknya meskipun harus dipenjara. Tapi
beliau pantang menyerah dan tunduk kepada penguasa.
Beliau dicambuk seratus kali
setiap hari hingga meninggal dunia dalam penjara. Sikap khalifah Abu Ja’far Al
Manshur ini hampir-hampir saja menimbulkan pemberontakan karena sikapnya yang
sangat keterlaluan.
Namun sebelum beliau wafat, ia
telah menjelaskan sikapnya.”Apa-apa yang datang dari Allah dan Rasul maka
akan saya junjung di atas kepala sambilmemejamkan mata. Apa-apa yang datang
dari sahabat-sahabat nabi boleh dipikirkan dulu, akan tetapi apa yang datang
selain dari mereka, maka mereka itu adalah lak-laki dan saya adalah laki-laki
(Hum rijal wa ana rijal).
Orang bisa menahan badan
beliau dalam penjara dan memukulnya sepuas-puasnya, tapi mereka tidak bisa
menahan, memenjarakan hati dan jiwa besarnya yang senantiasa memancarkan iman.
Ketika paman khalifah,
Abdurrahman bin Ali bin Abbas menganjurkan kepada khalifah untuk menebus
pukulan cambuk itu, sebelum meninggalnya Imam Abu Hanifah berkata, ”Inilah
ulama Irak, ulama orang Timur.”
Maka khalifah memerintahkan
supaya memberikan uang sebanyak 30.000 dirham, seribu dirham untuk sekali
cambuk. Tatkala uang itu diserahkan kepada beliau, beliau menolaknya. Tatkala
ada yang menganjurkan supaya uang itu disedekahkan saja, maka beliau menjawab,
”Apakah mereka yang berkuasa mempunyai uang yang halal?.”[2]
Luar biasa ketegaran beliau.
Meskipun dihadapan penguasa dan nyawanya menjadi taruhan, namun beliau tetap
kokoh dalam keimanan danketakwaan. Beliau tidak lari, mengemis, minta ampun,
surut, apalagi mencari muka untuk mendapatkan ampunan dari raja.
Keberanian lainnya ditunjukkan
oleh Imam Malik. Imam kota Medinah. Penulis kitab hadits terkenal Al Muwatho.
Yaitu tatkala Khalifah Harun Al Rasyid meminta beliau untuk datang ke istananya
mengajarkan kitabnya tersebut, dengan jiwa pemberani beliau berkata, ”Sampaikanlah
kepada Khalifah bahwa ilmu itu didatangi bukan ilmu yang mendatangi.”
Akhirnya Khalifah datang ke
majelis ilmu beliau dan minta duduk di kursi. Maka Imam Malik berkata, ”Kursi
itu untuk pengajar, bila engkau mau belajar, maka duduklah di bawah bersama
siswa lainnya.” Khalifahpun duduk di bawah bersama-sama jama’ah pengajian
lainnya.[3]
Demikian halnya Imam Ahmad
yang rela dihukum cambuk oleh penguasa karena teguh dalam mempertahankan
Alqur’an. Padahal pada saat itu berkembang aliran yang menyatakan Alqur’an
adalah makhluk, yang diikuti raja dan bangsawannya. Tapi beliau tetap gigih
menyatakan bahwa Alqur’an bukan makhluk tapi kalamullah. Sebab jika
beliau bergeser sedikit saja maka ini akan menjadi pintu hancurnya Alqur’an. Dan tentu saja ajaran Islam. Karena jika
Alqur’an makhluk maka ia akan punya sifat salah dan lupa. Jika ini yang terjadi
maka orang tidak akan percaya kepada Alqur’an yang dinilai memiliki sifat
salah.
Demikian pula yang terjadi
pada diri Imam Syafi’i. Beliau pernah ditangkap karena dituduh bersekongkol
dengan kaum ’alawiyyin. Namun berkat kecerdikan dan keberaniannya akhirnya
beliau lolos dari hukuman mati. Jika tidak cerdik dan pengecut boleh jadi
nasibnya akan sama dengan para pemberoontah ’alawiyyin yang dihukum mati.
Lalu Imam Ibnu Taymiyah dan
Imam Ibnul Qayyim. Demi mempertahankan pendiriannya beliau rela hidup dalam
penjara. Bahkan beliau tidak sempat menikah karena bolak-balik masuk penjara.
Belajar Dari Pahlawan
Nasional
Agar jiwa pengecut kita hilang,
perlu kiranya kita belajar dari sejarah hidup para pahlawan nasional. Mulai
dari Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Cut Nyak Din, Imam Bonjol hingga KH Agus Salim dan M. Natsyir. Mereka semua teguh
berjuang demi bangsa ini hingga akhir hayatnya. Khusus untuk M. Natsyir beliau
tetap gigih mempertahankan akidah umat dari rongrongan gerakan pemurtadan. Bahkan
di saat beliau akan wafat hadir pendeta untuk memurtadkan beliau, tapi beliau tetap
gigih mempertahankan agamanya, sampai keluarganya datang untuk mendampingi
beliau menghadap Rabbnya.
Belajar Dari Hewan
Banyak hewan yang memiliki
sifat setia kepada majikannya. Contohnya anjing ia sangat setia dan tidak mau
berkhianat kepada majikannya. Bahkan ada anjing yang rela mati bersama
majikannya.
Begitupun macan. Tidak ada
macan atau singa yang makan anaknya. Bandingkan dengan manusia. Ia rela
membunuh anak-anaknya karena takut miskin demi lari dari tanggung jawab. Bahkan
rela membunuh pasangannya karena ada wanita atau pria idaman lain.
Karena takut ketahuan telah
mengandung, banyak remaja putri yang menggugurkan kandungannya (aborsi). Coba
lihat kehidupan binatang,. Adakah mereka membunuh anaknya yang masih dalam
kandungan?
Ke Pskiater
Pengecut adalah penyakit
jiwa. Untuk itu perlu pergi ke psikiater
guna melihat sifat tersebut serta mencari solusinya. Karena jika dibiarkan
penyakit ini sangat berbahaya dan kadang tidak disadari oleh pelakunya. Untuk
itu keluarganya perlu memperhatikan masalah ini dengan seksama.
No comments:
Post a Comment