BUAH IKHLASH
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa
seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Al Kahfi 110)
Pengantar
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Harairah, RA,
Rasulullah bersabda :
“Sesungguhnya manusia pertama yang akan diadili oleh
Allah SWT adalah seorang yang mati syahid, kemudian ia didatangi dan diingatkan
tentang nikmat Allah kepadanya sehingga ia mengingatnya, Allah SWT bertanya :
“Untuk apa engkau pakai nikmat-KU ? “; ia menjawab :” Aku berperang di jalan-MU
hingga aku mati syahid.” Allah berkata :”Engkau telah berdusta, engkau bukan berperang
di jalan-KU tetapi engkau berperang biar dikatakan pemeberani. Dan sebutan itu telah engkau peroleh,
kemudian Allah memerintahkannya agar diseret mukanya dan dilemparkan ke dalam
neraka.
Kemudian giliran orang yang mempelajari ilmu
pengetahuan dan mengajarkannya serta membaca Alqur’an. kemudian ia didatangi
dan diingatkan tentang nikmat Allah kepadanya sehingga ia mengingatnya, Allah
SWT bertanya : “Untuk apa engkau pakai nikmat-KU ? “; ia menjawab :”Aku
menggunakannya untuk mempelajari ilmu dan mengajarkannya kepada orang lain,
kemudian aku membaca Qur’an karena-MU. Allah berfirman :”Engka telah berdusta.
Engkau belajar agar dikatakan orang sebagai qari’, Dan sebutan itu telah engkau
peroleh, kemudian Allah memerintahkannya agar diseret mukanya dan dilemparkan
ke dalam neraka.
Kemudian giliran orang yang diberi keluasan harta
oleh Allah SWT, kemudian ia didatangi dan diingatkan tentang nikmat Allah
kepadanya sehingga ia mengingatnya, Allah SWT bertanya : “Untuk apa engkau
pakai nikmat-KU ? “; ia menjawab :”Aku tidak meninggalkan sesuatu kecuali yang
Engkau sukai yaitu dengan menginfakkan karena-MU, Allah SWT berkata : Engkau
telah berdusta, engkau melakukan itu agar disebut dermawan. Dan sebutan itu
telah engkau peroleh, kemudian Allah memerintahkannya agar diseret mukanya dan
dilemparkan ke dalam neraka.
Pengertian
IKHLASH
Secara lughah Ikhlash berasal dari kata khalasho, yakhlushu, khuluushon
yang berarti bersih tidak bercampur. Atau khaalishun
yang berarti bersih-murini.
Secara istilah, Qardhawi menyatakan ikhlash adalah
menghendaki keridhaan Allah dalam beramal, membersihkannya dari noda individual
dan duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali karena Allah
dan akherat. (DR. Yusuf Al Qardawi : Niat dan Ikhlash hal. 17).
Fudhail bin Iyadh menyatakan ikhlash adalah beramal
karena Allah (Ibnul Qayyim : Madarijus Salikin hal. 323).
Ikhlash berarti juga
samanya amalan antara lahir dan batin. Atau lupa memperhatian makhluk kerena senantiasa
memperhatikan Al Khaliq. Sebagian ahli tasawuf menyatakan ikhlash adalah anda
tidak mencari saksi terhadap amal anda selain dari pada Allah dan tidak mencari
balasan selain dari pada-NYA (Ibnul Qayyim hal 326).
Dari pengertian tersebut
ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi :
·
Ruang lingkup ikhlash adalah dalam semua amal, baik
ibadah ataupun muamalah.
·
Tujuannya adalah untuk Allah atau akherat
·
Tidak
ada ikhlash tanpa ilmu dan iman.
·
Jangan
menjadikan ikhlash sebagai penghalang untuk beramal
Buah
Ikhlash
Ikhlash merupakan salah satu syarat sahnya amal. Karena tanpa keikhlasan
amal akan sia-sia.
·
Memberikan ketenangan jiwa
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah,
Rasullullah bersabda :
“Barangsiapa dunia merupakan
tujuannya, maka Allah memecah belah urusannya dan menjadikan kemiskinan ada di
depan matanya. Dan tidak mendapatkan dunia kecuali yang telah ditetapkan
baginya. Dan barangsiapa yang aherat merupakan tujuannya, maka Allah menghimpun
urusannya, menjadikan kecukupan ada di dalam hatinya”
Orang yang tidak ikhlash
seperti orang yang minum air laut, tidak pernah merasa cukup dan selalu kehausan. Ia berusaha mati-matian untuk memperoleh
dunia dengan segala cara serta tipu daya.
·
Memberikan kekuatan Ruhaniyah
“Tatkala Allah menciptakan
bumi, maka bumipun bergetar. Lalu Allah menciptakan gunung, dan kekuatan
diberikan kepadanya, yang ternyata ia diam. Maka malaikatpun heran dengan
penciptaan gunung tersebut. Mereka
bertanya :”Ya Rabbi adakah sesuatu yang lebih kuat daripada gunung?”; Allah
menjawab :”Ada
yaitu besi.” Mereka bertanya :”Ya Rabbi adakah sesuatu yang lebih kuat daripada
besi?”; Allah menjawab :”Ada
yaitu api.” Mereka bertanya :”Ya Rabbi adakah sesuatu yang lebih kuat daripada
api?”; Allah menjawab :”Ada
yaitu air.” Mereka bertanya :”Ya Rabbi adakah sesuatu yang lebih kuat daripada
air?”; Allah menjawab :”Ada
yaitu angin.” Mereka bertanya :”Adakah sesuatu dalam penciptaan-MU yang lebih kuat daripada angin?”; Allah
menjawab :”Ada
yaitu anak Adam yang mengeluarkan sedekah dengan tangan kanannya sedang tangan
kirinya tidak mengetahui” (HR At Tirmidzi dan Imam Ahmad).
Dalam kitab Ihya Ulumuddin
diceritakan bahwa ada seorang ahli ibadah yang sangat taat kepada Allah SWT.
Suatu hari ia mendengar kabar ada sebuah pohon yang disembah oleh banyak orang.
Untuk itu ia akan menebang
pohon tersebut agar tidak menjadi sumber kemusyrikan. Tapi ditengah jalan ia
dihadang Iblis. Dan terjadilah perkelahian. Akhirnya Iblis tersebut kalah.
Tapi Iblis ternyata licik.
Dengan tipu muslihatnya Iblis menawarkan akan memberikan dinar dibawah
bantalnya setiap hari, jika ahli ibadah tersebut mengurungkan niatnya menebang
pohon. Sehingga ia dapat memberikan sedekah kepada fakir-miskin. Sebab menebang pohon itu tidak ada manfaatnya
karena orang-orang dapat menyembah pohon yang lain.
Akhirnya luluh juga hati ahli
ibadah dan ia pulang ke rumah. Selama beberapa hari ia menerima uang dinar. Tapi pada
suatu hari ia terkejut karena tidak mendapati dinar lagi dibawah bantalnya. Ia
bersabar beberapa hari.
Seteleh terbukti iblis ingkar janji iapun pergi membawa kapak untuk
menebang pohon. Ditengah jalan ia
dihadang oleh Iblis dan terjadilah perkelahian. Ternyata Iblis mampu
mengalahkannya dengan mudah.
Iapun terkejut dan bertanya kepada Iblis kenapa Iblis dapat
mengalahkannya. Iblis menjawab : “Saat pertama engkau ingin menebang pohon,
kemarahanmu karena cinta kepada Allah SWT tapi kini kemarahanmu karena engkau
tidak mendapati dinar.”
·
Konsisten Dalam Amal
Contohnya Rasulullah meskipun
ditinggalkan Paman dan istri tecinta Khadijah, dimusuhi ketika hijrah ke Thaif,
tapi beliau tetap tegar di jalan Allah untuk terus menerus mengumandangkan
kalimat tauhid ke seluruh jazirah Arab.
Berbeda
dengan kita. Kita semangat ketika teman lain semangat. Kita lemah ketika
melihat teman lainnya lemah. Sedangkan mukhlishiin sejati tidak. Ia tetap tegar
dalam kondisi apapun juga. Baik senang maupun susah.
Sebagian
orang shalih berkata : ‘Segala sesuatu yang dilakukan karena Allah akan abadi
dan berkesinambungan, sedangkan yang
dilakukan selain karena Alalh akan terputus dan bercerai berai” (Al Qaradhawi
151).
·
Merubah
yang mubah menjadi ibadah
قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (162) لَا شَرِيكَ لَهُ وَبِذَلِكَ أُمِرْتُ وَأَنَا أَوَّلُ الْمُسْلِمِينَ (163)
“Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku,
ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. Tiada sekutu bagiNya; dan demikian Itulah yang
diperintahkan kepadaku dan Aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri
(kepada Allah)". (Al An’am 162-163)
Rasulullah bersabda
:”Sesungguhnya tidaklah engkau mengeluarkan nafkah seraya mencari keridhaan
Allah melainkan engkau akan diberi pahala, termasuk pula satu suapan yang
engkau letakkan dimulut istrimu,” (Muttafaq Alaihi).
·
Tetap
Memperoleh Pahala Amal Meskipun belum Melaksanakan
وَمَنْ يُهَاجِرْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يَجِدْ فِي الْأَرْضِ مُرَاغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً وَمَنْ يَخْرُجْ مِنْ بَيْتِهِ مُهَاجِرًا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ يُدْرِكْهُ الْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
“Barangsiapa berhijrah di
jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi Ini tempat hijrah yang luas
dan rezki yang banyak. barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah
kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke
tempat yang dituju), Maka sungguh Telah tetap pahalanya di sisi Allah. dan
adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (An Nisaa 100)
“Barangsiapa yang
bersungguh-sungguh meminta mati syahid kepada Allah, maka Allah
menghantarkannya kepada kedudukan orang yang mati syahid, sekalipun ia mati di
atas tempat tidurnya” (HR Muslim)
Dalam riwayat Muslim yang lain
dinyatakan “sekalipun ia tidak benar-benar mati syahid”
Annasai, Ibnu Hibban, Al hakim
dan Ibnu Majah meriwayatakan, Rasulullah bersabda :
“Barang siapa menghampiri
tempat tidurnya, sedang ia berniat hendak bangun untuk shalat malam, namun
tertidur hingga pagi hari, maka ditetapkan baginya seperti yang diniatkannya
dan hal tersebut merupakan sedekah dari Allah kepadanya”
Riya dan Sum’ah
Ada dua hal yang
mencemari keihklasan yaitu riya dan sum’ah. Riya berasal dari kata ru’yah yang
berarti menampakkan amal agar dilihat manusia. (Dr. Sayyid M. Nuh hal. 175). Sedangkan DR. Abdullah Nashih Ulwan
mengartikanya dengan tuntutan kepada suatu kedudukan atau keagungan disisi
manusia melalui amalan akherat. Allah
berfirman :
) الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ (6) وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ (7)
“Orang-orang yang berbuat riya[1603], Dan enggan
(menolong dengan) barang berguna[1604]” (Al Maa’uun ayat 6-7)
[1603] riya
ialah melakukan sesuatu amal perbuatan tidak untuk mencari keridhaan Allah akan
tetapi untuk mencari pujian atau kemasyhuran di masyarakat.
[1604]
sebagian Mufassirin mengartikan: enggan membayar zakat.
Rasulullah menamakan hal ini sebagai syirik kecil (ashgar)
atau syirik khafi (yang tersembunyi). Rasulullah bersabda :
“Saya sangat khawatir terhadap umatku akan tertimpa dua
hal yaitu perbuatan syirik dan syhwat yang samar. Kemudian ada yang bertanya “
Ya Rasulullah, apakah umatmu akan melakukan perbuatan syirik setelah masa anda?
Rasulullah menjawab : “Benar tetapi mereka tidaklah menyembah matahari dan
bulan serta tidak menyembah batu dan berhala, tetapi mereka melakukan riya
dalam amal mereka. Adapun syahawat yang samar adalah seseorang melakukan ibadah
puasa kemudian disuguhkan kepadanya apa yang disenanginya lalu ia meninggalkan
puasanya itu” (HR Ahmad)
“Barang siapa yang mengharapkan pahala dari Allah ,
maka Alah akan memberinya pahala, dan barangsiapa yang berbuat riya, maka Allah
tidak akan memberinya pahala” (HR Bukhari)
إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah,
dan Allah akan membalas tipuan mereka[364]. dan apabila mereka berdiri untuk
shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya[365] (dengan shalat)
di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit
sekali[366]” (An-Nisaa 142)
[365] riya
ialah: melakukan sesuatu amal tidak untuk keridhaan Allah tetapi untuk mencari
pujian atau popularitas di masyarakat.
[366]
Maksudnya: mereka sembahyang hanyalah sekali-sekali saja, yaitu bila
mereka berada di hadapan orang.
Sedangkan sum’ah adalah menampakan amal kepada
manusia yang sebelumnya mereka tidak mengetahuinya. Jadi pada mulanya mungkin ikhlash,
tapi kemudian dipamerkan di hadapan manusia.
Semoga kita termasuk orang-orang yang ikhlash karena
Allah. Untuk itulah mari kita sering2 bertaubat dan mohon ampun kepadaNYA.
No comments:
Post a Comment