Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Wednesday 29 May 2013

Pembagian hadits

Secara garis besar hadits dibagi menjadi dua. Yaitu hadits maqbul dan mardud. Hadits maqbul adalah hadits yang dapat diterima sebagai hujjah atau dalil dalam beragama.
Hadits maqbul dibagi lagi menjadi dua yaitu hadits yang mutawatir dan hadits ahad.
Hadits Mutawatir
Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh sejumlah perawi yang tidak mungkin berdusta karena banyaknya perawi yang meriwayatkannya.
Sebagian muhadits menyatakan pada setiap thabaqat (kelompok sahabat, tabi’in, tabi’ tabi’in dan penulis kitab hadits)  masing-masing minimal ada sepuluh orang yang meriwayatkannya. Ada juga yang menyatakan 12 orang, lima orang atau empat orang.
Hadits mutawatir pasti shahih, bahkan kedudukannya bisa setara dengan Alqur’an. Namun jumlah hadits ini tidak banyak dan sebagian ulama juga berbeda dalam menilai suatu hadits itu masuk kategori mutawatir atau ahad.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  قَا لَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ
“Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda : Barang siapa berdusta dengan sengaja terhadapku maka dia telah mempersiapkan tempat duduknya dari apai neraka”(Shahih Muslim 1:12).
Menurut para ulama, hadits tersebut mutawatir karena diriwayatkan oleh lebih dari 70 sahabat RA.
Hadits Ahad
Adapun hadits ahad adalah hadits yang tidak sampai derajat mutawatir. Sebagian besar dalil-dalil agama menggunakan hadits ahad sebagai hujjah atau dalil.
Secara garis besar hadits ahad terbagi menjadi tiga. Yaitu hadits shahih, hasan dan dha’if.
Hadits shahih adalah hadits yang diriwayatkan oleh orang yang jujur dan kuat hafalannya serta sanadnya tidak terputus. Kecuali pada hadits-hadits yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari dan Imam Muslim. Meskipun ada beberapa sanadnya yang terputus, namun para muhaditsin (ahli hadits) tetap menshahihkannya.
Hadits ahad yang diriwayatkan oleh tiga orang atau lebih  disebut hadits masyhur. Jika hanya dua orang disebut aziz. Kalau hanya satu orang disebut gharib. Contoh hadits shahih.
قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: إنما الأعمال بالنيات، وإنما لكل امريءٍ ما نوى فمن كانت هجرته إلى الله ورسوله فهجرته إلى الله ورسوله، ومن كانت هجرته لدنيا يصيبها، أو امرأةٍ ينكحها فهجرته إلى ما هاجر إليه
Berkata Umar RA, aku telah mendengar Rasulullah SAW berkata : Bahwasanya amal itu tergantung niat, dan setiap urusan tergantung apa-apa yang diniatkannya, maka barang siapa berhijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah untuk Allah dan Rasul-Nya, dan barang siapa berhijrah karena dunia yang dicarinya dan wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya adalah untuk (hal tersebut).” (HR Bukhari-Muslim).
Hadits Hasan
Adapun hadits hasan adalah hadits yang kedudukannya dibawah hadits shahih. Kedudukannya turun dikarenakan ada perawinya yang hafalannya kurang kuat. Namun masih memiliki sifat adil, jujur dan amanah.
Dalam masalah ini Imam Tirmidzi memiliki istilah tersendiri yaitu hadits hasan shahih. Maksudnya Karena hadits tersebut memiliki dua sanad. Yang satu sanadnya shahih dan yang satunya lagi hasan. Contohnya :
وعن جابرٍ رضي الله عنه قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: أفضل الذكر: لا إله إلا الله.
رواه الترمذي وقال: حديثٌ حسنٌ.
Dari Jabir Ra berkata : aku mendengar Rasulullah Saw bersabda : Sebaik-baik dzikir adalah LAA ILAAHA ILLALLAAH (Hr Tirmidzi beliau berkata hadits hasan).
Hadits Dha’if (Lemah)
Sedangkan hadits dha’if atau hadits lemah adalah hadits yang tidak memiliki syarat-syarat sebagai hadits shahih atau hasan. Misalnya perawinya memiliki cacat dalam hal keadilan namun tidak terlalu parah. Misalnya perawinya merokok. Suka main catur. Senang melakukan perbuatan yang kurang bermanfaat seperti banyak ngobrol dll.
Hadits dha’if tidak bisa dipakai dalil dalam beragama yaitu dalam masalah aqidah dan penetapan sebuah hukum halal-haram. Kecuali dalam masalah-masalah fadha’ilul ‘amal (keutamaan dalam beramal). Mohon dibedakan dengan membuat amalan baru. Jadi hanya untuk targhib wa tarhib (pemberi kabar gembira dan peringatan).
Sebagian ulama masih menggunakan hadits dha’if. Semisal Imam Nawawi dalam kitabnya Al Adzkar. Atau Imam Bukhari dalam ‘Adabul Mufrad. Tolong dibedakan dengan shahih Bukhari (karena yang ini pasti shahih). Syaikh Albani telah melakukan penelitian terhadap kitab tersebut dan memisahkannya menjadi dua buku. Yaitu Shahih ‘Adabul Mufrad dan Dha’if ‘ Adabul Mufrad.
Hadits dha’if fungsinya hanya sebagai motivasi atau penyemangat. Misalnya sunnahnya membaca Ayat Kursi ditetapkan dalam hadits shahih. Tapi kemudian datang hadits-hadits dha’if lainnya yang memperkuatnya maka hal ini tidak masalah. Bisa juga hadits dha’if digunakan sebagai penambah dalil bagi ayat Alqur’an yang telah qath’i (pasti) hukumnya.
Lain halnya jika tidak ada amalan ibadah yang ditetapkan hukumnya dalam Alqur’an atau hadits shahih atau hasan, maka hadits dha’if tidak bisa digunakan sebagai dalil dalam beramal. Artinya ia tidak bisa berdiri sendiri sebagai hujjah bagi amalan-amalan ibadah. Contoh hadits dha’if.
 الْمَاءُ طَهُورٌ لَا يُنَجِّسُهُ شَيْءٌ إلَّا مَا غَلَبَ عَلَى رِيحِهِ وَطَعْمِهِ وَلَوْنِهِ

Air itu akan tetap mensucikan dan tidak menjadi najis kecuali sesuatu itu telah merubah bau, rasa dan warnanya “ (HR Ibnu Majah). Imam Ibnu Hajar berkata hadits ini dha’if.
Hadits Maudhu’ (Palsu)
Hadits mardud adalah hadits yang ditolak. karena itu tidak dapat digunakan sebagai hujjah dalam beragama. Sebenarnya dia bukan hadits. Namun ini hanya untuk memudahkan pembagiannya saja.
Hadits ini terdiri dari hadits dha’if jiddan (sangat lemah) dan hadits maudhu’ (palsu). Hadits ini memiliki banyak istilah misalnya matruk yaitu ditinggalkan. Munkar. Mudhtharib (goncang). Dll.
 " اعمل لدنياك كأنك تعيش أبدا ، و اعمل لآخرتك كأنك تموت غدا "
Berbuatlah untuk duniamu seolah-olah hidup selama-lamanya dan beramallah untuk akheratmu seolah-olah mati besok pagi
Ini bukan hadits hanya pepatah. Sehingga khatib atau muballigh harus menjelaskannya. Dan berhati-hati dengan hadits yang tidak jelas asal-usulnya.
من أذنب و هو يضحك دخل النار و هو يبكي
Barang siapa melakukan kesalahan dan dia tertawa maka masuk neraka dan dia akan menangis” Syaikh Albani berkata hadits ini palsu.
Raja’naa minal jihaadil ashgari ilal jihaadil akbar : Jihaadin nafsi. (Kami kembali dari jihad yang kecil/peperangan menuju jihad yang besar yaitu memerangi hawa nafsu).
Menurut ahli hadits Imam Ibnu Hajar itu bukan hadits.  Tapi hanya perkataan Ibrahim bin Ailah. Tapi oleh sebagian muballigh terlanjur ditempatkan seperti hadits.
" الدنيا حرام على أهل الآخرة ، و الآخرة حرام على أهل الدنيا ، و الدنيا
و الآخرة حرام على أهل الله " .
Dunia haram bagi ahli akherat dan akherat haram bagi ahli dunia serta dunia dan akherat haram bagi ahli Allah.” Syaikh Albani berkata hadits ini palsu.
 حب الوطن من الإيمان
Cinta tanah air sebagian dari iman.” Syaikh Albani berkata ini hadits palsu.
 شهر رمضان معلق بين السماء و الأرض ، و لا يرفع إلى الله إلا بزكاة الفطر
Bulan (maksudnya ibadah puasa) ramadhan tergantung antara langit dan bumi dan tidak diterima Allah kecuali membayar zakat fitrah” (Hadits dha’if). Para ulama menyatakan perawinya majhul (tidak dikenal) dan tidak memiliki sanad.
Mari kita tinggalkan hadits maudhu’ (palsu) dan hadits yang dha’if jiddan (sangat lemah).
Semoga Allah memberikan kekuatan kepada kita. Untuk rajin belajar. Tabah dan sabar dalam menuntut ilmu. Sehingga kita dapat membersihkan agama kita dari mengamalkan hadits-hadits palsu, hadits-hadits munkar dan hadits-hadits yang goncang dan tidak jelas sanadnya.





No comments: