Hukum Seputar Fidyah
Fidyah merupakan shadaqah yang
dibayarkan oleh seorang yang sudah tidak mampu lagi berpuasa dan juga bagi
wanita hamil dan menyusui (menurut pendapat yang paling kuat dari para ulama’),
yang dibayarkan
kepada orang miskin (lihat QS. Al-Baqarah : 184). Lihat pembahasan sebelumnya tentang
Orang-Orang yang Tidak Diwajibkan Puasa.
Lalu berapa takaran jumlah fidyah
yang harus dibayarkan ??? Para ulama berbeda pendapat mengenai hal ini. Beberapa hal yang terkait dengan pertanyaan
tersebut dapat dijelaskan pada beberapa poin berikut :
1.
Sebagian ulama mengatakan jumlah
takaran fidyah yang dibayarkan adalah sesuai dengan makanannya ketika ia tidak
berpuasa (lihat Tafsir Ath-Thabari
2/143).
Dan yang difatwakan oleh Ibnu ‘Abbas radliyallaahu
‘anhuma (sebagaimana telah disebutkan sebelumnya), takaran jumlah fidyah
tersebut adalah setengah sha’ atau kurang lebih 1,5 kg (satu setengah
kilogram) per jiwa (diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni 2/207 no. 12 dengan
sanad shahih). Dan pendapat inilah yang
dipilih oleh Asy-Syaikh Abdulaziz bin Baaz dan Lajnah Fatwa Saudi Arabia (Fataawaa Ramadlan 2/554-555 dan 604). Sehingga apabila seseorang tidak sanggup
berpuasa selama 30 hari, maka yang dibayarkan adalah 1,5 kg x 30 = 45 kg.
2.
Diperbolehkan memberi makanan
yang siap santap (makanan matang) dengan ukuran yang dapat mengenyangkan si
miskin (Fataawaa Ramadlan
2/652). Hal ini sebagaimana yang
dilakukan oleh Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu ketika beliau lemah
untuk berpuasa karena tua (selama satu bulan : 30 hari); beliau membuat satu
mangkok besar tsarid (bubur dari roti yang diremas dan dicampur kuah),
lalu beliau mengundang 30 orang miskin sehingga mengenyangkan mereka.
(Diriwayatkan oleh Ad-Daruquthni dalam Sunan-nya 2/207 no. 6 dan
dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Irwa’ul-Ghaliil 4/21).
3.
Tidak diperbolehkan membayar
fidyah dengan uang, tetapi harus dengan makanan sebagaimana dijelaskan dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shahihah (Hadits Shahih).
4.
Diperbolehkan membayar fidyah
sekaligus atau terpisah-pisah waktunya (Lajnah Fatwa Saudi Arabia ,
Fataawaa Ramadlan 2/652).
5.
Bolehkan memberi fidyah kepada
orang yang miskin yang kafir??? Maka pertanyaan ini dijawab oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin rahimahullah (seorang fuqahaa, ahli
tafsir, dan ahli ushul) : “Jika di daerahnya ada orang Islam yang berhak, maka
diberikan kepadanya. Tapi jika tidak
ada, maka disalurkan ke negeri-negeri Islam yang membutuhkannya” (Fataawaa
Ramadlan 2/655).
No comments:
Post a Comment