Sahur
1.
Hukum Sahur
Hukum makan sahur adalah sunnah, berdasarkan hadits dari
Anas bin Malik radliyallaahu ‘anhu bahwasannya Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam pernah bersabda :
تسحروا فإن في
السحور بركة
“Sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu
terdapat barakah” (HR. Bukhari no. 1823 dan Muslim no. 1095).
Imam Nawawi rahimahullah berkata : “Para ulama telah bersepakat tentang sunnahnya makan sahur
dan bukan suatu kewajiban” (Syarah Shahih
Muslim 7/207).
Penganjuran sahur sangat ditekankan kepada kaum muslimin
walau hanya dengan seteguk air, karena Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam telah bersabda :
السحور أكله
بركة فلا تدعوه ولو أن يجرع أحدكم جرعة من ماء فإن الله عز وجل وملائكته يصلون على
المتسحرين
“Sahur adalah makanan yang
penuh barakah. Maka janganlah kalian meninggalkannya sekalipun salah seorang
diantara kalian hanya minum seteguk air.
Karena sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang
yang makan sahur” (HR. Ahmad no. 11101; dihasankan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Shahihu Jami’ish-Shaghiir no. 3683).
2.
Keutamaan Sahur
a.
Dalam sahur terdapat barakah.
b.
Pujian Allah dan doa para
malaikat terhadap orang-orang yang makan sahur.
c.
Menyelisihi puasanya
ahlul-kitaab.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam telah
bersabda :
فصل ما بين
صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر
“Perbedaan antara puasa kita dengan puasanya Ahli Kitab
terletak pada makan sahur” (HR. Muslim no. 1096).
3.
Waktu Sahur
Disunnahkan untuk mengakhirkan waktu makan sahur sampai
menjelang terbit fajar, karena Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam
mengakhirkan sahur sampai menjelang shalat shubuh tiba. Telah diriwayatkan dari Anas radliyallaahu
‘anhu dari Zaid bin Tsabit bahwa dia pernah berkata :
تسحرنا مع
النبي صلى الله عليه وسلم ثم قام إلى الصلاة قلت كم كان بين الأذان والسحور قال
قدر خمسين آية
”Kami
pernah makan sahur bersama Nabi shallallaahu
‘alaihi wasallam, kemudian kami berangkat shalat (shubuh). Maka aku (Anas) berkata : “Berapa lama
jarak antara adzan dan makan sahur? Ia (Zaid) menjawab : خمسين آية (kira-kira
bacaan lima puluh ayat dari Al-Qur’an)” (HR. Bukhari no. 1821 dan Muslim no. 1097).
4.
Bagaimana Jika Kita Sedang Makan
Sahur, Namun Adzan Telah Berkumandang ???
Sebagian masyarakat berpandangan, jika kita sedang makan
sahur dan adzan telah berkumandang, maka kita wajib berhenti dari makan dan
minum dan memuntahkan/membuang apa-apa yang ada di dalam mulut kita. Ini adalah pandangan yang keliru. Mari kita simak hadits berikut :
Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu meriwayatkan bahwa
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
إذا سمع أحدكم
النداء والإناء على يده فلا يضعه حتى يقضي حاجته منه
“Jika salah seorang kalian mendengar panggilan (adzan)
sedangkan bejana (minumnya) ada di tangannya,maka janganlah ia meletakkannya
hingga ia menunaikan keinginannya dari bejana (tersebut)” (HR. Ahmad no.
10637 dan Abu Dawud no. 2350; hasan shahih. Lihat Shahih Sunan Abi Dawud 3/58).
أقيمت الصلاة
والإناء في يد عمر قال أشربها يا رسول الله قال نعم فشربها
“Pernah iqamah dikumandangkan sedangkan bejana masih di
tangan Umar (bin Khaththab) radliyallaahu ‘anhu. Dia bertanya kepada Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam : Apakah aku boleh meminumnya?”. Beliau menjawab : “Boleh”. Maka Umar pun meminumnya” (HR. Ibnu Jarir
3/527/3017 dengan dua sanad darinya; shahih. Lihat Silsilah Ash-Shahiihah no. 1394).
Bila ditaqdirkan adzan telah dikumandangkan sedangkan kita
masih bersantap sahur, maka hendaklah kita selesaikan makan kita dengan tenang,
tidak terburu-buru, baru kemudian shalat shubuh.
Dari penjelasan di atas, kebiasaan masyarakat
mengumandangkan waktu imsak (dengan sirine, kentongan, bedug, atau ucapan)
sekitar 15 menit sebelum shubuh merupakan kebiasaan tanpa dalil yang kurang
tepat. Selain tidak ada contohnya dari
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam dan para shahabat, secara
bahasa pun tidak dapat dibenarkan.
Karena imsak secara bahasa berarti menahan diri (untuk tidak makan dan
minum). Sedangkan dalam Islam, waktu
imsak itu sendiri adalah dengan terbitnya fajar (dikumandangkannya adzan
shubuh). Adapun waktu 15 menit sebelum
shubuh masih merupakan waktu yang utama untuk melaksanakan makan sahur. Sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
5.
Membangunkan Orang untuk Sahur ?
أن بلالا كان
يؤذن بليل فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم كلوا واشربوا حتى يؤذن بن أم مكتوم
فإنه لا يؤذن حتى يطلع الفجر
“Sesungguhnya
Bilal adzan pada waktu malam. Maka Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam
bersabda : ‘Makan minumlah kalian sampai Ibnu Ummi Maktum adzan. Karena dia
tidak akan adzan kecuali setelah terbitnya fajar shadiq” (HR.
Bukhari no. 1819).
Dari Ibnu Mas’ud radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Nabi
shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لا يمنعن أحدا
منكم أذان بلال أو قال نداء بلال من سحوره فإنه يؤذن أو قال ينادي بليل ليرجع
قائمكم ويوقظ نائمكم
“Janganlah adzannya Bilal itu
menghalangi salah seorang di antara kalian dari sahurnya. Karena Bilal
menyerukan adzan di malam hari supaya orang-orang yang shalat malam kembali
beristirahat sejenak dan orang yang masih tidur segera bangun” (HR. Bukhari no. 596 dan Muslim no. 1093).
Hadits di atas menjelaskan pada
kita bahwa di jaman Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam, adzan dilakukan
dua kali. Adzan pertama dilakukan saat fajar kadzib tiba (waktu utama
melaksanakan sahur dimana orang-orang dibangunkan dari tidurnya – sepertiga
malam terakhir). Sedangkan adzan kedua dilakukan saat waktu shubuh tiba (fajar
shadiq) [1].
6.
Tamr adalah Sebaik-Baik Makanan
untuk Sahur
Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wasallam bersabda :
نعم سحور
المؤمن التمر
“Sebaik-baik makanan sahur seorang mukmin adalah tamr” (HR. Abu Dawud no. 2345 dan Baihaqi 4/237. Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan
Abi Dawud 2/55).
Tamr adalah kurma kering
yang telah masak dan berwarna coklat tua (sebagaimana umum dijual di pasaran).
7.
Tidak Tidur Setelah Shalat Shubuh
عن صخر الغامدي
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اللهم بارك لأمتي في بكورها
Dari Sakhr Al-Ghamidi ia berkata :
Telah bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam :”Ya Allah, berkahilah bagi umatku pada pagi harinya” (HR. Abu Dawud
no. 2606, Ibnu Majah no. 2236, Ath-Thayalisi halaman 175, dan Ibnu Hibban 7/122.
Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani dalam Shahih
Sunan Abi Dawud 2/124).
Ibnul-Qayyim telah berkata tentang keutamaan awal hari dan makruhnya
menyia-nyiakan waktu dengan tidur, dimana beliau berkata : “Termasuk hal yang
makruh bagi mereka – yaitu orang shalih – adalah tidur antara shalat shubuh
dengan terbitnya matahari, karena waktu itu adalah waktu yang sangat berharga
sekali. Terdapat kebiasaan yang menarik dan agung sekali mengenai pemanfaatan
waktu tersebut dari orang-orang shalih, sampai-sampai walaupun mereka berjalan
sepanjang malam mereka tidak toleransi untuk istirahat pada waktu tersebut
hingga matahari terbit. Karena ia adalah awal hari dan sekaligus sebagai
kuncinya. Ia merupakan waktu turunnya rizki, adanya pembagian, turunnya
keberkahan, dan darinya hari itu bergulir dan mengembalikan segala kejadian
hari itu atas kejadian saat yang mahal tersebut. Maka seyogyanya tidurnya pada
saat seperti itu seperti tidurnya orang yang terpaksa” (Madaarijus-Saalikiin 1/459).
Hendaknya seorang muslim menggunakan
waktu dengan sebaik-baiknya di bulan Ramadlan. Setelah shalat shubuh, ia bisa menggunakannya
untuk berdzikir, membaca Al-Qur’an, atau kegiatan positif lainnya. Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wasallam telah bersabda :
من صلى الغداة
في جماعة ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حجة وعمرة
قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم تامة تامة تامة
“Barangsiapa
shalat Shubuh berjama’ah, kemudian duduk dan berdzikir kepada Allah hingga
terbit matahari, kemudian ia shalat dua raka’at (yaitu shalat Dluha/Isyraq), ia
akan memperoleh pahala ibadah haji dan umrah, sempurna, sempurna, sempurna” (HR.
Tirmidzi nomor 586; hasan lighairihi. Lihat Shahih
At-Targhib no. 464).
[1] Pada saat adzan pertamalah dikumandangkan bacaan tatswib
(ash-sholaatu khairum-minan-naum =
“Shalat itu lebih baik daripada tidur”). Ibnu ‘Umar meriwayatkan :
كان في الأذان الأول بعد الفلاح : الصلاة خير من النوم مرتين
“Pada adzan pertama setelah membaca Hayya ‘alal-Falah, hendaknya membaca
Ash-Sholaatu Khorum-Minan-Naum” (HR.
Baihaqi 1/423 dan Ath-Thahawi dalam Syarh
Ma’anil-Atsar 1/82 dengan sanad hasan sebagaimana dinyatakan oleh Ibnu
Hajar dalam Talkhiishul-Habiir 1/212
– lihat Tamaamul-Minnah hal.
146-147).
No comments:
Post a Comment