III.5 Adanya kebutuhan
Manusia satu dengan yang
lainnya memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Ada merasa cukup dengan moto atau
simbol, tapi ada juga yang menginginkan memiliki mobil hingga pesawat terbang.
Ada yang merasa cukup dengan tahu dan tempe tapi ada juga yang belum cukup
meskipun makan dengan daging sapi.
Sebagian merasa sudah cukup
sekolah hingga SLTA, namun sebagian yang lain hingga sampai S-3. Sebagian
merasa cukup dengan bercocok tanam, namun sebagian lainnya ingin menjadi
pegawai hingga menjadi pemilik pabrik dan perusahaan yang besar.
Perbedaan kebutuhan itulah
yang membawa dampak dalam mendalami ajaran agamanya. Orang desa sebagian cukup
hanya menjalankan rukun Islam, rukun iman, do’a dan dzikir. Namun sebagian
orang kota ingin lebih dari itu. Ingin memiliki lembaga pendidikan yang banyak
dan megah, memiliki perbankan syariah hingga memiliki negeri yang kuat dan
disegani oleh lawan.
Sebagian merasa cukup dengan
belajar agama apa adanya. Atau belajar pokok-pokok dan prinsip-prinsip umumnya
saja. Sebagian yang lain ingin belajar secara mendetil. Ingin mengkaji berbagai
macam kitab fiqih. Ingin membaca Al Mughni, ingin mendalami bulughul
maram, ingin memahami fiqhus sunnah. Bahkan ingin belajar tafsir dan hadits
hingga membaca buku-buku berjilid-jilid tebalnya. Semuanya itu karena
masing-masing orang memiliki kebutuhan yang berbeda.
Perbedaan kebutuhan inilah yang
membawa pada orientasi yang berbeda-beda dalam mengenal, memahami dan
menerapkan ajaran agama. Sebagian orang cukup merasa puas dengan pendapat
ustadz atau kyainya. Sebagian lagi baru puas kalau sudah membaca kitab fiqih 4
madzab. Sebagian yang lain baru puas kalau dapat langsung melakukan instinbath
(menyimpulkan) hukum dari Alqur’an dan hadits secara langsung.
Akibatnya dalam kehidupan
kita menyaksikan kaum muslimin yang berbeda-beda. Ada yang cukup ”taqlid” saja
kepada ulama tertentu. Ada yang ingin menjadi muttabi’ yaitu mengetahui
alasan-alasan suatu perbuatan dengan mendalami dalil-dalilnya. Ada yang ingin
menjadi mujtahid. Yaitu menyimpulkan hukum sesuai dengan kemampuannya
berdasarkan Alqur’an dan sunnah nabi SAW.
Kebutuhan itu dipengaruhi
juga oleh waktu. Ada yang memiliki waktu luang sehingga dapat belajar lebih
banyak. Tapi ada yang waktunya terbatas karena sibuk sebagai seorang direktur
atau sibuk mencari sesuap nasi siang dan malam namun tetap saja hidup dalam
kekurangan. Jangankan beli buku agama, untuk makan setiap hari saja sudah
sangat kesulitan.
No comments:
Post a Comment