Translate

Mencari Artikel

FIND(Mencari)

Monday 19 August 2013

Pendukung "Fir'aun" Menyerang Jama'ah Sholat Tarawih

dakwatuna.com – Kairo.  Menjelang tengah malam, Senin (15/7) hingga dini hari Selasa (16/7) Kairo kembali memanas akibat penyerangan brutal aparat kepolisian dan kawanan preman bersenjata terhadap massa pendukung Presiden Mursi di di Ramsis Square, jantung kota Kairo, dan beberapa tempat lain seperti Nahda Square dan Ghamra.

Berdasarkan kesaksian beberapa demonstran kepada Aljazeera, penyerangan terjadi ketika demonstran melaksanakan shalat Tarawih. Demonstran diserang menggunakan senjata rakitan, senjata api dan gas air mata. Dua orang dinyatakan meninggal sementara lebih dari 300 orang mengalami luka-luka, sesak nafas dan mengalami patah tulang.

Ratusan orang terperangkap di dalam mesjid Al Fath, Ramsis yang dikepung oleh polisi dan komplotan preman. Menurut laporan Imam masjid kepada Aljazeera sekitar 1000 jamaah terperangkap dalam masjid tanpa makan sahur, sementara di luar para preman berkeliaran membawa senjata keras, dan senjata tajam.
Belum diketahui alasan pasti penyerangan ini, namun alasan terkuat adalah untuk membubarkan dan mengusir demonstran dari Ramsis.

Memasuki hari ke-12 pasca kudeta militer atas Presiden Mursi, jumlah demonstran yang menuntut pengembalian legitimasi kian bertambah. Di Kairo, demonstrasi berlangsung di beberapa titik seperti Rabea el Adawea, Nahda Square, Giza Square, bundaran Monib, wisma Garda Republik, Ramsis dan Istana Negara ‘Ettihadiyah’. Sementara di berbagai provinsi juga terjadi aksi damai massa menuntut pengembalian Mursi.

Sejak tiga hari belakangan militer begitu gencar menebarkan selebaran kepada demonstran berisi sanjungan kepada para pemuda, bujukan agar pulang ke rumah, janji jaminan keselamatan demonstran hingga ancaman menyuruh demonstran berhenti. Namun kejadian malam ini cukup mencoreng moralitas aparat kepolisian dan militer untuk kesekian kalinya di mata rakyat dan dunia. Pihak militer dan kementerian dalam negeri dituntut bertanggung jawab atas aksi brutal ini. (sinai)

"Fir'aun" Kecil Membakar Alqur'an

dakwatuna.com – Alexandria. Rabu dini hari kemarin, puluhan preman yang dibacking beberapa polisi di bawah pimpinan Nashir Abdu (intelijen Alexandria) menyerang masjid Qaid Ibrahim.
Tidak hanya menyerang, mereka juga membakar mushaf Al-Qur’an dan melukai beberapa penentang kudeta. Peristiwa itu terjadi setelah para penentang kudeta selesai shalat tahajjud.

Korban yang jatuh di antaranya, satu orang meninggal dunia, puluhan anak yang terluka akibat tembakan senjata dan tikaman senjata tajam.

Kejadian ini tentu mendapat kecaman banyak pihak. Misalnya Dr. Hasan Barnas mantan wakil gubernur Alexandria yang mengatakan bahwa kekuatan kudeta tidak hanya menyerang para penentangnya, tapi juga menyerang institusi keagamaan seperti masjid dan mushaf Al-Qur’an. Kejahatannya tidak lagi bersifat politis, tapi juga penistaan agama.
Beliau menambahkan bahwa kepolisian yang mengatur semua itu telah belajar dari orang-orang Yahudi. (msa/sbb/dkw)

Redaktur: Saiful Bahri

Saturday 17 August 2013

Aksi Solidaritas Atas Kebiadaban Tentara Mesir di Surabaya

dakwatuna.com – Surabaya. Hari ini,16 agustus 2013, ribuan massa dari  SSE ( Surabaya Solidarity for Egypt ) mengadakan aksi damai mengutuk pembataian rakyat mesir oleh militer dan polisi Mesir.

Aksi yang diselenggarakan di depan gedung DPRD Surabaya ini juga dilakukan serempak di seluruh Indonesia dan diikuti oleh jutaan rakyat Indonesia. Menurut koordinator aksi, Fahmi, aksi ini adalah bentuk solidaritas rakyat surabaya kepada rakyat Mesir.

“Pembunuhan 6000 jiwa rakyat dan melukai lebih dari 10.000 orang adalah kejahatan menurut norma apapun. Ini adalah bencana kemanusiaan, kami sampaikan bahwa Mesir tidak sendiri,kami mencintainya seperti kami mencintai negeri ini”, tambahnya.

Seperti yang dilansir oleh Al Jazera TV sejak tanggal 3 Juli 2013, negara Mesir telah ditimpa pilu yang sangat menyayat hati ketika presiden Muhammad Mursi digulingkan dari kepemimpinanya yang sah secara konstitusional. Kudeta militer Mesir yang dipanglimai Jenderal Abdul Fattah As – Sisi ini kemudian mengganti undang – undang yang diamandemen dan pemerintahan yang telah berjalan setahun. Demokrasi akhirnya dimatikan oleh penyerangan brutal serta diikuti penahanan Mursi.

Dalam orasi aksi damai ini juga dilakukan simulasi pembantaian rakyat Mesir, dihadirkan 100 kepala negara dari seluruh dunia untuk bersama sama menghentikan kekejian ini. Disampaikan pula bahwa indonesia memiliki hutang sejarah kepada rakyat Mesir, karena Mesir adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan indonesia, di saat negara barat berusaha mengekalkan penjajahan di bumi Indonesia.

Dalam salah satu pernyataan sikapnya, Surabaya Solidarity for Egypt menuntut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, untuk lebih tegas menyikapi tragedi kemanusian yang diakibatkan oleh kudeta berdarah militer Mesir. Keprihatinan tidaklah cukup, SBY seharusnya lebih aktif menggalang dukungan negara negara sahabat untuk mengutuk kudeta berdarah ini dan menyelamatkan rakyat mesir dari pembantaian lebih lanjut.

Aksi damai ini adalah gabungan berbagai elemen masyarakat, FSLDK, KAMMI, JPMI, ILE,IKADI dan sebagainya. Beberapa tokoh akademis hubungan internasional DR Muttaqien,BEM SI Jatim Himas El Hakim, sastrawan Jatim Sinta Yudisia ,sosial masyarakat dan ulama Jatim nampak hadir serta melakukan orasi.
Kami mengingatkan sekali lagi, bahwa rakyat Mesir tidak sendirian. Rakyat Mesir tak sendiri. (sbb/dkw)

Surabaya, 16 Agustus 2013
Surabaya Solidarity for Egypt  (SSE)
Redaktur: Saiful Bahri

Sumber: http://www.dakwatuna.com/2013/08/17/38081/masyarakat-surabaya-kutuk-kudeta-berdarah-di-mesir/#ixzz2cD8aAZ1D 
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Sisi , Penghianat Yang Bangga Membakar Masjid Rab’ah Adaweyah

Lembaga Pemantau HAM Mesir, bersiap mengajukan Menteri Pertahanan Abdel Fattah Sisi, Menteri Dalam Negeri Muhammad Ibrahim dan Presiden interim Adly Mansour, ke hadapan Pengadilan Kriminal Internasional atas tuduhan kejahatan kemanusiaan.
Lembaga HAM Mesir kini bersiap membentuk komisi penyelidikan dan penerbitan surat perintah penangkapan terhadap 3 orang petinggi Mesir yang dianggap bertanggung jawab atas pembantaian lebih dari 2600 warga Mesir yang sedang melakukan unjuk rasa damai, termasuk diantaranya anak-anak, wanita dan orang tua, dan melukai sedikitnya sepuluh ribu Mesir dan mengakibatkan diantaranya cacat permanen.
Dalam tindakannya, aparat keamanan dan militer Mesir dinilai telah melanggar penggunaan senjata yang dilarang dunia internasional untuk membubarkan aksi unjuk rasa damai.
Selain itu, aparat juga sengaja membakar Masjid Rab’ah dan rumah sakit Rab’ah beserta dokter dan petugas paramedis yang sedang berada di dalamnya. (Aljazeera/Zhd)

Wednesday 14 August 2013

Kesederhanaan Imam Ali RA

Kisah Ali RA
Beliau berkata, “Wahai uang emas, wahai uang perak, tidaklah mungkin aku melimpahkan kesalahanku kepada orang lain dengan cara begini dan begitu.” Lalu beliau membagikannya semuanya sehingga yang tersisa hanya tinggal satu dinar (uang perak), sedangkan uang dirham (emas) tidak ada satupun yang tersisa, lalu beliau memerintahkannya untuk memberikan dinar tersebut. Setelah itu beliau mengerjakan sholat dua raka’at di dalam baitul maal tersebut.”[1]
Adh Dhirar berkata, “Demi Allah, Ali itu memiliki pandangan yang jauh ke depan, memiliki kekuatan yang hebat, perkataannya rinci, berlaku adil dalam memutuskan hukuman, memancarkan ilmu dari berbagai arah, kata-katanya penuh hikmah, menjauhkan diri dari dunia dan kemewahannya, demi Allah, di tengah gelapnya malam beliau bangun dan mencucurkan air matanya, panjang pikirannya, terbuka tangannya (dermawan), menasehati dirinya, menyukai pakaian yang kasar, dan makanan ala kadarnya…”[2]
Syaikh Khalid Muhammad Khalid berkata, “Imam (Ali)membeli barang-barang kebutuhan keluarga dan membawanya dengan kedua tangannya.”[3]
Umar bin abdul Aziz berkata, “Orang yang paling zuhud adalah Ali bin Abi Thalib.”[4] Ali RA berkata, “….Aku tidak ingin kenyang sementara disekelilingku banyak perut kelaparan dan hati-hati yang pedih.”[5]



[1]Ibid hal. 218.
[2]Ibid
[3]Khalid Muhammad Khalid hal. 404.
[4]Ibid.
[5]Ibid hal. 434.

Thursday 1 August 2013

Puasa Syawal

Puasa Syawal
1.       Puasa Enam Hari di Bulan Syawal Sebanding dengan Puasa Setahun
Disunnahkan mengiringi puasa Ramadlan dengan puasa enam hari di bulan Syawal dan itu sebanding dengan puasa setahun. Diriwayatkan dari Abu Ayyub Al-Anshari radliyallaahu ‘anhu, bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda :
من صام رمضان ثم أتبعه ستا من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadlan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun” (HR. Muslim no. 1164, Abu Dawud no. 2433, At-Tirmidzi no. 759, dan lain-lain).
Imam An-Nawawi berkata : “Para ulama mengatakan bahwa itu sebanding dengan puasa setahun karena satu kebaikan balasannya sepuluh kali lipat dan puasa sebulan Ramadlan sama dengan puasa sepuluh bulan. Sedangkan puasa enam hari sama dengan puasa dua bulan. Keterangan ini juga terdapat pada hadits marfu’ dalam kitab An-Nasa’i" (Syarah Shahih Muslim lin-Nawawi 3/238).
2.       Tidak Disyaratkan Melakukannya Secara Berurutan
Hal itu sesuai dengan kemutlakan hadits : “lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari”. Kalimat hadits ini tidak menunjukkan keharusan melakukannya secara berurutan. Imam Ahmad berkata : “Nabi mengatakan : ‘Enam hari dari bulan Syawal’ ; maka bila seseorang berpuasa enam hari tersebut, ia tidak peduli apakah dilakukan secara acak atau berurutan” (Masa’il Abdullah bin Ahmad bin Hanbal halaman 93).
3.       Bolehkan Mendahulukan Puasa Enam Hari Bulan Syawal dari Meng-Qadla Puasa Ramadlan ?
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-‘Utsaimin menjawab : “Di sini ada satu masalah yang perlu dijelaskan. Yaitu bahwa puasa enam hari bulan Syawal tidak boleh didahulukan dari meng-qadla puasa Ramadlan. Jika itu terjadi, maka puasa tersebut menjadi puasa sunnah mutlak dan pelakunya tidak memperoleh pahala seperti yang dijelaskan Nabi shallallaahu ‘alaihi wasallam dalam haditsnya :
من صام رمضان ثم أتبعه بست من شوال كان كصيام الدهر
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadlan, lalu ia mengiringinya dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti puasa selama setahun”.
Hal itu karena bunyi hadits tersebut adalah : Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan, dan ini sangat jelas. Sebagian pengkaji ilmu mengira bahwa masalah perbedaan tentang sahnya melakukan puasa sunnah sebelum meng-qadla puasa wajib berlaku pula pada masalah ini. Padahal masalah ini tidak berlaku pada kasus yang satu ini, karena haditsnya jelas menyatakan bahwa tidak ada puasa enam hari kecuali setelah meng-qadla puasa Ramadlan” (Asy-Syarhul-Mumti’ 6/448). Wallaahu a’lam.